Bogor (Antaranews Megapolitan) - Kementerian Pertanian kembali mengukuhkan tiga profesor riset pertanian yang ke-131, pengukuhan dilakukan oleh Majelis Pengukuhan Profesor Riset, di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin.

Ketiga Profesor Riset Kementan yang baru dikukuhkan, yakni Prof Dr Ir Sahardi Mulia, MS dalam bidang budidaya tanaman, Prof Dr Ir Hasil Sembiring, MSc dalam bidang hidrologi dan konservasi tanah, dan Prof Dr Ir I Made Jana Mejaya, MSc dalam bidang pemuliaan dan genetika tanaman.

Ketiganya menyampaikan pidato Orasi Pengukuhan Profesor Riset dihadapan Majelis Pengukuhan Profesor Riset Kementan yang terdiri dari lingkup Kementan dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Muhammad Syakir, mengapresiasi temuan ketiga Profesor Riset dan meminta ketiganya berkolaborasi dan bersinergi dalam wadah Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR).

Menurutnya sinergi ini tidak saja akan jadi model bagi peneliti lainnya, namun secara konkret dapat menjawab berbagai permasalahan riil yang dihadapi petani saat ini.

"Orasi terasa istimewa, karena apa yang disampaikan ketiga Profesor Riset terkait erat dengan program utama Kementan, yaitu Upsus Pajale yang terus kita kembangkan,'' kata Syakir membacakan sambutan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.

Sesuai arahan Mentan, Syakir langsung menugaskan ketiga Profesor Riset tersebut mengimpelentasikan hasil penelitiannya.

Prof. Dr. Ir Made Jana Mejaya, diharapkan menjadi pelopor penggunaan benih jagung hibrida Balitbangtan oleh petani di lahan kering.

"Melalui perbaikan menejemen penyediaan benih induk di Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) lingkup Balitbangtan dan program Desa Mandiri Benih, diharapkan harga benih F1 jagung hibrida menjadi lebih kompetitif," kata Syakir.

Selanjutnya Prof. Dr. Ir. Hasil Sembiring, MSc diharapkan segera merumuskan reinovasi teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) berdasarkan agro ekosistem. Sehingga PTT pola baru tidak saja berorientasi pada peningkatkan produktivitas, tapi juga meningkatkan pendapatan petani.

"Konsep ini akan jadi dasar pengembangan Upsus Pajale 2018-2019," katanya.

Hal serupa juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Sahardi Mulia, MS untuk mewujudkan korporasi pertanian dengan menggabungkan teknologi budidaya padi tanam benih langsung (Tabela) super jajar legowo dengan teknologi lainnya.

"Wilayah proyek percontohan bisa dikembangkan di beberapa lokasi di Sulawesi," katanya.

Dalam pidato orasinya Profesor I Made Jana Mejaya MSc berjudul "Pengembangan Varietas Unggul Jagung Hibrida Adaptif Lahan Kering Mendukung Swasembada Jagung Berkelanjutan" menjelaskan, hasil riset litbang pertanian untuk pemuliaan jagung tidak kalah dengan yang dihasilkan perusahaan multinasional.

Ia mengatakan untuk benih jagung Bima-3 pada kondisi "cekaman" kekeringan, mampu menghasilkan rata-rata 6,59 ton per hektare. Jumlah produksi tersebut lebih tinggi sebesar 11,5 persen dibandingkan dengan varietas yang dihasilkan perusahaan multinasional.

"Untuk itu Lembaga Litbang Pemerintah perlu upaya khusus dalam membenahi proses inovasi serta upaya hilirisasinya atau mensosialisasikan hasil teknologi pada masyarakat," kata Made.

Sementara itu Profesor Hasil Sembiring, MSc yang juga mantan Dirjen Tanaman Pangan Kementan menyampaikan orasi berjudul "Inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Berbasis Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air Menuju Sistem Pertanian Presisi".

Menurutnya, inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada usaha tani padi berperan dalam peningkatan produksi pangan, terutama meningkatnya degradasi lahan akibat penggunaan pupuk kimia berlebih sehingga menyebabkan lahan "sakit".

Menurutnya, penerapan PTT secara luas diharapkan mampu memperbaiki kesuburan tanah sehingga dapat dicapai peningkatan produktivitas minimal 20 persen, dan menekan biaya produksi.

"Untuk itu diperlukan reinovasi teknologi PTT pada masing-masing agro ekosistem," katanya.

Profesor Sahardi Mulia, MS menyempaikan orasi ilmiah berjudul "Inovasi Teknologi Budidaya Padi Berbasis Tanam Benih Langsung (Tabela) Super Mendukung Swasembada Pangan Berkelanjutan".

Dalam orasinya Sahardi mengungkapkan Tabela Super unggul untuk peningkatan produksi dan menekan biaya produksi padi.

"Teknologi ini secara teknis dan social ekonomi sangat cocok untuk diterapkan pada daerah dengan tenaga kerja yang terbatas serta mahal, serta kawasan yang kepemilikan lahan usaha tani yang luas," katanya.

Sahardi menambahkan teknologi Tabela Super, menjadi pelengkap teknologi alat dan mesin pertanian yang secara masif telah dikembangkan Kementan selama tiga tahun terakhir.

Ketua Majelis Pengukuhan Orasi Profesor Riset Pertanian, Plt Kepala LIPI Prof Bambang Subiyanto mengatakan secara nasional pengukuhan tiga Profesor Riset ini merupakan pengukuhan yang ke 427, 428 dan 429 dari total 9.669 peneliti. Sedangkan secara institusi merupakan pengukuhan yang ke 129, 130 dan 131 dari total 1.850 peneliti di lingkup Kementerian Pertanian.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018