Bogor (Antaranews Megapolitan) - Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan didukung oleh Rumah Potong Hewan (RPH) PT. Elders Indonesia menggelar pelatihan kesejahteraan hewan pada rantai pasok sapi potong. Pelatihan ini mengambil tema “Penerapan Animal Welfare pada Rantai Pasok Sapi Potong” dan digelar di Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga (14/5).
Penyelenggaraan kesejahteraan hewan merupakan tanggung jawab bersama stakeholder. Mulai dari pemerintah, pendidikan tinggi, bisnis dan komunitas peternak. Hal ini sesuai dengan kaidah Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) dan Kesejahteraan Hewan.
Dekan Fapet IPB, Dr. Muhamad Yamin mengatakan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada peserta pelatihan tentang penerapan kaidah Animal Welfare secara komprehensif pada rantai pasok sapi potong.
“Peserta juga belajar tentang tata kelola RPH Ruminansia yang hemenuhi standigienis, mar Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) dan berdaya saing. Saya harap pelatihan ini dapat memberikan pemahaman kepada peserta pelatihan untuk menerapkan praktik manajemen rantai pasok sapi potong yang sesuai kaidah Animal Welfare dari hulu ke hilir. Selain dilatih, peserta juga kami ajak untuk berkunjung ke RPH PT. Elders Indonesia,” ujarnya.
Dalam hal pemeliharaan ternak, kesejahteraan hewan memang tidak hanya dapat dinilai dari segi ekonomi saja. Penerapan kesejahteraan hewan merupakan perwujudan penghargaan yang lebih kepada hewan dalam rangka melindungi hak-hak hewan sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dengan demikian hewan akan memberikan umpan balik yang baik pula kepada manusia.
Rantai distribusi ternak sapi di Indonesia saat ini masih sangat panjang dengan sistem transportasi yang belum tertata dengan baik, khususnya untuk pengiriman sapi antar pulau. Ini sebabnya biaya transportasi menjadi sangat tinggi serta dapat mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan ternak yang ditransportasikan.
Tantangan utama yang dihadapi adalah kekurangan fasilitas dan infrastruktur, kekurangan sumber daya manusia (SDM) terampil dalam menangani ternak yang sesuai aspek kesejahteraan hewan pada rantai pasok sapi potong serta belum adanya proses transportasi ternak yang baik.
Maka dibutuhkan pemahaman bersama seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang bergerak dalam industri sapi pedaging untuk mengatasi tantangan ini, sehingga rantai pasok/distribusi ternak dapat tertata dengan baik, performa ternak selama dan setelah proses transportasi tetap terjaga, dan pada akhirnya tercapai keuntungan yang optimal dan berkelanjutan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penelitian yang komprehensif yang melibatkan stakeholders sepanjang rantai pasok sapi potong. Kegiatan penelitian dapat diinisiasi dengan melakukan pelatihan untuk mengkaji dan mengevaluasi peranan (role), kepentingan (interest) dan pengaruh (power) dari masing-masing stakeholder sepanjang rantai pasok.
Hadir sebagai nara sumber dari Livestock Services Manager Meat and Livestock Australia, Drh. Helen Fadma, dan Divisi Anatomi Histologi dan Farmakologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Drh. Supratikno, MSi, PAVet (Awl/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Penyelenggaraan kesejahteraan hewan merupakan tanggung jawab bersama stakeholder. Mulai dari pemerintah, pendidikan tinggi, bisnis dan komunitas peternak. Hal ini sesuai dengan kaidah Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) dan Kesejahteraan Hewan.
Dekan Fapet IPB, Dr. Muhamad Yamin mengatakan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada peserta pelatihan tentang penerapan kaidah Animal Welfare secara komprehensif pada rantai pasok sapi potong.
“Peserta juga belajar tentang tata kelola RPH Ruminansia yang hemenuhi standigienis, mar Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) dan berdaya saing. Saya harap pelatihan ini dapat memberikan pemahaman kepada peserta pelatihan untuk menerapkan praktik manajemen rantai pasok sapi potong yang sesuai kaidah Animal Welfare dari hulu ke hilir. Selain dilatih, peserta juga kami ajak untuk berkunjung ke RPH PT. Elders Indonesia,” ujarnya.
Dalam hal pemeliharaan ternak, kesejahteraan hewan memang tidak hanya dapat dinilai dari segi ekonomi saja. Penerapan kesejahteraan hewan merupakan perwujudan penghargaan yang lebih kepada hewan dalam rangka melindungi hak-hak hewan sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dengan demikian hewan akan memberikan umpan balik yang baik pula kepada manusia.
Rantai distribusi ternak sapi di Indonesia saat ini masih sangat panjang dengan sistem transportasi yang belum tertata dengan baik, khususnya untuk pengiriman sapi antar pulau. Ini sebabnya biaya transportasi menjadi sangat tinggi serta dapat mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan ternak yang ditransportasikan.
Tantangan utama yang dihadapi adalah kekurangan fasilitas dan infrastruktur, kekurangan sumber daya manusia (SDM) terampil dalam menangani ternak yang sesuai aspek kesejahteraan hewan pada rantai pasok sapi potong serta belum adanya proses transportasi ternak yang baik.
Maka dibutuhkan pemahaman bersama seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang bergerak dalam industri sapi pedaging untuk mengatasi tantangan ini, sehingga rantai pasok/distribusi ternak dapat tertata dengan baik, performa ternak selama dan setelah proses transportasi tetap terjaga, dan pada akhirnya tercapai keuntungan yang optimal dan berkelanjutan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penelitian yang komprehensif yang melibatkan stakeholders sepanjang rantai pasok sapi potong. Kegiatan penelitian dapat diinisiasi dengan melakukan pelatihan untuk mengkaji dan mengevaluasi peranan (role), kepentingan (interest) dan pengaruh (power) dari masing-masing stakeholder sepanjang rantai pasok.
Hadir sebagai nara sumber dari Livestock Services Manager Meat and Livestock Australia, Drh. Helen Fadma, dan Divisi Anatomi Histologi dan Farmakologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Drh. Supratikno, MSi, PAVet (Awl/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018