Seoul (Antaranews Megapolitan/Reuters) - Amerika Serikat (AS) berniat mengakhiri latihan-latihan militer di Korea Selatan. Ini berita lengapnya.
Deklarasi Presiden Amerika Serikat pada Selasa bahwa ia berniat mengakhiri latihan-latihan militer di Korea tampaknya menjadi berita bagi para pejabat Korea Selatan dan militer AS.
Trump membuat keterangan itu dalam suatu jumpa pers setelah pertemuan puncaknya dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Singapura, dengan menyerukan permainan-permainan perang mahal dan "provokatif."
Wisma Biru Kepresidenan Korea Selatan menyatakan pihaknya perlu "mencari tahu arti dan maksud" dari pernyataan Trump, seraya menambahkan bahwa ingin "mendalami berbagai langkah-langkah untuk membantu pembicaraan bergerak dengan lebih lancar."
Sementara itu seorang wanita juru bicara pasukan militer AS di Korea mengatakan mereka tidak menerima arahan untuk menghentikan latihan-latihan militer.
"USFK belum menerima arahan yang diperbarui mengenai eksekusi atau penghentian latihan-latihan - mencakup jadwal Ulchi Freedom Guardian di musim gugur ini," pasukan AS di Korea, kata Kolonel Jennifer Lovett, jubir itu dalam sebuah pernyataan.
"Sesuai dengan mitra-mitra ROK (Korsel), kami akan melanjutkan postur militer kami saat ini hingga kami menerima arahan yang mutakhir dari Departemen Pertahanan (DoD) dan/atau Komando Indo-Pasifik (INDOPACOM)."
Pentagon belum segera dapat menanggapi keterangan Trump mengenai penangguhan pelatihan, suatu langkah yang militer AS telah lama tentang.
Letkol Chris Logan, seorang juru bicara, hanya berkata,"Departemen Pertahanan terus bekerja dengan Gedung Putih dan sekutu kami dan mitra-mitra yang sedang bekerja setelah pertemuan puncak AS/DPRK. Kami akan menmberikan informasi tambahan kalau sudah ada."
Satu pejabat Korsel mengatakan semula ia berfikir Trump salah bicara. "Saya kaget ketika dia menyebut latihan-latihan itu 'provokatif," kata yang digunakan oleh seorang presiden AS," kata pejabat itu yang tak mau disebutkan jati dirinya untuk membahas isu sensitif secara politis.
Jika dilaksanakan, rencana itu bisa jadi salah satu langkah paling kongkrit dan kontroversial keluar dari pertemuan Trump dengan Kim, yang berjanji akan merampungkan denuklirisasi tetapi tak menyebutkan rincian.
Korsel menyatakan bulan lalu bahwa isu itu tentara AS ditempatkan di sana tak berkaitan dengan perjanjian perdamaian masa depan dengan Korut dan bahwa pasukan Amerika hendaknya tetap di sana bahkan jika sebuah persetujuan ditandatangani.
Penerjemah: M. Anthoni/M. Anthoni.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Deklarasi Presiden Amerika Serikat pada Selasa bahwa ia berniat mengakhiri latihan-latihan militer di Korea tampaknya menjadi berita bagi para pejabat Korea Selatan dan militer AS.
Trump membuat keterangan itu dalam suatu jumpa pers setelah pertemuan puncaknya dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Singapura, dengan menyerukan permainan-permainan perang mahal dan "provokatif."
Wisma Biru Kepresidenan Korea Selatan menyatakan pihaknya perlu "mencari tahu arti dan maksud" dari pernyataan Trump, seraya menambahkan bahwa ingin "mendalami berbagai langkah-langkah untuk membantu pembicaraan bergerak dengan lebih lancar."
Sementara itu seorang wanita juru bicara pasukan militer AS di Korea mengatakan mereka tidak menerima arahan untuk menghentikan latihan-latihan militer.
"USFK belum menerima arahan yang diperbarui mengenai eksekusi atau penghentian latihan-latihan - mencakup jadwal Ulchi Freedom Guardian di musim gugur ini," pasukan AS di Korea, kata Kolonel Jennifer Lovett, jubir itu dalam sebuah pernyataan.
"Sesuai dengan mitra-mitra ROK (Korsel), kami akan melanjutkan postur militer kami saat ini hingga kami menerima arahan yang mutakhir dari Departemen Pertahanan (DoD) dan/atau Komando Indo-Pasifik (INDOPACOM)."
Pentagon belum segera dapat menanggapi keterangan Trump mengenai penangguhan pelatihan, suatu langkah yang militer AS telah lama tentang.
Letkol Chris Logan, seorang juru bicara, hanya berkata,"Departemen Pertahanan terus bekerja dengan Gedung Putih dan sekutu kami dan mitra-mitra yang sedang bekerja setelah pertemuan puncak AS/DPRK. Kami akan menmberikan informasi tambahan kalau sudah ada."
Satu pejabat Korsel mengatakan semula ia berfikir Trump salah bicara. "Saya kaget ketika dia menyebut latihan-latihan itu 'provokatif," kata yang digunakan oleh seorang presiden AS," kata pejabat itu yang tak mau disebutkan jati dirinya untuk membahas isu sensitif secara politis.
Jika dilaksanakan, rencana itu bisa jadi salah satu langkah paling kongkrit dan kontroversial keluar dari pertemuan Trump dengan Kim, yang berjanji akan merampungkan denuklirisasi tetapi tak menyebutkan rincian.
Korsel menyatakan bulan lalu bahwa isu itu tentara AS ditempatkan di sana tak berkaitan dengan perjanjian perdamaian masa depan dengan Korut dan bahwa pasukan Amerika hendaknya tetap di sana bahkan jika sebuah persetujuan ditandatangani.
Penerjemah: M. Anthoni/M. Anthoni.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018