Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB) melakukan kunjungan ke situs cagar budaya jembatan gantung yang dibangun kolonial melintasi Sungai Dodokan Gerung di Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat.
Kepala Museum NTB Ahmad Nuralam mengatakan pihaknya menilik peran pembangunan jembatan gantung itu terhadap sektor transportasi dan pertanian masyarakat setempat.
"Sejarah bersifat objektif. Kami hadir untuk menunjukkan jejak Belanda ada di Lombok," ujarnya di Lombok Barat, Rabu.
Merujuk buku berjudul Profil Cagar Budaya Lombok Barat ditulis oleh para guru sejarah SMA se-Kabupaten Lombok Barat yang terbit tahun 2012, jembatan gantung yang dicat warna kuning dan biru tersebut menghubungkan Desa Kebon Ayu dengan Desa Jembatan Gantung.
Baca juga: Museum NTB kenalkan ragam sejarah hingga budaya lokal ke siswa lereng Gunung Rinjani
Baca juga: Pengunjung Museum NTB capai 63 ribu orang
Jembatan itu dibangun tahun 1935 dan diresmikan tahun 1938 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Tujuan pembangunan jembatan gantung tersebut sebagai sarana transportasi dan irigasi.
Bagian bawah jembatan sebelah kanan dan kiri terdapat gorong-gorong atau pipa terbuka saluran air yang terbuat dari besi. Saluran irigasi itu merupakan saluran utama untuk mengairi wilayah Lembar dan sekitarnya agar tidak lagi mengandalkan air hujan untuk mengelola lahan pertanian.
Nuralam menuturkan teknologi yang dipakai kolonial saat itu terbilang terampil karena bisa mengombinasikan sarana transportasi dengan sarana irigasi sekaligus.
"Kapasitas keilmuan Belanda bidang teknologi pengairan dan tata kelola air memang sudah unggul, salah satunya ditunjukkan oleh jembatan tersebut. Ini harus menjadi pelajaran bagi kita bagaimana keseriusan Belanda itu mengatur hal-hal yang berkaitan dengan sektor pertanian," kata Nuralam.
Baca juga: Museum NTB hadirkan ragam inovasi
Jembatan Gantung Dodokan Gerung dibangun di atas lahan seluas 3.719 meter persegi. Panjang jembatan mencapai 80,5 meter dengan lebar 4,2 meter, tinggi 40,5 meter, tinggi tiang 8,5 meter, dan kedalaman tiang 22 meter.
Panjang tali penyangga 22,5 meter, jumlah tali penyangga tiang sebanyak 16 buah, panjang tali penyangga mencapai 100 meter, dan tali penyangga jembatan berjumlah 46 buah.
Lebih lanjut Nuralam menyampaikan ketahanan pangan adalah salah satu program nasional pemerintahan Indonesia saat ini di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, sehingga dibutuhkan infrastruktur pengairan yang bagus agar misi ketahanan pangan bisa terwujud.
"Sejarah kita menunjukkan bahwa sektor pertanian adalah sektor yang unggul dari zaman dahulu kala, sehingga kita tidak boleh meninggalkan sektor itu," pungkas Nuralam.
Editor :
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2025