Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Edukasi mengenai kesehatan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab banyak pihak, termasuk sektor swasta.
"Isu kesehatan merupakan isu yang lebih dari ranah individual," kata Presiden Direktur Philips Indonesia, Suryo Suwignjo dalam keterangan tertulisnya, Kamis.
Ia mengatakan isu kesehatan sangat berkaitan dengan banyak sektor, dan menjadi hal yang paling disoroti saat masa pemilihan kepala negara atau kepala daerah.
Dikatakannya sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang kesehatan mengambil peranan dalam upaya peningkatan pemikiran progresif mengenai isu-isu terkait layanan kesehatan di Indonesia, penguatan kesadaran akan hidup sehat, dan peningkatan upaya kolaborasi antara pemerintah dengan instansi-instansi terkait dalam upaya bersama mencari dan memberi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi industri kesehatan.
"Saat ini permasalahan besar yang sangat dirasakan dalam dunia kesehatan adalah layanan kesehatan," katanya.
Suryo menambahkan ada empat hal terkait layanan kesehatan yakni pertama akses, memang kita melihat besarnya pertumbuhan rumah sakit, namun untuk tenaga-tenaga spesialis masih belum terjangkau oleh masyarakat yang berada di daerah-daerah terpencil.
Semua fasilitas yang baik dan tenaga ahli-ahli masih terpusat di kota-kota besar.
Kedua kapasitas di mana tenaga-tenaga dokter umum mungkin memang banyak, tetapi tidak dengan dokter-dokter spesialis.
Capacity, alat-alat medis dengan terobosan-terobosan inovatif yang belum dimiliki oleh banyak rumah sakit. Kalau pun ada, ketersediaannya mungkin hanya 1 atau 2 sehingga tidak mampu mengakomodir jumlah pasien yang banyak. Affordability, keterjangkauan biaya kesehatan.
Suryo memprediksikan bahwa disruptive technology di bidang kesehatan ini akan lebih tinggi.
Fajaruddin Sihombing, selaku perwakilan dari Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia, mengatakan bahwa permasalahan distribusi akses layanan kesehatan adalah hal yang tidak lagi bisa dipungkiri saat ini.
Bahwa 1 rumah sakit DKI Jakarta yang diperuntukkan untuk penanganan 1000 penduduk, sudah benar-benar melebihi kapasitas seharusnya.
Fajar pun mengatakan bahwa era digitalisasi ini tidak bisa dihindari. Semua pihak dalam bidang kesehatan harus bersiap. Untuk itulah dibutuhkan adanya suatu sinergi di antara pemain-pemain di sektor kesehatan.
"Dengan penggunaan teknologi, diharapakan jumlah pasien yang tidak tertangani berkurang," katanya.
Dikatakannya harapan dengan adanya teknologi ini, dapat mendukung percepatan sinergi antara pihak-pihak yang terkait dengan bidang kesehatan, pemerintah, pihak swasta, maupun institusi-institusi kesehatan lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Isu kesehatan merupakan isu yang lebih dari ranah individual," kata Presiden Direktur Philips Indonesia, Suryo Suwignjo dalam keterangan tertulisnya, Kamis.
Ia mengatakan isu kesehatan sangat berkaitan dengan banyak sektor, dan menjadi hal yang paling disoroti saat masa pemilihan kepala negara atau kepala daerah.
Dikatakannya sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang kesehatan mengambil peranan dalam upaya peningkatan pemikiran progresif mengenai isu-isu terkait layanan kesehatan di Indonesia, penguatan kesadaran akan hidup sehat, dan peningkatan upaya kolaborasi antara pemerintah dengan instansi-instansi terkait dalam upaya bersama mencari dan memberi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi industri kesehatan.
"Saat ini permasalahan besar yang sangat dirasakan dalam dunia kesehatan adalah layanan kesehatan," katanya.
Suryo menambahkan ada empat hal terkait layanan kesehatan yakni pertama akses, memang kita melihat besarnya pertumbuhan rumah sakit, namun untuk tenaga-tenaga spesialis masih belum terjangkau oleh masyarakat yang berada di daerah-daerah terpencil.
Semua fasilitas yang baik dan tenaga ahli-ahli masih terpusat di kota-kota besar.
Kedua kapasitas di mana tenaga-tenaga dokter umum mungkin memang banyak, tetapi tidak dengan dokter-dokter spesialis.
Capacity, alat-alat medis dengan terobosan-terobosan inovatif yang belum dimiliki oleh banyak rumah sakit. Kalau pun ada, ketersediaannya mungkin hanya 1 atau 2 sehingga tidak mampu mengakomodir jumlah pasien yang banyak. Affordability, keterjangkauan biaya kesehatan.
Suryo memprediksikan bahwa disruptive technology di bidang kesehatan ini akan lebih tinggi.
Fajaruddin Sihombing, selaku perwakilan dari Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia, mengatakan bahwa permasalahan distribusi akses layanan kesehatan adalah hal yang tidak lagi bisa dipungkiri saat ini.
Bahwa 1 rumah sakit DKI Jakarta yang diperuntukkan untuk penanganan 1000 penduduk, sudah benar-benar melebihi kapasitas seharusnya.
Fajar pun mengatakan bahwa era digitalisasi ini tidak bisa dihindari. Semua pihak dalam bidang kesehatan harus bersiap. Untuk itulah dibutuhkan adanya suatu sinergi di antara pemain-pemain di sektor kesehatan.
"Dengan penggunaan teknologi, diharapakan jumlah pasien yang tidak tertangani berkurang," katanya.
Dikatakannya harapan dengan adanya teknologi ini, dapat mendukung percepatan sinergi antara pihak-pihak yang terkait dengan bidang kesehatan, pemerintah, pihak swasta, maupun institusi-institusi kesehatan lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018