Bogor (Antaranews Megapolitan) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Prof Mohamad Nasir memaparkan kebijakan baru pendidikan tinggi Indonesia dalam lokakarya pertama re-orientasi kurikulum Institut Pertanian Bogor tahun 2019 di Kampus Dermana, Bogor, Jawa Barat, Senin.
Secara spesifik Menristek memaparkan tentang kebijakan pendidikan tinggi terkait kurikulum dan kompetensi di era Industri 4.0.
"Kurikulum kita itu adalah harus kita coba menghadapi di dalam Revolusi Industri 4.0, perlu ada penyesuaian-penyesuaian," katanya.
Menurut Nasir, di dalam menghadapi "desruption inovation" perlu dilakukan penyesuaian, sehingga para dosen, dan pimpinan perguruan tinggi harus tahu perubahan-perubahan tersebut.
Nasir mengatakan, re-orientasi kurikulum yang dilakukan IPB mendorong untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan yang ada di tingkat kementerian bisa tersampaikan ke level di bawah rektor.
"Ada ketertarikan saya datang ke IPB untuk menyampaikan kebijakan sehingga perlu penyesuaian dan penyeragaman pemahaman," katanya.
Nasir mengingatkan agar perguruan tinggi menyiapkan diri, mampu mengimbangi era digital, dengan berpikir masa depan, meninggalkan cara berpikir masa lalu.
Menurutnya, pendidikan tinggi harus mampu menjawab kebutuhan ekonomi Indonesia dengan menyesuaikan diri dalam era Revolusi Industri 4.0.
"Era disrupsi teknologi Revolusi Industri 4.0 ini memunculkan teknologi baru yang mengakibatkan perubahan luar biasa di semua disiplin ilmu, ekonomi, dan industri," kata Nasir.
IPB mengadakan lokakarya pertama re-orientasi Kurikulum 2019. Kegiatan ini merupakan siklus empat tahunan untuk mengevaluasi kurikulum yang telah berjalan.
Lokakarya ini diikuti oleh para pejabat setingkat dekan, kepala departemen, kepala laboratorium, kepala program studi, kepala unit, wakil dekan, dan dosen.
Sementara itu Rektor IPB Dr Arif Satria dalam arahannya memaparkan tentang urgensi dan relevansi pengembangan kurikulum IPB menuju Revolusi Industeri 4.0.
Arif mengingatkan, era disrupsi yang menyebabkan lingkungan strategis baru, adanya revolusi teknologi, perubahan iklim, globalisasi, geo-politik, dan perubahan struktur demografi.
Dalam paparan Arif menyampaikan gagasan IPB tentang pertanian 4.0 dengan mendorong "new age technology" di bidang pertanian pada Era 4.0.
IPB mendorong multifungsi pertanian dengan pendekatan multidisiplin ilmu, menciptakan pertanian tropika yang berkeadilan, inklusif dan berkelanjutan.
"Industrialisasi hasil riset IPB dengan memanfaatkan perkembangan IT pada Era 4.0," kata Arif.
Selanjutnya IPB mendorong "platform share economy" di bidang pertanian (dalam arti luas) dan membangun "linkages" antara "on-farm" dan "off-farm".
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Secara spesifik Menristek memaparkan tentang kebijakan pendidikan tinggi terkait kurikulum dan kompetensi di era Industri 4.0.
"Kurikulum kita itu adalah harus kita coba menghadapi di dalam Revolusi Industri 4.0, perlu ada penyesuaian-penyesuaian," katanya.
Menurut Nasir, di dalam menghadapi "desruption inovation" perlu dilakukan penyesuaian, sehingga para dosen, dan pimpinan perguruan tinggi harus tahu perubahan-perubahan tersebut.
Nasir mengatakan, re-orientasi kurikulum yang dilakukan IPB mendorong untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan yang ada di tingkat kementerian bisa tersampaikan ke level di bawah rektor.
"Ada ketertarikan saya datang ke IPB untuk menyampaikan kebijakan sehingga perlu penyesuaian dan penyeragaman pemahaman," katanya.
Nasir mengingatkan agar perguruan tinggi menyiapkan diri, mampu mengimbangi era digital, dengan berpikir masa depan, meninggalkan cara berpikir masa lalu.
Menurutnya, pendidikan tinggi harus mampu menjawab kebutuhan ekonomi Indonesia dengan menyesuaikan diri dalam era Revolusi Industri 4.0.
"Era disrupsi teknologi Revolusi Industri 4.0 ini memunculkan teknologi baru yang mengakibatkan perubahan luar biasa di semua disiplin ilmu, ekonomi, dan industri," kata Nasir.
IPB mengadakan lokakarya pertama re-orientasi Kurikulum 2019. Kegiatan ini merupakan siklus empat tahunan untuk mengevaluasi kurikulum yang telah berjalan.
Lokakarya ini diikuti oleh para pejabat setingkat dekan, kepala departemen, kepala laboratorium, kepala program studi, kepala unit, wakil dekan, dan dosen.
Sementara itu Rektor IPB Dr Arif Satria dalam arahannya memaparkan tentang urgensi dan relevansi pengembangan kurikulum IPB menuju Revolusi Industeri 4.0.
Arif mengingatkan, era disrupsi yang menyebabkan lingkungan strategis baru, adanya revolusi teknologi, perubahan iklim, globalisasi, geo-politik, dan perubahan struktur demografi.
Dalam paparan Arif menyampaikan gagasan IPB tentang pertanian 4.0 dengan mendorong "new age technology" di bidang pertanian pada Era 4.0.
IPB mendorong multifungsi pertanian dengan pendekatan multidisiplin ilmu, menciptakan pertanian tropika yang berkeadilan, inklusif dan berkelanjutan.
"Industrialisasi hasil riset IPB dengan memanfaatkan perkembangan IT pada Era 4.0," kata Arif.
Selanjutnya IPB mendorong "platform share economy" di bidang pertanian (dalam arti luas) dan membangun "linkages" antara "on-farm" dan "off-farm".
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018