Bogor (Antaranews Megapolitan) - Guru besar Fakultas Teknologi Pertanian IPB Prof Djumali mengenalkan rekayasa bioproses untuk meningkatkan nilai tambah produk agroindustri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Djumali dalam orasi guru besar IPB di kampus Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Sabtu, mengatakan tantangan bagi agroindustri di Indonesia adalah bagaimana dapat meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian, sekaligus menjadi produk unggulan yang mampu berdaya saing di pasar domestik dan global.

"Penggunaan dan penerapan teknologi proses merupakan suatu persyaratan untuk meningkatkan nilai tambah produksi pertanian secara kompetitif di pasar global," katanya.

Ia menjelaskan bioidustri merupakan industri yang menerapkan sistem proses atau pengubahan (transformasi) hayati, termasuk agroindustri yang menerapkan biokteknologi. Beberapa contoh agroindustri bioteknologi yang prospektif untuk dikembangkan antara lain agroindustri berbasis pati dan turunannya.

Contoh lainnya agroindustri minuman penyehat dan probiotik, agroindustri bahan tambahan, wewangian dan enzim, bioindustri hasil perkebunan, bioindustri kelautan, dan perikanan, biopolymer, agrobiofarmaka, pakan dan industri bioenergi.

Ia menyebutkan rekayasan bioproses untuk peningkatan nilai seperti inulin dari umbi dahlia sebagai salah satu bentuk peningkatan nilai tambah agroindustri. Inulin merupakan substrat dengan kandungan fruktosa yang tinggi.

"Rendeman tepung inulin diperoleh dari umbi dahlia sebesar 48,20 persen dengan kadar inulin mencapai 80,09 persen," katanya.

Memperoleh inulin, lanjutnya didapat dari proses lebih lanjut secara enzimatis untuk produksi FOS (frukto-oligosakarida) atau fruktosa.

Menurutnya penelitian tentang metode ekstraksi inulin dari tanaman lokal seperti pandan, dan buah merah dari Papua masih berlangsung saat ini.

Bioproses agroindustri lainnya yakni siklodekstrim dari pati. Pengembangan proses ini dilakukan dengan menggunakan sel utuh bakteri yang mempunyai aktivitas siklodekstrin.

"Rekayasa bioproses untuk agroindustri ramah lingkungan ada pada produksi alanin dari limbah cair pengolahan kelapa sawit," katanya.

Berikutnya biosurfaktan yang dapat menjadi salah satu alternatif untuk menggantikan surfaktan kimiawi.

Rekayasa bioproses untuk pengembangan agroindustri berkelanjutan sangat potensial di Indonesia sebagai negara yang memiliki sumberdaya alam terbarukan, berupa tanaman (biomassa), mikroba, air, angin dan samudera.

"Contohnya produksi bioetanol," katanya.

Djuamli menambahkan strategi pengembangan bioproses dilakukan melalui tiga tahapan yakni penelitians kala laboratorium, skala `pilot plant`, serta pengambangan di skala industri.

"Hasil dari kajian kinerja proses yang diperoleh pada skala pilot plant dan hasil analisis kelayakan ekonomi, menjadi asar diterapkannya bioproses pada skala industri, kata Djumali.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018