Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Hutan berkelanjutan diharapkan menjadi "top mind" masyarakat Indonesia, demikian suara yang mencuat dalam diskusi yang digagas Forest Stewardship Council (FSC)-Indonesia.
Organisasi internasional nirlaba yang mendorong pengelolaan hutan yang bertanggung jawab Forest Stewardship Council (FSC)-Indonesia, Senin, mengadakan kunjungan media ke pabrik Faber-Castell Indonesia di Narogong, Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Faber-Castell adalah industri penghasil pensil warna dan pensil tulis terkemuka di dunia yang berpusat di Jerman. Selama ini semua produknya telah mendapatkan sertifikat ekolabel dari FSC.
"Di kawasan Eropa prinsip hutan berkelanjutan itu sudah menjadi 'top mind' masyarakatnya, dan itu diwujudkan dengan memilih produk-produk bersertifikat dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab," kata Manajer Humas Faber-Castell Indonesia Andri Kurniawan dalam diskusi itu.
Dia mengakui bahwa masyarakat Indonesia belum banyak yang "well educated" mengenai pentingnya hutan yang harus berkelanjutan.
"Padahal dengan pola pikir begitu mendasarnya menjaga kelestarian hutan, itu adalah berkelanjutan untuk anak cucu kita nanti," katanya.
Manajer Marketing Communications FSC-Indonesia Indra S. Dewi menyatakan bahwa tanda FSC menandakan produk kertas dan kayu yang digunakan berasal dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab.
FSC yang didirikan para pegiat lingkungan, kelompok sosial, dan perwakilan dunia usaha untuk mempromosikan pengelolaan hutan yang bertanggung jawab, katanya, memiliki skema sertifikasi global untuk mendorong pengelolaan hutan yang bertanggung jawab.
Sebagai organisasi independen, non-pemerintah, FSC dilahirkan tidak untuk mencari keuntungan dan diarahkan oleh keanggotaan "multi-stakeholder".
Dalam menjalankan aktivitasnya, menurut Indra S Dewi, FSC menyusun standar pengelolaan hutan dan asal usul produk hasil hutan.
Selain itu, membangun sistem akreditasi dan sertifikasi untuk memantau ketaatan terhadap standar FSC.
Selain itu, sistem pelabelan produk wujud penghargaan bagi pengelola hutan yang bertanggung jawab.
Manajer QA Faber-Castell Indonesia V. Sapto Putranto mengakui sertifikat FSC memang untuk konteks Indonesia kurang berpengaruh terhadap peningkatan permintaan produksi.
Namun, semua produk pensil yang diproduksi pihaknya mempunyai parameter standar lingkungan yang diakui dunia.
Contohnya, pensil untuk kalangan anak-anak, di mana semua bahan yang dipakai aman, karena tidak menggunakan bahan beracun dan berbahaya.
"Itu dibuktikan dengan uji laboratorium dari luar perusahaan," katanya.
Manajer Sertifikasi PT Xylo Indah Pratama (XIP) Muhklis menjelaskan pihaknya pengelola hutan rakyat yang menghasilkan bahan baku kayu bagi pensil Faber-Castell.
Pengelolaan hutannya di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan memfokuskan pada keseimbangan tiga aspek pengelolaan, yaitu produksi, lingkungan, dan sosial.
PT XIP telah mendapatkan sertifikat FSC pada 2012 dan diperpanjang hingga 2022.
Sebagai rangkaian penutup kunjungan media itu, dilakukan penanaman pohon di lingkungan perusahaan di kawasan Bekasi tersebut, di antaranya pohon jabon kuning dan menteng.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Organisasi internasional nirlaba yang mendorong pengelolaan hutan yang bertanggung jawab Forest Stewardship Council (FSC)-Indonesia, Senin, mengadakan kunjungan media ke pabrik Faber-Castell Indonesia di Narogong, Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Faber-Castell adalah industri penghasil pensil warna dan pensil tulis terkemuka di dunia yang berpusat di Jerman. Selama ini semua produknya telah mendapatkan sertifikat ekolabel dari FSC.
"Di kawasan Eropa prinsip hutan berkelanjutan itu sudah menjadi 'top mind' masyarakatnya, dan itu diwujudkan dengan memilih produk-produk bersertifikat dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab," kata Manajer Humas Faber-Castell Indonesia Andri Kurniawan dalam diskusi itu.
Dia mengakui bahwa masyarakat Indonesia belum banyak yang "well educated" mengenai pentingnya hutan yang harus berkelanjutan.
"Padahal dengan pola pikir begitu mendasarnya menjaga kelestarian hutan, itu adalah berkelanjutan untuk anak cucu kita nanti," katanya.
Manajer Marketing Communications FSC-Indonesia Indra S. Dewi menyatakan bahwa tanda FSC menandakan produk kertas dan kayu yang digunakan berasal dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab.
FSC yang didirikan para pegiat lingkungan, kelompok sosial, dan perwakilan dunia usaha untuk mempromosikan pengelolaan hutan yang bertanggung jawab, katanya, memiliki skema sertifikasi global untuk mendorong pengelolaan hutan yang bertanggung jawab.
Sebagai organisasi independen, non-pemerintah, FSC dilahirkan tidak untuk mencari keuntungan dan diarahkan oleh keanggotaan "multi-stakeholder".
Dalam menjalankan aktivitasnya, menurut Indra S Dewi, FSC menyusun standar pengelolaan hutan dan asal usul produk hasil hutan.
Selain itu, membangun sistem akreditasi dan sertifikasi untuk memantau ketaatan terhadap standar FSC.
Selain itu, sistem pelabelan produk wujud penghargaan bagi pengelola hutan yang bertanggung jawab.
Manajer QA Faber-Castell Indonesia V. Sapto Putranto mengakui sertifikat FSC memang untuk konteks Indonesia kurang berpengaruh terhadap peningkatan permintaan produksi.
Namun, semua produk pensil yang diproduksi pihaknya mempunyai parameter standar lingkungan yang diakui dunia.
Contohnya, pensil untuk kalangan anak-anak, di mana semua bahan yang dipakai aman, karena tidak menggunakan bahan beracun dan berbahaya.
"Itu dibuktikan dengan uji laboratorium dari luar perusahaan," katanya.
Manajer Sertifikasi PT Xylo Indah Pratama (XIP) Muhklis menjelaskan pihaknya pengelola hutan rakyat yang menghasilkan bahan baku kayu bagi pensil Faber-Castell.
Pengelolaan hutannya di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan memfokuskan pada keseimbangan tiga aspek pengelolaan, yaitu produksi, lingkungan, dan sosial.
PT XIP telah mendapatkan sertifikat FSC pada 2012 dan diperpanjang hingga 2022.
Sebagai rangkaian penutup kunjungan media itu, dilakukan penanaman pohon di lingkungan perusahaan di kawasan Bekasi tersebut, di antaranya pohon jabon kuning dan menteng.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018