Bogor (Antaranews Megapolitan) - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM), Institut Pertanian Bogor (IPB) menyelenggarakan pengukuhan Akademi Pergerakan IPB (API) untuk mahasiswa baru angkatan 54 dan 53 IPB. Kegiatan dilaksanakan di Perkemahan Gunung Bunder Bogor pada 7-8 April 2018 lalu dengan total 50 peserta.

Sayyid Al-Bahr, selaku Menteri Kebijakan Nasional BEM KM IPB, menjelaskan bahwa munculnya kegiatan API ini merupakan salah satu bentuk keprihatinan atas ketidakpekaan mahasiswa terhadap isu-isu nasional.

“Mahasiswa saat ini banyak yang tidak menyadari perannya di masyarakat. Termasuk untuk mengkritisi kebijakan pemerintah. Sedangkan mahasiswa diharapkan menjadi agent of change, sigap dan berperan aktif di masyarakat. Kami menyadari saat ini kurangnya minat mahasiswa dalam mengkaji isu-isu nasional sangat kurang,” jujar Sayyid.

Kegiatan API merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan mulai Februari 2018 lalu sampai Agustus 2018 yang akan datang.

“Konsep API seperti sekolah pergerakan yang dirangkai dengan tiga kegiatan. Rangkaian pertama, peserta mengikuti diklat untuk diperkenalkan dengan dunia pergerakan. Bagaimana peran mahasiswa, seperti apa isu-isu nasional yang sedang dihadapi Indonesia, dan sebagainya. Setelah itu, peserta mengikuti pengukuhan untuk menekankan kepada peserta bahwa peran peserta API adalah sebagai agen penggerak mahasiswa di IPB. Selanjutnya akan diadakan training untuk melatih softskilll peserta, seperti kepemimpinan, manajemen waktu, manajemen konflik, dan sebagainya,” jelas Sayyid.

Sayyid berharap peserta API dapat menularkan semangat pergerakan kepada mahasiswa lainnya. “Harapannya kegiatan ini dapat meningkatkan kapasitas peserta di dunia pergerakan terutama untuk mengasah daya kritis mahasiswa, sehingga dapat menjadi agen perubahan dan agen pergerakan di IPB serta dapat menularkan semangat tersebut kepada mahasiswa lainnya,” harap Sayyid.

Ammy Khoirunnisa, salah satu peserta API menyampaikan bahwa kegiatan API ini menjadi wadah bagi peserta untuk belajar menjadi lebih kritis terhadap permasalahan di Indonesia.

“Di API kita belajar untuk mengkritisi permasalahan di Indonesia, seperti isu 20 tahun reformasi. Saat diklat kita juga dikenalkan tentang ideologi di Indonesia dan manajamen waktu. Saya merasa senang karena bisa belajar lebih banyak lagi karena kalau tidak ada wadah ini saya mungkin tidak belajar tentang pergerakan dan menumbuhkan daya kritis saya,” ujar Ammy. (UAM/Zul)

Pewarta: Oleh: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018