Bogor (Antaranews Megapolitan) - Bekasam adalah salah satu produk tradisional hasil fermentasi dari ikan yang banyak dijumpai di beberapa daerah di Indonesia. Produk ini dibuat dengan mencampurkan ikan, nasi, dan garam dalam wadah yang tertutup dan selanjutnya dilakukan proses fermentasi pada suhu ruang antara 5 sampai 7 hari. Bekasam diketahui mengandung Bakteri Asam Laktat (BAL) yang dapat menghasilkan senyawa organik. Senyawa ini berfungsi untuk memperpanjang masa simpan dari bekasam.
Salah satu karakteristik yang paling penting dari BAL adalah kemampuannya untuk memproduksi beragam metabolit dengan sifat antibakteri. Antara lain asam laktat, asam asetat, etanol, diasetil, CO2, H2O2, reuterin, dan bakteriosin. Potensi BAL asal bekasam telah banyak diteliti yaitu sebagai antibakteri, agen probiotik dan biopreservatif. Senyawa antibakteri yang dihasilkan oleh BAL dapat dijadikan sebagai bahan pengawet pada pangan.
Hal inilah yang mendasari Inayati Rahmi, Mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penelitian tentang BAL dari bekasam. Judul penelitiannya adalah Karakterisasi dan Produksi Senyawa Antibakteri Pediococcus pentosaceus BP(8) dari Bekasam Ikan Sepat (Trichogaster sp.). Penelitian ini dilakukan atas bimbingan Dr. Desniar dan Dra. Ella Salamah MSi.
“Bakteri asam laktat dapat dijadikan sebagai pengawet alami pada pangan, karena metabolit sekunder yang dihasilkannya cenderung tidak berbahaya dan memiliki efek inhibitor pada bakteri patogen,” ungkap Ina.
Menurut Ina, isolat BP(8) menghasilkan senyawa antibakteri terhadap bakteri patogen Escherichia coli, Salmonella typhimurium, dan Listeria monocytogenes. “Senyawa antibakteri yang dihasilkan tersebut diduga berasal dari asam organik dan bakteriosin,” jelasnya.
Ina melakukan penelitian ini dalam tiga tahap yaitu penyegaran isolat dan verifikasi P. pentosaceus BP(8), penapisan senyawa antibakteri dari P. pentosaceus BP(8) dengan perlakuan pH 5-7, dan produksi antibakteri P. pentosaceus BP(8) selama pertumbuhan 24 jam.
Hasil penelitiannya menunjukkan produksi senyawa antibakteri oleh P. pentosaceus BP(8) dimulai pada jam ke-6 hingga akhir inkubasi (jam ke-24). Aktivitas antibakteri terus meningkat hingga jam ke-18 inkubasi. Aktivitas antibakteri yang dihasilkan P. pentosaceus BP(8) terhadap bakteri uji S. aureus, E. coli, dan B. cereus diduga dari senyawa asam organik. Aktivitas antibakteri terhadap E. coli lebih besar dibandingkan terhadap S. aureus dan B. cereus.
Ina berharap hasil penelitiannya ini dapat memberikan informasi secara ilmiah dan akurat mengenai produksi senyawa antibakteri dari P. pentosaceus BP(8). “Saya juga berharap agar penelitian ini dapat diaplikasikan sebagai biopreservatif, farmaseutikal, dan nutraseutikal,” tutupnya. (NIRS/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Salah satu karakteristik yang paling penting dari BAL adalah kemampuannya untuk memproduksi beragam metabolit dengan sifat antibakteri. Antara lain asam laktat, asam asetat, etanol, diasetil, CO2, H2O2, reuterin, dan bakteriosin. Potensi BAL asal bekasam telah banyak diteliti yaitu sebagai antibakteri, agen probiotik dan biopreservatif. Senyawa antibakteri yang dihasilkan oleh BAL dapat dijadikan sebagai bahan pengawet pada pangan.
Hal inilah yang mendasari Inayati Rahmi, Mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penelitian tentang BAL dari bekasam. Judul penelitiannya adalah Karakterisasi dan Produksi Senyawa Antibakteri Pediococcus pentosaceus BP(8) dari Bekasam Ikan Sepat (Trichogaster sp.). Penelitian ini dilakukan atas bimbingan Dr. Desniar dan Dra. Ella Salamah MSi.
“Bakteri asam laktat dapat dijadikan sebagai pengawet alami pada pangan, karena metabolit sekunder yang dihasilkannya cenderung tidak berbahaya dan memiliki efek inhibitor pada bakteri patogen,” ungkap Ina.
Menurut Ina, isolat BP(8) menghasilkan senyawa antibakteri terhadap bakteri patogen Escherichia coli, Salmonella typhimurium, dan Listeria monocytogenes. “Senyawa antibakteri yang dihasilkan tersebut diduga berasal dari asam organik dan bakteriosin,” jelasnya.
Ina melakukan penelitian ini dalam tiga tahap yaitu penyegaran isolat dan verifikasi P. pentosaceus BP(8), penapisan senyawa antibakteri dari P. pentosaceus BP(8) dengan perlakuan pH 5-7, dan produksi antibakteri P. pentosaceus BP(8) selama pertumbuhan 24 jam.
Hasil penelitiannya menunjukkan produksi senyawa antibakteri oleh P. pentosaceus BP(8) dimulai pada jam ke-6 hingga akhir inkubasi (jam ke-24). Aktivitas antibakteri terus meningkat hingga jam ke-18 inkubasi. Aktivitas antibakteri yang dihasilkan P. pentosaceus BP(8) terhadap bakteri uji S. aureus, E. coli, dan B. cereus diduga dari senyawa asam organik. Aktivitas antibakteri terhadap E. coli lebih besar dibandingkan terhadap S. aureus dan B. cereus.
Ina berharap hasil penelitiannya ini dapat memberikan informasi secara ilmiah dan akurat mengenai produksi senyawa antibakteri dari P. pentosaceus BP(8). “Saya juga berharap agar penelitian ini dapat diaplikasikan sebagai biopreservatif, farmaseutikal, dan nutraseutikal,” tutupnya. (NIRS/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018