Bogor (Antaranews Megapolitan) - Peter Johannes Holst yang berasal dari Macaques and Human- Vaccine Technologies to HIV, Cancer and Papillomavirus University of Copenhagen menjadi narasumber dalam Half Day International Seminar di Kantor Pusat Studi Satwa Primata (PSSP)-Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB), Lodaya Bogor (20/3).

Peter adalah peneliti yang sudah lama melakukan penelitian terkait pengembangan vaksin untuk HIV. Peneliti asal Copenhagen ini juga sering melakukan kerjasama penelitian dengan PSSP -LPPM IPB, diantaranya kerjasama penelitian vaksin papiloma virus.

Dalam seminar setengah hari yang digelar oleh PSSP IPB ini, peneliti dari IPB Dr.drh. Diah Iskandriati juga memaparkan kajiannya yang berjudul Nonhuman Primate Model for Infectious Disease Study- Harnessing Knowledge from Nature for Goodness of Mankind.

Menurut Dr. Diah, kemajuan dan perkembangan dunia kedokteran manusia diperoleh melalui penelitian menggunakan hewan. Walaupun metode alternatif untuk menggantikan hewan telah ditemukan, namun ada beberapa penelitian dan pengujian yang masih memerlukan keberadaan hewan.  

“Data tahun 2016 menunjukkan jumlah hewan yang digunakan di berbagai negara dimana negara pengguna hewan terbanyak dalam penelitian masih didominasi oleh USA (20 juta), China (16 juta), Eropa dan Jepang masing-masing 11 juta. Banyak terobosan ilmu kedokteran yang didapat dengan menggunakan hewan seperti penemuan insulin, anti depresan, anestesi sampai dengan sel punca,” ujarnya.

Satwa primata merupakan salah satu hewan laboratorium yang memiliki kekerabatan erat dengan manusia sehingga mereka memiliki kemiripan anatomi, fisiologi, sistem kekebalan sampai dengan sistem pembelajaran yang mirip pada manusia.  

Sebagai contoh hanya wanita dan satwa primata betina yang mengalami ovulasi, menstruasi dan menopause, sehingga satwa primata menjadi hewan model yang baik untuk reproduksi wanita.

Tonggak sejarah penelitian menggunakan satwa primata dimulai pada tahun 1990 dengan ditemukannya komponen darah yang selanjutnya diikuti oleh penemuan lain seperti obat anti HIV, hewan model untuk Parkinson dan yang terbaru adalah cloning pada monyet.

Beberapa penemuan yang menggunakan satwa primata juga memperoleh hadiah Nobel seperti penemuan vaksin yellow fever (tahun 1951) dan vaksin polio (tahun 1954).  Dewasa ini, ada tujuh spesies primata yang banyak digunakan dalam penelitian biomedis berasal dari Asia (monyet ekor panjang, beruk dan monyet resus), Afrika (babon dan monyet hijau Afrika) serta Amerika Selatan/Tengah (common marmoset dan squirrel monkey).

“Namun penggunaan satwa primata sebagai hewan model dan testing harus memperhatikan aspek kesejahteraan hewan,” terangnya.

Untuk menjaga kelestarian satwa ini, sejak tahun 1994 dikeluarkan surat keputusan Menteri Kehutanan (No 26/kpts/1994) yang menyatakan bahwa pemanfaatan monyet ekor panjang dan beruk untuk penelitian dan ekspor harus berasal dari anakan hasil penelitian. Disamping mencegah eksploitasi satwa primata dari habitat aslinya, pemanfaatan hasil penangkaran juga menjaga kualitas kesehatan hewan sehingga tidak mengganggu hasil penelitian.  

Dr.drh. Huda Darusman, selaku Kepala PSSP IPB mengatakan PSSP sejak tahun 1992 telah merintis penangkaran satwa primata specific pathogen free (SPF) terhadap beberapa agen patogen yang dapat menjadi faktor confounding dalam penelitian biomedis serta melindungi personil terhadap agen zoonotic.  

“Satwa primata merupakan satu dari sekian banyak hewan laboratorium yang memberikan sumbangsih luar biasa untuk perkembangan dunia kesehatan,” terangnya.

Half international seminar ini dihadiri oleh peserta dari berbagai instansi yang berkompeten. Peserta diantaranya berasal dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB, PSSP IPB, Program Studi Primatologi Sekolah Pascasarjana IPB, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia, Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB ,PT Bio Farma, Indonesian Medical Education and Research Institute Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (IMERI FKUI), PT. Bimana Indomedical, PT. Hatfield Indonesia, Pusat Riset Virologi dan Kanker Patobiologi FKUI - Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (PRVKP- FKUI RSCM).(dh/zul)

Pewarta: Oleh: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018