Sentul, Bogor, 1/12 (ANTARA) - Lima pendidik menerima Satya Lencana Pendidikan pada peringatan Hari Guru Nasional dan Hari Ulang Tahun ke-66 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Sentul International Conventional Centre, Rabu yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kelima pendidik tersebut masing-masing Abdul Hajar S.Pd, M.Pd dari SMAN 3 Makassar, Dra. Herfen Suryati, guru YPVDP Bontang, H Imron Rosidi, S.Pd guru SMKN 2 Pasuruan, Mustafa SST.Par,M.Pd guru SMKN 4 Makassar dan Nikmah Nurbaity,S.Pd,M.Pd Kepala Sekolah SMAN 5 Purworedjo.

Peringatan Hari Guru Nasional dan Hari Ulang Tahun ke-66 PGRI ini dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono.

Kepala Negara didampingi Mendikbud Muhammad Nuh, Wakil Menteri Musliar Kasim, Wakil Menteri Wiendu serta Menteri Kabinet Indonesia Bersatu lainnya.

Hadir juga Gubernur Jawa Barat Ahmad Heriyawan, Ketua PB PGRI Sulistyo serta sekitar 4.500 guru.

Hari Guru diperingati setiap 25 November bertepatan dengan peringatan Kongres Guru di Surakarta 66 tahun yang lalu sehingga juga diperingati sebagai ulang tahun PGRI.

Tema peringatan Hari Guru kali ini adalah meningkatkan peran strategis guru untuk membangun karakter bangsa dengan sub tema peningkatan kinerja guru terhadap budaya mutu di kalangan guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Peringatan Hari Guru juga diselenggarakan di setiap provinsi, kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Kegiatan tersebut dalam bentuk forum ilmiah guru, seminar peningkatan profesionalisme guru, penghargaan anugerah konstitusi bagi guru pendidikan kewarganegaraan tingkat nasional bekerja sama dengan Mahkamah Konstitusi dan lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran dan Porseni Guru.

Dikutip dari laman PGRI, sejarah berdirinya PGRI diawali dengan penyelenggaraan kongres guru yang kemudian berlanjut dengan pembentukan organisasi guru yang mendukung perjuangan kemerdekaan.

Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan pemerintah Belanda karena kata "Indonesia" yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda.

Sebaliknya, kata "Indonesia" ini sangat didambakan oleh guru seluruh Indonesia dan bangsa Indonesia.

Namun pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Bertempat di Sekolah Guru Putri (SGP) Surakarta diselenggrakan Kongres I PGRI dari tanggal 24-25 November 1945.

Pada konngres itu disepakati berdirinya PGRI sebagai wahana persatuan dan kesatuan segenap guru di seluruh Indonesia.    

Pendirinya antara lain Rh. Koesnan, Amin Singgih, Ali Marsaban, Djajeng Soegianto, Soemidi Adisasmito, Abdullah Noerbambang, dan Soetono.

Sebagai penghormatan kepada guru, Pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahunnya. 

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2011