Cisarua, Bogor (Antaranews Megapolitan) - Taman Safari indonesia (TSI) Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat melakukan kerja sama antarlembaga konservasi, yakni memberikan sepasang satwa Komodo (Varanus komodoensis) kepada Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.

"Kami memberikan sepasang komodo kepada TMII, sedangkan TMII memberikan 10 reptil, yang sembilan di antaranya masuk daftar langka dan satu unggas," kata Direktur TSI Cisarua, Jansen Manansang di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jabar, Selasa.

Menurut dia, 10 reptil dengan sembilan satwa yang dinyatakan langka itu antara lain kuau raja, angsa boha, kadal lidah biru, sanca hijau, kura-kura biuku, trulek kenanga, ibis kepala hitam, ibis roko roko, dan rangkong badak.

Kerja sama itu, katanya, adalah salah satu bentuk pengembangbiakan di mana saat ini habitat komodo hanya berkisar pada 31 ekor dan memiliki masa hidup selama 13 tahun lamanya.

Namun dengan adanya konservasi "ex-situ" (di luar habitat alami) diharapkan TMII dapat mengembangbiakannya agar satwa liar tersebut bertambah dengan kualitas hidup menjadi lebih baik.

Dalam uji coba pengembangbiakan di TSI Cisarua -- dengan suhu udara yang sangat berbeda dengan habitat aslinya di Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur -- penelitian terus dilakukan oleh tim dari TSI Cisarua.

Karena itu, katanya, guna kepentingan penelitian dan konservasi, maka dilakukan pengembangbiakan di luar TSI, yakni di TMII, yang memiliki suhu udara yang lebih sesuai dengan habitat aslinya, yakni dengan suhu terendah 27 derajat Celcius, sehingga untuk pertumbuhan dan pengembangbiakan akan menjadi lebih mudah.

"Dan terpenting untuk kandangnya sendiri harus menyesuaikan dengan habitat aslinya, agar pengembangbiakan menjadi lebih sempurna," katanya.

Ia menambahkan dalam hal ini TSI sudah berhasil melakukan pengembangbiakan komodo dari masa kawin hingga penetasan.

Namun dalam hal ini membutuhkan suhu, kelembapan yang harus mendekati habitat aslinya sehingga pihak TSI melakukan rancangan kandang dan suhu yang mendekati habitat aslinya.

Setelah menetas, komodo muda diberikan makanan berupa telur dengan kandungan nutrisi salmonela (telur komersil).

"Tapi bila sudah dewasa makanannya daging dan dalam seminggu minimal satu ekor domba. Dan itu harus sesuai takaran," katanya.

Sementara itu, Direktur TMII Jakarta, Tanribali Lamo mengapresiasi keberhasilan TSI dalam konservasi komodo.

Kerja sama antarlembaga konservasi itu dinilainya bisa dikembangkan dengan lembaga konservasi lainnya di Indonesia.

Ia mengatakan diperlukan kerja sama bersama untuk menunjang kredibilitas dalam pengembangbiakan komodo, reptil purba yang masih tersisa di dunia itu.

"Dulu di TMII pernah ada komodo dan berhasil dikembangbiakan dan dapat bertahan hidup selama 25 tahun, sementara pada alam bebas hanya 13 tahun," katanya.

Setelah kerja sama itu, maka secepatnya TMII segera melakukan perubahan dengan melengkapi beberapa sarana pendukung seperti pohon maupun gua-gua seperti habitat aslinya sehingga komodo tersebut akan berkembang baik.

"Tentu kami di TMII masih membutuhkan supervisi dari tim TSI, baik dokter hewan dan perawat untuk membantu sehingga komodo ini dapat berkembang dengan baik dan berkualitas," katanya.

Pewarta: Mayolus Fajar Dwiyanto

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018