Bogor (Antaranews Megapolitan) - Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi bersama Bank Tabungan Negara (BTN) meluncurkan program Kredit Pendidikan BTN yang dilaksanakan di Gedung Kemenristek Dikti, Jakarta (10/4). Program ini merupakan tindak lanjut dari amanat Presiden Jokowi pada perbankan untuk menghadirkan produk keuangan dalam sektor pendidikan. Hal ini dalam rangka untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia.

Menurut data BPS tahun 2017, hanya 8,15  persen dari penduduk Indonesia yang berumur 15 tahun ke atas yang berhasil menyelesaikan pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi. Dalam era perkembangan teknologi yang cukup drastis saat ini dibutuhkan berbagai inovasi dalam berbagai bidang.

Menristekdikti, Mohamad Nasir menyampaikan bahwa inovasi bisa dilakukan apabila anak Indonesia memiliki kualitas sumberdaya manusia yang tinggi. Daya saing Indonesia saat ini masih sangat rendah yaitu pada posisi 36 dari 137 negara menurut World Economic Forum Global Competitiveness Index Indonesia.

Nasir mengungkapkan, permasalahan saat ini banyak mahasiswa yang tidak bisa mencapai titik terakhir karena kasus Drop Out atau ketidakmampuan orang tua menyekolahkan anaknya. Dengan kerjasama ini harapannya mahasiswa yang tadinya hampir gagal dapat menyelesaikan studinya.

Meskipun demikan ia berharap agar BTN dapat memberikan grace periode (masa tenggang) agar pokok pinjaman dapat dibayarkan setelah mendapatkan pekerjaan. Ia juga berharap bunga kredit ini nantinya adalah nol persen untuk mahasiswa, sesuai dengan Undang-undang No 12 tahun 2012.

“Jangan sampai terjadi kredit membelenggu mahasiswa, kami ingin membantu mahasiswa untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik,” ungkapnya.

Dalam kesempatan ini, Maryono selaku Direktur Utama Bank BTN menyampaikan bahwa program Kredit Pendidikan BTN yang diperuntukkan bagi mahasiswa ini merupakan partisipasi dalam meningkatkan SDM Indonesia.

“Plafon ini kita berikan dengan jumlah maksimal 200 juta rupiah dengan bunga 6,5 persen. Ini bisa dinikmati oleh orang tua baik dari debitur yang sudah mempunyai KPR di BTN, debitur yang non KPR maupun yang belum menjadi debitur BTN. Kita sudah melakukan perjanjian kerjasama dengan 80 perguruan tinggi dan akan kita tingkatkan sampai kurang lebih 120 perguruan tinggi yang berada dibawah Kemenristek,” tuturnya.

Menanggapi hal ini, Dr Arif Satria Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), kampus yang disebut-sebut sebagai kampus rakyat menyampaikan bahwa kredit pendidikan tersebut dapat membantu mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya.

“Mengingat kondisi di IPB dimana mahasiswa yang membayar penuh uang UKT itu kurang dari 10 persen. Dengan kondisi mahasiswa IPB yang memiliki daya beli yang relatif tidak terlalu tinggi, maka kredit ini menjadi solusi  membantu mahasiswa untuk bisa masuk dan meneruskan kuliahnya di IPB,” ujarnya.

Mengenai UU No 12 tahun 2012 yang disampaikan Menrsitekdikti pada pidatonya, Dr. Arif mengatakan bahwa itu menjadi dorongan perusahaan swasta untuk mendukung program pemerintah pada sektor pendidikan.

“Sudah saatnya pihak swasta membantu mahasiswa dengan memberikan kredit yang sangat lunak yang akan dibayar setelah mereka lulus dan mendapatkan pekerjaan. Saya berharap para mahasiswa bisa melunasi,” ungkapnya.

Kegiatan ini dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian kerjasama program Kredit Pendidikan BTN oleh Direktur Utama Bank BTN dengan 24 perguruan tinggi negeri yang disaksikan oleh Menristekdikti. Selain itu dilaksanakan juga simbolisasi penandatanganan dokumen akad kredit kepada enam mahasiswa penerima fasilitas Kredit Pendidikan BTN.(IR/Zul)

Pewarta: Oleh: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018