Bogor (Antaranews Megapolitan) - Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) atau STPP Bogor, menyiapkan lulusan yang dapat mengembangkan agribisnis yang berdaya saing hingga mampu mengisi pasar dunia.
"Dalam bisnis di dunia pertanian tentunya kita akan menghadapi berbagai hambatan, namun kita harus tetap menjalankan agribisnis agar bisa memajukan komoditas di pasar dunia," kata Wakil Ketua I Polbangtan Bogor, Triratna Saridewi dalam siaran pers yang diterima Antara di Bogor, Jumat.
Untuk memotivasi para mahasiswa dan membuka wawasannya, Polbangtan mengadakan kuliah umum yang dihadiri Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pertanian, Mesakh Tarigan sebagai pembicara utama.
Kuliah umum tersebut memaparkan tentang arah dan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kerja sama internasional dan ekspor produk pertanian.
Tema ini diangkat seiring dengan terbitnya kebijakan baru Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang merevisi sekaligus merombak waktu tunggu perizinan ekspor bidang hortikultura yang tadinya 13 hari menjadi tiga hari kerja.
Pada kuliah umum yang diikuti mahasiswa tingkat dua dan empat jurusan penyuluh pertanian dan peternakan ini, Mesakh menjelaskan prospek bidang pertanian yang sangat menjanjikan bagi generasi saat ini.
"Karena setiap orang butuh makan, apalagi jumlah penduduk terus bertambah, kebutuhan akan pangan menjadi prioritas," kata Mesakh.
Hampir semua produk pertanian dibutuhkan lanjutnya, seperti kubis. Di Indonesia tanaman ini dianggap sebagai tanaman kelas rendahan namun bagi negara maju seperti Jepang dan Korea merupakan salah satu makanan yang wajib ada dalam setiap hidangan makan.
"Mulailah dari diri sendiri, walaupun hanya dengan prinsip menolak buah impor itu telah memberikan kontribusi besar untuk negeri ini," kata Mesakh memotivasi para mahasiswa.
Kuliah umum sangat diminati para mahasiswa dilihat dari jumlah penanya dalam forum diskusi yang dibuka oleh moderator.
Salah satu penanya, Karto Sanjai mempertanyakan langkah pemerintah dalam mengatasi isu-isu perdagangan luar negeri yang sering menyudutkan produk Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Dalam bisnis di dunia pertanian tentunya kita akan menghadapi berbagai hambatan, namun kita harus tetap menjalankan agribisnis agar bisa memajukan komoditas di pasar dunia," kata Wakil Ketua I Polbangtan Bogor, Triratna Saridewi dalam siaran pers yang diterima Antara di Bogor, Jumat.
Untuk memotivasi para mahasiswa dan membuka wawasannya, Polbangtan mengadakan kuliah umum yang dihadiri Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pertanian, Mesakh Tarigan sebagai pembicara utama.
Kuliah umum tersebut memaparkan tentang arah dan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kerja sama internasional dan ekspor produk pertanian.
Tema ini diangkat seiring dengan terbitnya kebijakan baru Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang merevisi sekaligus merombak waktu tunggu perizinan ekspor bidang hortikultura yang tadinya 13 hari menjadi tiga hari kerja.
Pada kuliah umum yang diikuti mahasiswa tingkat dua dan empat jurusan penyuluh pertanian dan peternakan ini, Mesakh menjelaskan prospek bidang pertanian yang sangat menjanjikan bagi generasi saat ini.
"Karena setiap orang butuh makan, apalagi jumlah penduduk terus bertambah, kebutuhan akan pangan menjadi prioritas," kata Mesakh.
Hampir semua produk pertanian dibutuhkan lanjutnya, seperti kubis. Di Indonesia tanaman ini dianggap sebagai tanaman kelas rendahan namun bagi negara maju seperti Jepang dan Korea merupakan salah satu makanan yang wajib ada dalam setiap hidangan makan.
"Mulailah dari diri sendiri, walaupun hanya dengan prinsip menolak buah impor itu telah memberikan kontribusi besar untuk negeri ini," kata Mesakh memotivasi para mahasiswa.
Kuliah umum sangat diminati para mahasiswa dilihat dari jumlah penanya dalam forum diskusi yang dibuka oleh moderator.
Salah satu penanya, Karto Sanjai mempertanyakan langkah pemerintah dalam mengatasi isu-isu perdagangan luar negeri yang sering menyudutkan produk Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018