Ankara, Turki (Antaranews Megapolitan/Xinhua-OANA) - Hasil awal memperlihatkan Presiden petahana Turki Recep Tayyip Erdogan meraih 52,7 persen suara dalam pemilihan presiden setelah 96,5 persen suara dihitung, demikian laporan kantor berita resmi Turki, Anadolu, Ahad (24/6).
Pesaing utama Erdogan dalam pemilihan presiden Turki, Muharrem Ince dari kubu utama oposisi Partai Rakyat Republik, mengantungi 30,7 persen suara, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin pagi.
Dalam pemilihan anggota parlemen, Partai Pembangunan dan Keadilan --yang memerintah-- memperoleh 42,5 persen suara setelah 96,5 persen suara dihitung.
Namun, partai oposisi utama menyatakan terlalu dini untuk mengakui kekalahan dan mengatakan oposisi percaya Erdogan masih bisa meraih kurang dari 50 persen suara yang diperlukan untuk menghindari putaran kedua pemungutan suara pada 8 Juli.
"Rakyat kita telah memberi kami tugas untuk memikul jabatan presiden dan pos eksekutif," kata Erdogan di dalam pesan singkat nasional, bahkan saat kertas suara masih dihitung.
"Saya harap tak seorang akan berusaha meragukan hasil dan membahayakan demokrasi untuk menyembunyikan kegagalan mereka sendiri," katanya.
Erdogan (64), politikus yang paling populer tapi juga paling menentukan dalam sejarah Turki modern, belakangan melambaikan tanganan dari atas bus di Istanbula kepada pendukungnya, yang dengan gembira mengibarkan bendera.
Penampilan kuat yang terduga oleh mitra aliansi partai yang memerintah, kubu nasionalis MHP, dapat diterjemahkan menjadi mayoritas parlemen yang stabil yang diupayakan oleh Erdogan untuk memerintah secara leluasa.
"Ini menberi panggung bagi dipercepatnya pembaruan," kata Wakil Perdana Menteri Turki Mehmek Simsek di akun Twitter mengenai hasil awal tersebut.
Dalam perdagangan awal di Asia, nilai tukar mata uang lira Turki bertahan terhadap dolar karena adanya harapan bagi peningkatan kestabilan politik.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Pesaing utama Erdogan dalam pemilihan presiden Turki, Muharrem Ince dari kubu utama oposisi Partai Rakyat Republik, mengantungi 30,7 persen suara, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin pagi.
Dalam pemilihan anggota parlemen, Partai Pembangunan dan Keadilan --yang memerintah-- memperoleh 42,5 persen suara setelah 96,5 persen suara dihitung.
Namun, partai oposisi utama menyatakan terlalu dini untuk mengakui kekalahan dan mengatakan oposisi percaya Erdogan masih bisa meraih kurang dari 50 persen suara yang diperlukan untuk menghindari putaran kedua pemungutan suara pada 8 Juli.
"Rakyat kita telah memberi kami tugas untuk memikul jabatan presiden dan pos eksekutif," kata Erdogan di dalam pesan singkat nasional, bahkan saat kertas suara masih dihitung.
"Saya harap tak seorang akan berusaha meragukan hasil dan membahayakan demokrasi untuk menyembunyikan kegagalan mereka sendiri," katanya.
Erdogan (64), politikus yang paling populer tapi juga paling menentukan dalam sejarah Turki modern, belakangan melambaikan tanganan dari atas bus di Istanbula kepada pendukungnya, yang dengan gembira mengibarkan bendera.
Penampilan kuat yang terduga oleh mitra aliansi partai yang memerintah, kubu nasionalis MHP, dapat diterjemahkan menjadi mayoritas parlemen yang stabil yang diupayakan oleh Erdogan untuk memerintah secara leluasa.
"Ini menberi panggung bagi dipercepatnya pembaruan," kata Wakil Perdana Menteri Turki Mehmek Simsek di akun Twitter mengenai hasil awal tersebut.
Dalam perdagangan awal di Asia, nilai tukar mata uang lira Turki bertahan terhadap dolar karena adanya harapan bagi peningkatan kestabilan politik.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018