Bogor (Antaranews Megapolitan) - Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan pada saat sekarang ini telah menggeser masalah kesehatan dari penyakit infeksi menjadi penyakit degeneratif. Penyakit kardiovaskular menempati urutan pertama sebagai penyakit tidak menular penyebab kematian terbesar di dunia yang di dalamnya juga terjadi pada masyarakat dengan usia produktif. Kebiasaan makan makanan tinggi energi, kolesterol dan lemak jenuh, dan juga kurangnya konsumsi serat menjadi faktor pemicu penyakit kardiovaskular. Kondisi tersebut dapat diperbaiki dengan memodifikasi pola konsumsi dengan diet pangan fungsional yang kaya serat dan antioksidan.
Hal inilah yang mendasari tim peneliti dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Muhammad Rizal Martua Damanik, dan Dr. Eny Palupi STP serta Irma Nurmala untuk meracik sup krim labu kuning dengan penambahan torbangun sebagai upaya meningkatkan konsumsi serat, antioksidan, dan diharapkan dapat menjadi alternatif pangan fungsional yang berpotensi mencegah penyakit kardiovaskular.
Tanaman torbangun merupakan salah satu tanaman yang banyak mengandung zat gizi mikro dan zat bioaktif. Komponen bioaktif yang terkandung dalam daun torbangun dapat berfungsi sebagai antioksidan. Selain itu, daun torbangun juga dapat meningkatkan volume ASI, menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi, berkhasiat sebagai anti-fungal dan/atau antibacterial, dan analgesik. Torbangun memiliki rasa getir dan bau langu yang khas sehingga diperlukan pengembangan torbangun menjadi berbagai produk makanan yang mengkombinasikan dengan bahan pangan lain untuk meningkatkan daya terima dan konsumsi torbangun.
Selain torbangun, labu kuning juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi bahan pangan fungsional, karena labu kuning mengandung serat yang tinggi dan betakaroten yang berperan sebagai antioksidan.
“Tanaman torbangun dan labu kuning diolah menjadi sup krim karena jenis makanan ini berbentuk cair kental yang mulai banyak dikonsumsi dan disukai masyarakat sebagai menu sarapan atau selingan. Sebagian besar produk sup krim yang beredar di pasaran menggunakan bahan dasar tepung terigu. Sup krim instan berbasis labu kuning memiliki daya terima yang baik, dan memiliki keunggulan dari segi gizi karena mengandung betakaroten yang tinggi,” ujar Prof. Rizal.
Pada penelitian ini, terdapat tiga formula berdasarkan taraf penambahan serbuk torbangun, yaitu F1 (750 mg), F2 (1000 mg), dan F3 (1250 mg). Formula terpilih adalah F3, yaitu sup krim dengan penambahan serbuk torbangun sebanyak 1250 mg. Nilai kapasitas antioksidan berada pada kisaran 46.145 – 48.029 mg/100 g AEAC.
Sifat kimia sup krim terpilih menunjukkan kadar air 81%, abu 2.04 %, lemak 1.86%, protein 2%, karbohidrat 13.84%, serat pangan 4.8%, dan kapasitas antioksidan 48.029 mg/100 g AEAC. Produk sup krim terpilih memberikan kontribusi terhadap ALG (Angka Label Gizi) kelompok umum sebesar 5.6% energi, 5% protein, 4.16% lemak, 6.39% karbohidrat, dan 24% serat pangan.
"Produk sup krim terpilih dapat diklaim sebagai pangan sumber serat,” ujarnya.(WW/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Hal inilah yang mendasari tim peneliti dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Muhammad Rizal Martua Damanik, dan Dr. Eny Palupi STP serta Irma Nurmala untuk meracik sup krim labu kuning dengan penambahan torbangun sebagai upaya meningkatkan konsumsi serat, antioksidan, dan diharapkan dapat menjadi alternatif pangan fungsional yang berpotensi mencegah penyakit kardiovaskular.
Tanaman torbangun merupakan salah satu tanaman yang banyak mengandung zat gizi mikro dan zat bioaktif. Komponen bioaktif yang terkandung dalam daun torbangun dapat berfungsi sebagai antioksidan. Selain itu, daun torbangun juga dapat meningkatkan volume ASI, menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi, berkhasiat sebagai anti-fungal dan/atau antibacterial, dan analgesik. Torbangun memiliki rasa getir dan bau langu yang khas sehingga diperlukan pengembangan torbangun menjadi berbagai produk makanan yang mengkombinasikan dengan bahan pangan lain untuk meningkatkan daya terima dan konsumsi torbangun.
Selain torbangun, labu kuning juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi bahan pangan fungsional, karena labu kuning mengandung serat yang tinggi dan betakaroten yang berperan sebagai antioksidan.
“Tanaman torbangun dan labu kuning diolah menjadi sup krim karena jenis makanan ini berbentuk cair kental yang mulai banyak dikonsumsi dan disukai masyarakat sebagai menu sarapan atau selingan. Sebagian besar produk sup krim yang beredar di pasaran menggunakan bahan dasar tepung terigu. Sup krim instan berbasis labu kuning memiliki daya terima yang baik, dan memiliki keunggulan dari segi gizi karena mengandung betakaroten yang tinggi,” ujar Prof. Rizal.
Pada penelitian ini, terdapat tiga formula berdasarkan taraf penambahan serbuk torbangun, yaitu F1 (750 mg), F2 (1000 mg), dan F3 (1250 mg). Formula terpilih adalah F3, yaitu sup krim dengan penambahan serbuk torbangun sebanyak 1250 mg. Nilai kapasitas antioksidan berada pada kisaran 46.145 – 48.029 mg/100 g AEAC.
Sifat kimia sup krim terpilih menunjukkan kadar air 81%, abu 2.04 %, lemak 1.86%, protein 2%, karbohidrat 13.84%, serat pangan 4.8%, dan kapasitas antioksidan 48.029 mg/100 g AEAC. Produk sup krim terpilih memberikan kontribusi terhadap ALG (Angka Label Gizi) kelompok umum sebesar 5.6% energi, 5% protein, 4.16% lemak, 6.39% karbohidrat, dan 24% serat pangan.
"Produk sup krim terpilih dapat diklaim sebagai pangan sumber serat,” ujarnya.(WW/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018