Bogor (Antaranews Megapolitan) - Pertandingan terakhir nomor Lintas Alam pada cabang olahraga Paralayang Asian Games 2018 di Gunung Mas Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dipadati oleh warga yang datang menonton, Rabu.
Tidak seperti hari-hari biasanya warga ramai mendatangi arena, terjadi kepadatan di area penonton. Selain datang untuk menonton, juga untuk mengabadikan momen, juga memberikan dukungan kepada atlet yang mendarat di landasan.
Warga juga antusias meminta bersua foto dengan sejumlah atlet baik itu atlet dalam negeri, maupun luar negeri. Salah satu atlet muda Nepal Yukesh Gurung menjadi idola penonton.
"Habis ganteng mbak, dia juga atlet termuda di Paralayang," kata Siti Habibah.
Sejak hari pertama pertandingan tanggal 20 Agustus 2018, panitia menggratiskan warga untuk masuk menonton. Setiap hari warga datang melihat, namun tidak sebanyak hari ini.
Warga sudah ramai datang sejak pagi, bahkan selesai acara pengalungan yang berlangsung sore hari.
Bahkan beberapa anak-anak warga setempat berani memanjat pohon untuk melihat proses pengalungan. Karena mereka terhalang penonton dewasa yang memadati pagar pembatas area penonton.
Warga juga membawa kamera profesional yang jelas-jelas dilarang bagi pengunjunh untuk mengambil gambar.
Siti Habibah (45) datang membawa serta cucunya yang berusia satu tahun yang suka melihat atlet paralayang terbang.
"Yang suka cucu saya ini, dia bilangnya pesawat-pesawat sambil nunjuk pilot yang terbang," kata Siti.
Sebagai warga Cisarua, Siti sangat bangga daerahnya menjadi tuan rumah acara internasional Asian Games 2018.
Menurutnya, nama Bogor menjadi lebih dikenal, dan warga juga suka bisa melihat dan berinteraksi dengan orang asing.
"Sejak ada Paralayang ini jadi objek wisata bagi warga, dan banyak juga yang jadi atlet," kata Siti.
Suasana hari terakhir pertandingan Paralayang lebih meriah, selain dipadati warga yang antusias menonton. Juga keseruan para atlet yang bersua foto bersama relawan maupun official, dengan latar belakang pemadanangan Puncak.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Tidak seperti hari-hari biasanya warga ramai mendatangi arena, terjadi kepadatan di area penonton. Selain datang untuk menonton, juga untuk mengabadikan momen, juga memberikan dukungan kepada atlet yang mendarat di landasan.
Warga juga antusias meminta bersua foto dengan sejumlah atlet baik itu atlet dalam negeri, maupun luar negeri. Salah satu atlet muda Nepal Yukesh Gurung menjadi idola penonton.
"Habis ganteng mbak, dia juga atlet termuda di Paralayang," kata Siti Habibah.
Sejak hari pertama pertandingan tanggal 20 Agustus 2018, panitia menggratiskan warga untuk masuk menonton. Setiap hari warga datang melihat, namun tidak sebanyak hari ini.
Warga sudah ramai datang sejak pagi, bahkan selesai acara pengalungan yang berlangsung sore hari.
Bahkan beberapa anak-anak warga setempat berani memanjat pohon untuk melihat proses pengalungan. Karena mereka terhalang penonton dewasa yang memadati pagar pembatas area penonton.
Warga juga membawa kamera profesional yang jelas-jelas dilarang bagi pengunjunh untuk mengambil gambar.
Siti Habibah (45) datang membawa serta cucunya yang berusia satu tahun yang suka melihat atlet paralayang terbang.
"Yang suka cucu saya ini, dia bilangnya pesawat-pesawat sambil nunjuk pilot yang terbang," kata Siti.
Sebagai warga Cisarua, Siti sangat bangga daerahnya menjadi tuan rumah acara internasional Asian Games 2018.
Menurutnya, nama Bogor menjadi lebih dikenal, dan warga juga suka bisa melihat dan berinteraksi dengan orang asing.
"Sejak ada Paralayang ini jadi objek wisata bagi warga, dan banyak juga yang jadi atlet," kata Siti.
Suasana hari terakhir pertandingan Paralayang lebih meriah, selain dipadati warga yang antusias menonton. Juga keseruan para atlet yang bersua foto bersama relawan maupun official, dengan latar belakang pemadanangan Puncak.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018