Bogor (Antaranews Megapolitan) - Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang melakukan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah melakukan uji coba biogas pertama di dusun Tegal Geneng, Desa Sale (19/8). Dusun Tegal Geneng merupakan salah satu dusun di Desa Sale yang memiliki areal peternakan khususnya sapi yang paling besar.
Setiap warga yang ada di dusun tersebut hampir semua memiliki sapi sebagai hewan ternaknya. Hal ini yang lalu dimanfaatkan oleh mahasiswa KKN-T IPB Desa Sale sebagai suatu potensi pemanfaatan energi terbarukan. Sebelumnya, masyarakat Dusun Tegal Geneng memanfaatkan kotoran sapi hanya sebagai pupuk kompos dan belum dimanfaatkan dengan maksimal.
Tabung biogas tersebut dibangun di lahan milik Ketua RT 04 Dusun Tegal Geneng, warga biasa memanggil Mbah Run. Rencananya biogas pertama di Dusun Tegal Geneng ini menjadi salah satu biogas percontohan untuk warga-warga lainnya. Warga-warga yang hadir pada saat pembuatan juga terlihat antusias, mereka saling tolong-menolong membantu mahasiswa KKN-T IPB dalam pembuatan biogas. “Antusias warga sangat luar biasa, saya belum pernah menjumpai kekompokan warga seperti ini,” tutur Vian, Ketua Kelompok KKN-T IPB di wlyah ini.
Tabung produksi biogas yang dibuat berukuran 4x1 meter dimana kedalaman lubangnya sekitar 50 centimeter. Tabung produksi biogas yang dibuat ini juga sekaligus biogas pertama di Desa Sale. Hal itu yang membuat warga sangat antusias dengan program tersebut. Warga sendiri sangat mendukung kegiatan ini terlihat dari bantuan yang diberikan tidak hanya tenaga tetapi beberapa warga juga memberikan makanan untuk warga-warga yang sedang kerja bakti membuat biogas tersebut.
Pada hari uji coba pertama biogas, mahasiswa KKN-T IPB langsung mencoba di lapangan dengan menggunakan korek api. Api yang dihasilkan berwarna biru dan sedikit merah di bagian atas, ini membuktikan bahwa kualitas gas yang dihasilkan sangat baik. Seperti yang kita ketahui kualitas api yang baik dan memiliki panas yang baik pula adalah api yang berwarna biru.
“Saya sangat senang dengan kehadiran adik-adik KKN-T dan membuat program yang berguna bagi dusun kami. Harapannya masyarakat dapat mengikuti langkah-langkah yang sudah diajarkan,” ucap Mbah Run.
Proses pembuatan biogas tersebut hanya memakan waktu sekitar dua hari. Hari pertama difokuskan pada pembuatan tabung biogas dan lubang penampungan. Hari kedua adalah waktu pemasangan dan finishing. Mahasiswa KKN-T IPB tidak begitu banyak mengalami kendala karena warga sangat mudah untuk diajak kerja sama, hanya saja terkendala dalam pemilihan bambu yang cocok untuk tabung biogasnya. Tabung biogas dibuat dari plastik dengan kerangka bambu yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai tabung besar. Cara ini dipilih karena dianggap yang paling ekonomis dan efisien.
“Kita memilih membuat tabung menggunakan rangka bambu dan plastik karena melihat dari kondisi warga desa. Agar warga desa ke depannya mau mengikuti membuat biogas kami pilih metode pembuatan dengan harga yang ekonomis tetapi tetap kuat dengan pengerjaan yang mudah,” kata Habib, Ketua Program Biogas.
Harapannya dengan adanya program ini warga desa dapat menggunakannya dengan efisien dan dapat membuatnya di setiap rumah. Mengingat setiap rumah warga terdapat hewan ternak khususnya sapi. “Dari pada limbah tersebut dibuang menjadi hal yang tidak berguna lebih baik dimanfaatkan sebagai biogas. Harapannya pula dengan adanya biogas di setiap rumah, warga dapat menghemat pengeluaran untuk membeli bahan bakar gas,” tambahnya. (GW/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Setiap warga yang ada di dusun tersebut hampir semua memiliki sapi sebagai hewan ternaknya. Hal ini yang lalu dimanfaatkan oleh mahasiswa KKN-T IPB Desa Sale sebagai suatu potensi pemanfaatan energi terbarukan. Sebelumnya, masyarakat Dusun Tegal Geneng memanfaatkan kotoran sapi hanya sebagai pupuk kompos dan belum dimanfaatkan dengan maksimal.
Tabung biogas tersebut dibangun di lahan milik Ketua RT 04 Dusun Tegal Geneng, warga biasa memanggil Mbah Run. Rencananya biogas pertama di Dusun Tegal Geneng ini menjadi salah satu biogas percontohan untuk warga-warga lainnya. Warga-warga yang hadir pada saat pembuatan juga terlihat antusias, mereka saling tolong-menolong membantu mahasiswa KKN-T IPB dalam pembuatan biogas. “Antusias warga sangat luar biasa, saya belum pernah menjumpai kekompokan warga seperti ini,” tutur Vian, Ketua Kelompok KKN-T IPB di wlyah ini.
Tabung produksi biogas yang dibuat berukuran 4x1 meter dimana kedalaman lubangnya sekitar 50 centimeter. Tabung produksi biogas yang dibuat ini juga sekaligus biogas pertama di Desa Sale. Hal itu yang membuat warga sangat antusias dengan program tersebut. Warga sendiri sangat mendukung kegiatan ini terlihat dari bantuan yang diberikan tidak hanya tenaga tetapi beberapa warga juga memberikan makanan untuk warga-warga yang sedang kerja bakti membuat biogas tersebut.
Pada hari uji coba pertama biogas, mahasiswa KKN-T IPB langsung mencoba di lapangan dengan menggunakan korek api. Api yang dihasilkan berwarna biru dan sedikit merah di bagian atas, ini membuktikan bahwa kualitas gas yang dihasilkan sangat baik. Seperti yang kita ketahui kualitas api yang baik dan memiliki panas yang baik pula adalah api yang berwarna biru.
“Saya sangat senang dengan kehadiran adik-adik KKN-T dan membuat program yang berguna bagi dusun kami. Harapannya masyarakat dapat mengikuti langkah-langkah yang sudah diajarkan,” ucap Mbah Run.
Proses pembuatan biogas tersebut hanya memakan waktu sekitar dua hari. Hari pertama difokuskan pada pembuatan tabung biogas dan lubang penampungan. Hari kedua adalah waktu pemasangan dan finishing. Mahasiswa KKN-T IPB tidak begitu banyak mengalami kendala karena warga sangat mudah untuk diajak kerja sama, hanya saja terkendala dalam pemilihan bambu yang cocok untuk tabung biogasnya. Tabung biogas dibuat dari plastik dengan kerangka bambu yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai tabung besar. Cara ini dipilih karena dianggap yang paling ekonomis dan efisien.
“Kita memilih membuat tabung menggunakan rangka bambu dan plastik karena melihat dari kondisi warga desa. Agar warga desa ke depannya mau mengikuti membuat biogas kami pilih metode pembuatan dengan harga yang ekonomis tetapi tetap kuat dengan pengerjaan yang mudah,” kata Habib, Ketua Program Biogas.
Harapannya dengan adanya program ini warga desa dapat menggunakannya dengan efisien dan dapat membuatnya di setiap rumah. Mengingat setiap rumah warga terdapat hewan ternak khususnya sapi. “Dari pada limbah tersebut dibuang menjadi hal yang tidak berguna lebih baik dimanfaatkan sebagai biogas. Harapannya pula dengan adanya biogas di setiap rumah, warga dapat menghemat pengeluaran untuk membeli bahan bakar gas,” tambahnya. (GW/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018