Bogor (Antaranews Megapolitan) - Seorang peneliti itu harus mau menuliskan hasil penelitiannya, jika tidak mau menulis berhenti saja jadi peneliti. Demikian dikatakan Prof. Dr. Daniel Murdiarso, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) dari Departemen Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dalam Publiworkshop di Auditorium Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Dramaga, Bogor (24/9).

Publiworkshop yang merupakan salah satu kegiatan yang tergabung dalam Publiweek ini mengusung tema “Tips Menembus Jurnal Internasional Bereputasi".  Prof. Daniel merupakan nama peneliti yang selalu pertama muncul saat di-search di jurnal terindeks Scopus.

Menurutnya, publikasi merupakan pekerjaan peneliti. Peneliti itu bisa dosen dan mahasiswanya. Tidak ada kolaborasi antara dosen dan mahasiswa maka tidak ada publikasi. Saat menuliskan hasil risetnya, peneliti harus tahu siapa pembacanya dan tahu tentang apa yang akan mereka (peneliti) kontribusikan kepada masyarakat.

“Tak perlu takut dan berkecil hati jika menghadapi kendala dalam menulis, terutama untuk dipublikasikan ke jurnal internasional. Kita bisa meniru peneliti Jepang. Mereka terbatas kemampuan bahasa Inggrisnya, tetapi mereka bisa karena mereka tekun,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB, Dr. Aji Hermawan dalam sambutannya mengatakan bahwa dalam satu pekan ini, LPPM IPB akan menggelar berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan gairah publikasi internasional bagi dosen dan mahasiswa melalui Publiweek, Publicourse, Publiclinic dan Publiexpo.

“Publikasi ilmiah internasional adalah suatu hal yang penting yang selalu didengungkan. Publikasi menjadi hal utama yang diminta mulai dari level pimpinan perguruan tinggi hingga di kementerian. Publikasi riset memberikan dampak kepada banyak hal. Mulai dari kinerja perguruan tinggi, kinerja penelitian, dampak ranking pergurun tinggi di dalam negeri maupun luar negeri. Oleh karena itu, mau tidak mau kita sebagai peneliti menempatkan penelitian paling sentral,” ucapnya.

Menurutnya publikasi seharusnya dilakukan bukan hanya untuk mengejar ranking, akan tetapi yang terpenting adalah apa yang kita pikirkan bisa menjadi sarana untuk sharing pengetahuan, tidak sekedar tampil dalam sebuah jurnal.

“Lebih jauh lagi publikasi yang dihasilkan merupakan ekspresi intelektual yang kita perlu share ke publik. Kita menjadi top leader di bidang yang kita geluti. Dengan berbagai kegiatan untuk memperkuat publikasi ini, harapannya dari narasumber yang hadir akan ada tips strategi yang bisa dipetik,” ucapnya.
 
Narasumber lainnya yang hadir dalam Publiworkshop yakni Suharyo Sumowidagdo dari Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) dan Dr. Eva Anggraeni (Wakil Kepala Bidang Kajian Strategis dan Publikasi Ilmiah LPPM IPB). (dh/Zul)

Pewarta: Oleh: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018