Bogor (Antaranews Megapolitan) - Malam penutupan 'Dies Natalis' ke-55 Institut Pertanian Bogor (IPB) berlangsung istimewa dengan hadirnya Twilite Orchestra pimpinan Addie MS, Jumat malam.
Addie membawa lagu-lagu daerah yang diorchestrasi oleh dirinya sendiri dan beberapa pengarang lainnya, seperti Bungo Jempa, Bubuy Bulan, walang Keke, dan lainnya sebagainya.
Total ada 21 lagu orchestra yang ditampilan Twilite Orchestra dihadapan para tamu undangan civitas akademika serta mitra IPB di malam penutupan 'Dies Natalis' tersebut.
Addie menyebutkan, total ada 34 lagu-lagu daerah yang diorchestrasi olehnya sejak 2011.
"Upaya kita untuk bersama-sama mengenal lagu daerah dan memasyarakatkan musik symphoni," kata Suami dari penyanyi Memes ini.
Menurut Addie, dirinya merasa tergerak untuk melestarikan lagu daerah, terlebih kejadian klaim lagu Rasa Sayange oleh negara lain yang membuatnya ingin menjaga kekayaan musik Indonesia.
Ia pernah mengarasemen lagu Indonesia Raya tahun 1998 yang hingga kini sukses dipakai di berbagai acara.
Selanjutnya ia pun mengorchestrasi lagu-lagu perjuangan, seperti Hari Merdeka dan lainnya.
Kali ini Addie mendapat kepercayaan dari Rektor IPB untuk menggarasemen ulang Himne IPB untuk pertama kalinya.
"Dipercaya buat arasemen Himne IPB, ini suatu kebanggaan tersendiri bagi saya," kata Addie.
Malam penutupan 'Dies Natalis' IPB selalu menjadi momen spesial bagi civitas akademika, selain mendengarkan musik juga pemberian penghargaan bagi para dosen berprestasi dan paling inovatif berupa Anugerah IPB.
"Pemberian anugerah inovatif ini merupakan tradisi yang sudah ada sejak era Rektor Herry, saya coba lestarikan supaya IPB terus mendorong para mahasiswa dan dosen berinovasi, dan mempertahankan predikat kampus paling inovatif," kata Rektor IPB Dr Arif Satria.
Penampilan Twilite Orchestra dengan tema "Tribute to innovators and outhors" ini juga membawakan satu lagi ciptaan Rektor IPB Dr Arif Satria yang berjudul "Selamanya".
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Addie membawa lagu-lagu daerah yang diorchestrasi oleh dirinya sendiri dan beberapa pengarang lainnya, seperti Bungo Jempa, Bubuy Bulan, walang Keke, dan lainnya sebagainya.
Total ada 21 lagu orchestra yang ditampilan Twilite Orchestra dihadapan para tamu undangan civitas akademika serta mitra IPB di malam penutupan 'Dies Natalis' tersebut.
Addie menyebutkan, total ada 34 lagu-lagu daerah yang diorchestrasi olehnya sejak 2011.
"Upaya kita untuk bersama-sama mengenal lagu daerah dan memasyarakatkan musik symphoni," kata Suami dari penyanyi Memes ini.
Menurut Addie, dirinya merasa tergerak untuk melestarikan lagu daerah, terlebih kejadian klaim lagu Rasa Sayange oleh negara lain yang membuatnya ingin menjaga kekayaan musik Indonesia.
Ia pernah mengarasemen lagu Indonesia Raya tahun 1998 yang hingga kini sukses dipakai di berbagai acara.
Selanjutnya ia pun mengorchestrasi lagu-lagu perjuangan, seperti Hari Merdeka dan lainnya.
Kali ini Addie mendapat kepercayaan dari Rektor IPB untuk menggarasemen ulang Himne IPB untuk pertama kalinya.
"Dipercaya buat arasemen Himne IPB, ini suatu kebanggaan tersendiri bagi saya," kata Addie.
Malam penutupan 'Dies Natalis' IPB selalu menjadi momen spesial bagi civitas akademika, selain mendengarkan musik juga pemberian penghargaan bagi para dosen berprestasi dan paling inovatif berupa Anugerah IPB.
"Pemberian anugerah inovatif ini merupakan tradisi yang sudah ada sejak era Rektor Herry, saya coba lestarikan supaya IPB terus mendorong para mahasiswa dan dosen berinovasi, dan mempertahankan predikat kampus paling inovatif," kata Rektor IPB Dr Arif Satria.
Penampilan Twilite Orchestra dengan tema "Tribute to innovators and outhors" ini juga membawakan satu lagi ciptaan Rektor IPB Dr Arif Satria yang berjudul "Selamanya".
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018