Bogor (Antaranews Megapolitan) - Limbah industri gula di Indonesia adalah bagasse atau biasa dikenal dengan ampas tebu. Jika tak ditangani dengan baik tentu mengakibatkan pencemaran lingkungan terutama pada air sungai.

Upaya meminimalisasi limbah tebu biasanya dengan memanfaatkan bagasse sebagai bahan bakar boiler. Namun pemanfaatan tersebut masih menyisakan limbah dari proses pembakaran yang disebut dengan abu ketel. Andaikan seluruh industri di Indonesia pada tahun 2014 memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar boiler maka akan dihasilkan abu ketel sebanyak 900 ton dari berat tebu yang diolah.                    
Saat ini pemanfaatan abu ketel masih terbatas pada bahan dasar pembuatan pupuk organik, pengganti semen dalam pembuatan batako dan bahan dasar pembuatan keramik. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa kandungan mineral organik dalam abu ketel adalah silika sekitar 70 %.

Oleh karena itu Elsa Windiastuti, mahasiswi Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) memanfaatkan mineral organik tersebut . Membran polisulfon biasanya digunakan sebagai media pengolahan air dan air limbah.

Berangkat dari pemikiran bahwa ukuran partikel yang seragam dan homogen dalam skala sangat kecil (nano) sangat baik dalam bidang sains maupun dalam aplikasi industri. Di bawah bimbingan Prof Suprihatin, Prof. Dr Nastiti Siswi Indrasti dan Prof Udin Hasanuddin, perempuan kelahiran Lampung tersebut membuat membran nanosilika abu ketel dengan beberapa variasi massa nanosilika.

“Hasil riset menunjukkan penambahan nanosilika mampu menurunkan cemaran pada sampel. Penambahan nanosilika juga mampu merejeksi warna dan kekeruhan air, menurunkan kadar kandungan pengotor air sampai mencapai mutu air minum baku, juga merejeksi mikroorganisme air. Selain itu, penyaringan dengan membran itu mampu meningkatkan kualitas air” ujar Elsa.   

Elsa berharap penelitian ini dapat diaplikasikan di industri gula untuk pengolahan limbah cair yang dihasilkan dari industri tersebut.

“Dengan begitu limbah cairnya bisa dimanfaatkan lagi, jadi industri gulanya suistainable dan zero waste. Dan tentu dapat dimanfaatkan juga oleh masyarakat atau daerah yang kondisi air sungainya tercemar,” tambah Elsa. (NA/Zul).

Pewarta: Oleh: Humas IPB/Nurmi Atila

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018