Damaskus, Suriah (Antaranews Megapolitan/Xinhua-OANA) - Peristiwa kemanusiaan berupa pengungsian massal kembali terjadi di Suriah. Kali ini melibatkan sampai sebanyak 30.000 warga sipil. Ini berita lengkapya dari Damaskus.

Sebanyak 30.000 warga sipil mengungsi dari daerah yang dikuasai gerilyawan di dekat Ibu Kota Suriah, Damaskus, demikian laporan kantor berita resmi Suriah, SANA.

Pengungsian massal tersebut dilakukan melalui dua tempat penyeberangan, satu di Daerah Hamouriyeh dan satu lagi di dekat Instalasi Sumber Daya Air di Harasta di Ghouta Timur.

Pengungsian sedang berlangsung dan adalah yang paling akhir dari serangkaian pengungsian massal saat banyak warga telah menyelamatkan diri dari daerah yang dikuasai gerilyawan di Ghout Timur sejak kamis (15/3).

Pada Sabtu pagi, Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia mengatakan 50.000 warga sipil telah mengungsi dari Ghouta Timur selama 72 jam belakangan, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi.

Proses semacam itu mungkin dilakukan karena kemajuan militer Suriah di dalam Ghouta Timur, sementara banyak orang mengatakan gerilyawan telah menghalangi mereka meninggalkan wilayah itu sebelumnya dan kemajuan militer membuka jalan buat mereka.

Militer Suriah belum lama ini mengatakan militer telah merebut 70 persen Ghouta Timur, setelah memecah daerah itu menjadi dua bagian guna memfasilitasi pertempuran melawan bermacam kelompok gerilyawan di sana.

Ghouta Timur, wilayah pertanian seluas 105 kilometer persegi yang terdiri atas beberapa kota kecil dan lahan pertanian, menimbulkan ancaman terakhir buat ibu kota Suriah karena kedekatannya dengan permukiman yang dikuasai pemerintah di sebelah timur Damaskus dan serangan mortir yang berlangsung dan ditujukan ke daerah permukiman di ibu kota Suriah.

Empat kelompok utama gerilyawan saat ini berada di dalam Ghouta Timur, yaitu Tentara Islam, Failaq Ar-Rahman, Ahrar Ash-Sham, dan Komite Pembebasan Levant --yang dikenal dengan nama Front An-Nusra, yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida.

Lembaga kemanusiaan PBB telah menyuarakan kekhawatiran mengenai situasi kemanusiaan yang memburuk buat 400.000 orang di wilayah tersebut, tempat para pegiat mengatakan sebanyak 1.000 orang telah tewas sejak akhir Februari akibat pembomang sengit dan operasi militer.

Penerjemah: Chaidar.

Pewarta: Xinhua-OANA

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018