Bekasi (Antaranews Megapolitan) - Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Diaz Hendropriyono, berkomitmen untuk mendorong empat program penanggulangan banjir akibat luapan Sungai Cileungsi dan Cikeas yang selama ini mengancam 24 perumahan di sepanjang bantarannya pada musim hujan.
"Saya meminta agar masyarakat setempat segera mengembangkan kemitraan dan koordinasi dengan pemerintah dan pihak terkait agar potensi banjir bisa dapat ditangani," kata Diaz.
Hal itu dikatakannya saat menerima kunjungan dari Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) di Kompleks Sekretariat Negara, Jakarta, Senin (19/02).
Dalam pertemuan itu, Diaz Hendropriyono mencari tahu secara detail sejumlah potensi banjir yang diakibatkan meluapnya kedua sungai tersebut berdasarkan rekomendasi KP2C untuk diteruskan kepada sejumlah pihak terkait.
"Untuk yang skala nasional, kami akan bantu," kata Diaz.
Bahkan pihaknya juga segera mengagendakan kunjungan langsung ke lokasi sungai agar persoalan ancaman banjir yang kini meresahkan sekitar 30.000 jiwa masyarakat bantaran itu bisa tertangani secara optimal.
"Saya berencana juga untuk meninjau langsung lokasi sungai, agar lebih jelas memahami persoalan yang dihadapi warga di sana," ujarnya.
Menurut Diaz, pemerintah harus hadir dalam setiap bencana atau upaya-upaya penanggulangan bencana.
Untuk itu, KP2C diminta bermitra dan berkoordinasi dengan pemerintah pusat maupun daerah.
"Saya mengingatkan di mana seharusnya peran pemerintah itu hadir," ujarnya.
Dalam pertemuan selama lebih kurang 1,5 jam itu, KP2C mendesak pemerintah untuk segera melakukan empat tindakan penyelamatan puluhan ribu warga? yang masuk dalam zona banjir di bantaran Sungai Cileungsi dan Cikeas.
Kedua sungai ini diketahui melintasi wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi, yang terletak di Provinsi Jawa Barat.
"Empat tindakan itu adalah normalisasi kali Cileungsi, penguatan tanggul sungai, pembangunan waduk di hulu sungai, dan pembangunan pengendali air," ujar Penasihat KP2C, Puarman.
Hadir dalam pertemuan itu sembilan pengurus KP2C yang dipimpin Ketuanya Verry Hendrawan serta jajaran anggota di antaranya Angling Jaya (Penasihat), Fairiko (Bendahara), Partomo dan Yulianto (Divisi Perencanaan & Kegiatan), Sancoyo Raharjo dan Sri Pudjiastuti (Divisi Kemitraan & Hubungan Antar Lembaga) serta Sigit (Divisi Data).
Menurut Puarman, normalisasi sungai Cileungsi perlu dilakukan karena sudah mengalami pendangkalan.
"Dulu perjalanan air sungaidari pos pantau KP2C di hulu Cileungsi ke pos pantau di P2C (berlokasi di dekat Perum Pondok Gede Permai, Jatiasih, Bekasi) sekitar 4-5 jam, sekarang 3-4 jam. Air juga cepat meninggi sehingga potensi banjir semakin mengancam 24 perumahan terdampak yang ada di sekitar? sungai Cileungsi maupun Cikeas," ujar Puarman.
Puarman mengatakan, saat ini sejumlah tanggul yang berada di perumahan tidak kokoh dan rawan roboh akibat pondasi yang landai.
"Tanggulnya nangkring sehingga rawan jebol," katanya.
Puarman juga mengharapkan agar pembangunan waduk dilakukan pemerintah di kedua hulu sungai.
"Seperti yang dilakukan pemerintah atas instruksi Presiden Jokowi di hulu sungai Ciliwung," ujar Puarman.
KP2C juga mendorong pemerintah untuk membangun pengendali aliran sungai yang lokasinya di antara Curug Parigi dan Kota Wisata, Kabupaten Bogor.
"Dengan adanya pengendali air semacam pintu air maka volume air yang datang dari hulu Cileungsi bisa dikendalikan," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, area hulu sungai Cileungsi memiliki hamparan seluas 26 ribu hektare dan hulu Cikeas? sekitar 11 ribu hektare, sehingga dampak potensi banjir terbesar akan datang dari hulu Cileungsi.
"Selama 12 tahun saya mengamati kedua sungai, sebesar apapun debit air dari Cikeas tidak akan menyebabkan banjir di hilir jika Cileungsi normal. Tidak begitu dengan Cileungsi, ketika debit air meningkat, potensi banjir mengancam," kata Puarman.
Itu sebab penanganan potensi banjir harus dilakukan di sungai Cileungsi yang juga kerap menjadi lokasi pembuangan limbah yang diduga dilakukan sejumlah pabrik dan rumah tangga.
Banjir beberapa kali melanda permukiman yang berada di sepanjang Cileungsi dan Cikeas.
Pada 21 April 2016, banjir terparah terjadi yang mengakibatkan seluruh perumahan di sepanjang sungai terendam. Dilaporkan, banjir merendam Perumahan Pondokgede Permai (PGP) di Jatiasih, Kota Bekasi, setinggi 5 meter, Vila Jatirasa di Kota Bekasi hingga? Perumahan Vila Nusa Indah, Bojongkulur, Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
"Saat itu telemetri (alat pantau) di P2C (berlokasi di PGP, titik bertemunya limpahan air Cileungsi dan Cikeas) menunjukkan elevasi di atas 660 cm. Saat itu lokasi titik pantau di hulu Cileungsi terdata di level 500 centimeter dan hulu Cikeas 300 centimeter," demikian Puarman.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Saya meminta agar masyarakat setempat segera mengembangkan kemitraan dan koordinasi dengan pemerintah dan pihak terkait agar potensi banjir bisa dapat ditangani," kata Diaz.
Hal itu dikatakannya saat menerima kunjungan dari Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) di Kompleks Sekretariat Negara, Jakarta, Senin (19/02).
Dalam pertemuan itu, Diaz Hendropriyono mencari tahu secara detail sejumlah potensi banjir yang diakibatkan meluapnya kedua sungai tersebut berdasarkan rekomendasi KP2C untuk diteruskan kepada sejumlah pihak terkait.
"Untuk yang skala nasional, kami akan bantu," kata Diaz.
Bahkan pihaknya juga segera mengagendakan kunjungan langsung ke lokasi sungai agar persoalan ancaman banjir yang kini meresahkan sekitar 30.000 jiwa masyarakat bantaran itu bisa tertangani secara optimal.
"Saya berencana juga untuk meninjau langsung lokasi sungai, agar lebih jelas memahami persoalan yang dihadapi warga di sana," ujarnya.
Menurut Diaz, pemerintah harus hadir dalam setiap bencana atau upaya-upaya penanggulangan bencana.
Untuk itu, KP2C diminta bermitra dan berkoordinasi dengan pemerintah pusat maupun daerah.
"Saya mengingatkan di mana seharusnya peran pemerintah itu hadir," ujarnya.
Dalam pertemuan selama lebih kurang 1,5 jam itu, KP2C mendesak pemerintah untuk segera melakukan empat tindakan penyelamatan puluhan ribu warga? yang masuk dalam zona banjir di bantaran Sungai Cileungsi dan Cikeas.
Kedua sungai ini diketahui melintasi wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi, yang terletak di Provinsi Jawa Barat.
"Empat tindakan itu adalah normalisasi kali Cileungsi, penguatan tanggul sungai, pembangunan waduk di hulu sungai, dan pembangunan pengendali air," ujar Penasihat KP2C, Puarman.
Hadir dalam pertemuan itu sembilan pengurus KP2C yang dipimpin Ketuanya Verry Hendrawan serta jajaran anggota di antaranya Angling Jaya (Penasihat), Fairiko (Bendahara), Partomo dan Yulianto (Divisi Perencanaan & Kegiatan), Sancoyo Raharjo dan Sri Pudjiastuti (Divisi Kemitraan & Hubungan Antar Lembaga) serta Sigit (Divisi Data).
Menurut Puarman, normalisasi sungai Cileungsi perlu dilakukan karena sudah mengalami pendangkalan.
"Dulu perjalanan air sungaidari pos pantau KP2C di hulu Cileungsi ke pos pantau di P2C (berlokasi di dekat Perum Pondok Gede Permai, Jatiasih, Bekasi) sekitar 4-5 jam, sekarang 3-4 jam. Air juga cepat meninggi sehingga potensi banjir semakin mengancam 24 perumahan terdampak yang ada di sekitar? sungai Cileungsi maupun Cikeas," ujar Puarman.
Puarman mengatakan, saat ini sejumlah tanggul yang berada di perumahan tidak kokoh dan rawan roboh akibat pondasi yang landai.
"Tanggulnya nangkring sehingga rawan jebol," katanya.
Puarman juga mengharapkan agar pembangunan waduk dilakukan pemerintah di kedua hulu sungai.
"Seperti yang dilakukan pemerintah atas instruksi Presiden Jokowi di hulu sungai Ciliwung," ujar Puarman.
KP2C juga mendorong pemerintah untuk membangun pengendali aliran sungai yang lokasinya di antara Curug Parigi dan Kota Wisata, Kabupaten Bogor.
"Dengan adanya pengendali air semacam pintu air maka volume air yang datang dari hulu Cileungsi bisa dikendalikan," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, area hulu sungai Cileungsi memiliki hamparan seluas 26 ribu hektare dan hulu Cikeas? sekitar 11 ribu hektare, sehingga dampak potensi banjir terbesar akan datang dari hulu Cileungsi.
"Selama 12 tahun saya mengamati kedua sungai, sebesar apapun debit air dari Cikeas tidak akan menyebabkan banjir di hilir jika Cileungsi normal. Tidak begitu dengan Cileungsi, ketika debit air meningkat, potensi banjir mengancam," kata Puarman.
Itu sebab penanganan potensi banjir harus dilakukan di sungai Cileungsi yang juga kerap menjadi lokasi pembuangan limbah yang diduga dilakukan sejumlah pabrik dan rumah tangga.
Banjir beberapa kali melanda permukiman yang berada di sepanjang Cileungsi dan Cikeas.
Pada 21 April 2016, banjir terparah terjadi yang mengakibatkan seluruh perumahan di sepanjang sungai terendam. Dilaporkan, banjir merendam Perumahan Pondokgede Permai (PGP) di Jatiasih, Kota Bekasi, setinggi 5 meter, Vila Jatirasa di Kota Bekasi hingga? Perumahan Vila Nusa Indah, Bojongkulur, Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
"Saat itu telemetri (alat pantau) di P2C (berlokasi di PGP, titik bertemunya limpahan air Cileungsi dan Cikeas) menunjukkan elevasi di atas 660 cm. Saat itu lokasi titik pantau di hulu Cileungsi terdata di level 500 centimeter dan hulu Cikeas 300 centimeter," demikian Puarman.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018