Bogor (Antaranews Megapolitan) - Tiga unit kerja di Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Direktorat Program Internasional, IPB Center for Transdisciplinary Science and Sustainability Sciences (IPB CTSS) dan Program Studi Multidisiplin Sekolah Pascasarjana menggelar The 12th IPB Talks on Complexity and Sustainability Sciences dengan tema “Sustainability Action Research”. Kegiatan yang digelar di Tanoto Forestry Center, Kampus IPB Dramaga Bogor,  Kamis (2/8), ini dihadiri  sekiranya 42 mahasiswa yang berasal dari berbagai program studi di IPB dan ada pula yang berasal dari Fakulti Alam Sekitar Universiti Putra Malaysia.  

Membahas tuntas permasalahan lingkungan dari berbagai sudut pandang, seminar ini menghadirkan Dr. Jacob Phelps dari Pusat Lingkungan, Lancaster University, United Kingdom dan Prof. Bambang Hero Saharjo dari Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan  IPB.

Dalam pemaparannya, Dr. Jacob menjelaskan betapa pentingnya kesadaran dari para ahli lingkungan tentang makna mempelajari lingkungan itu sendiri. “Mempelajari lingkungan bermakna bahwa kita harus mampu ikut menjaga lingkungan itu sendiri," ujarnya.  

Banyak peristiwa kegiatan ekonomi yang berdampak dalam skala besar terhadap lingkungan seperti kasus bocornya tanker minyak di Alaska, pengeboran sumur di Mexico,  pembakaran lahan di Aceh, dan lain-lain.

Kerusakan semakin diperparah dengan terjadinya degradasi pada lahan-lahan yang seharusnya menjadi penyokong konservasi lingkungan.

“Kita hidup di lingkungan yang berbahaya. Kita harus dapat mengklasifikasikan bahaya-bahaya yang ada, sehingga ketika bahaya lingkungan itu terjadi, kerugian dapat diminimalisir," katanya.

Ia juga menambahkan, hukuman yang diberikan kepada para penjahat lingkungan saat ini kurang memberikan efek jera. Denda dan hukuman pidana yang dijatuhkan tidak dapat memberikan kontribusi perbaikan dan pencegahan signifikan bagi lingkungan.

"Peraturan harus dibuat lebih mendasar dan melibatkan kearifan lokal," sebutnya.
Prof. Bambang memulai materinya dengan memberikan gambaran visual berupa video tentang betapa mirisnya kondisi kebakaran hutan di wilayah Indonesia khususnya Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah.  "Hal yang harus kita pikirkan bersama dari bencana kebakaran hutan ini ialah emisi dari pembakaran, zat apa yang terkandung di dalamnya serta dampak dan kerugian apa saja yang dihasilkan.

Efek dari pembakaran ini sangat besar. Tidak hanya mengancam kesehatan jutaan nyawa di Indonesia, tapi dampak buruk yang dihasilkan juga merambah ke negara-negara lainnya seperti Malaysia, Singapura bahkan asap yang dihasilkan mencapai Amerika Serikat," jelasnya.

Terhitung sejak empat tahun berlalunya kebakaran hebat yang terjadi di beberapa titik di Pulau Sumatera dan Kalimantan, hingga saat ini titik-titik api yang ada, belum dapat dipadamkan. Hal ini tentu dapat memicu kebakaran lainnya, jika kondisi kemarau datang.

“Banyak perusahaan yang membohongi kami selaku peneliti. Mereka bilangnya tidak membakar lahan, tapi menanam sawitnya dengan pupuk. Namun setelah kami uji laboratorium ternyata tidak ada satupun kandungan pupuk di tanah. Jadi mereka hanya mengandalkan abu-abu hasil bakaran hutan untuk menumbuhkan tanaman mereka.
Instansi-instansi pemerintah pun responnya mengecewakan karena terkesan lepas tangan dengan kejadian yang terjadi,"  ujar Ahli Kebakaran Hutan IPB ini.

Direktur Program Internasional IPB, Prof. Iskandar Zulkarnaen Siregar berpendapat bahwa program IPB Talks ini sangat bagus sebagai sarana berbagi pengetahuan antar akademisi.

“Diskusi yang dihidangkan tidak lagi monodisiplin, namun transdisiplin. Misalnya, kita tidak hanya membahas ekologi namun juga membahas permasalahan secara menyeluruh bahkan menyangkut ekonomi," sebutnya.

 Menurut Prof. Iskandar, hal ini sejalan dengan tujuan IPB dalam membangun forum multidisiplin keilmuan. Yakni agar orang-orang dari berbagai bidang dapat bahu-membahu menyelesaikan permasalahan bersama. (FI/ris)

Pewarta: Oleh: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018