Bogor (Antaranews Megapolitan) - Longsor kembali melanda kawasan Puncak, saat curah hujan cukup tinggi mengguyur wilayah Bogor, Jawa Barat, Senin (5/2). Sejumlah titik dilaporkan mengalami bencana longsor mulai dari level ringan, hingga berat.

Berbeda dengan longsor sebelumnya, selain menimbulkan korban jiwa, setidaknya satu orang meninggal dunia, satu luka kritis dan tiga lainnya luka ringan. Kerugian materi juga tidak terelakkan, baik dialami oleh warga yang terdampak bencana maupun bagi sektor jasa sebagai imbas dari penutupan sebagian jalur di kawasan wisata tersebut.

Sejumlah titik yang mengalami longsor seperti di kawasan hutan pinus menyebabkan separoh badan jalan amblas, hingga menyisakan 3/4 ruas jalan yang dapat dilalui.

Lokasi berikutnya di kawasan Masjid At Ta`awun menyebabkan sebuah kios ambruk terbawa material longsor, satu orang meninggal dunia atas nama Lilis, satu lainnya kritis, dan tiga orang lainnya luka ringan.

Titik yang cukup dramatis terjadi di Riung Gunung, yang sebelumnya dilaporkan oleh salah satu saksi mata ada tiga orang pengendara sepeda motor yang terseret oleh longsor kawasan tebing yang menutup badan jalan, hingga jatuh ke tebing.

Selama tiga hari tim SAR gabungan TNI, Polri, BPBD, Tagana, PMI, Brimob Polda Jabar, melakukan upaya pencarian dan evakuasi. Hingga Rabu (7/2) operasi pencarian dinyatakan berhenti, setelah upaya pencarian tidak menemukan tanda-tanda adanya korban.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, menyatakan meski operasi pencarian dan evakuasi terhadap korban longsor di lokasi Riung Gunung dihentikan, tetapi operasi tanggap darurat bencana masih tetap berjalan hingga 18 Februari mendatang.

Longsor tidak hanya terjadi di kawasan Puncak, tetapi juga di Kampung Maseng, Kecamatan Cijeruk, yang menewaskan lima orang sekaligus. Korban terdiri dari orang dewasa hingga anak-anak.

"Status siaga darurat bencana masih kita berlakukan untuk seluruh wilayah Bogor sampai tanggal 18 Februari," kata Kepala BPBD Kabupaten Bogor, Sumardi.


Penyebab Longsor Puncak

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebutkan kawasan Puncak merupakan hasil dari erupsi gunung api tua, dalam peta geologi dulu disebut Gunung Joglo.

Ketua Tim Tanggap Darurat Bencana Longsor, PVMBG, Imam Santosa menyebutkan gunung Joglo adalah gunung yang lebih tua dari Gunung Gede Pangrango yang ada saat ini.

Produk gunung api tua tersebut berupa larva dan batu breksit yang bagian atasnya terdapat soil dan pelapukan tanah yang cukup tebal antara 2,5 sampai tiga meter.

"Nah itu tanah pelapuan bersifat sarang atau keropos, jadi mudah sekali air meresap dalam tanah pelapukan itu, di dalamnya ada batu breksit yang berlaku sebagai bidang tergelincir. Jadi bantu andesi itu menjadikan tanah longsor," katanya.

Kawasan Puncak dapat disebut sebagai warisan gunung api tua, dan beberapa gunung api yang pernah ada ratusan bahkan jutaan tahun yang lalu, kondisi saat ini gunung-gunung tersebut sudah dalam kondisi dorman atau mati. Yang aktif saat ini adalah Gunung Gede Pangrango.

Dengan kondisi tersebut menurut PVMBG imbas yang terjadi dengan adanya bantuan breksi dan larva, serta pelapukan tanah yang tebal menyebabkan kawasan tersebut rentah longsor, terutama kalau dipicu curah hujan yang tinggi seperti yang terjadi pekan lalu.

Untuk mencegah terjadinya korban jiwa akibat longsor, PVMBG memberikan sejumlah rekomendasi yang dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah, maupun pusat dalam mengambil kebijakan.

Rekomendasi yang paling utama adalah melakukan penataan saluran air, atau drainase dengan melakukan pembuatan saluran air sesuai syarat di kawasan Puncak, terutaam di Cisarua.

Perlu dibuat dinding-dinding penguat pada seluruh dinding di jalan Puncak, bisa dengan melakukan terasering, dan brojong.

"Kalau bisa hendari mendirikan bangunan seperti yang ada saat ini, di atas tebing. Baik permanen maupun semi permanen, harus sama-sama memperhatikan aspek bencana. Jadi sebetulnya tinggal menunggu waktu saja, dan sudah terbukti sekarang ada bangunan terbawa longsor," kata Imam.

Sementara itu Forest Wacth Indonesia (FWI) melihat bencana longsor yang terus terjadi di kawasan Puncak sebanyak peringatan terhadap kondisi kawasan tersebut yang telah rusak. Dari tahun 2002 hingga 2016 kerusakan hutan di kawasan tersebut massif terjadi, 5,7 ribu hektare hutan alam hilang. Hanya menyisakan 21 persen hutan alam dari total Wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.

Pengkampanye FWI, Anggi Putra Prayoga menyebutkan peranan kawasan Puncak sangat vital untuk banyak daerah di bawahnya. Kawasan Puncak menjadi penyedia air utama untuk tiga DAS yakni Ciliwung, Kali Bekasi, dan Citarum.

"Bila kawasan ini rusak dapat dipastikan daerah di bawahnya akan terpapar juga," kata Anggi.

Salah satu contoh adanya pembukaan hutan dan pendirian bangunan permanen untuk pengembangan wisata yang terjadi di kawasan hutan di Taman Wisata Alam Telaga Warna. Lokasi tersebut dikembangkan oleh perusahaan PT Lintas Daya Kreasi.

Rencana Tata Ruang Wilaya (RTRW) periode 2016-2036 telah direvisi dengan menyisakan kawasan hutan sebesar 29,47 persen dengan luasan 1047, 53 hektare. Dari sebelumnya luas kawasan hutan 2100,13 hektare atau 58,78 persen.

Seluas 445 hektare kawasan lindung berubah fungsi untuk hutan produksi, pertanian, dan permukiman. Kemudian perubahan peruntukan kawasan lindung untuk perkebunan seluas 704 hektare.

Bencana banjir dan longsor yang terjadi dikarenakan berkurangnya daya dukung di kawasan Puncak sehingga rentah bila menghadapi cuaca ekstrem. FWI merekomendasikan agar pemerintah daerah baik provinsi dan kabupaten mengikuti Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur.

"Upaya yang dapat dilakukan perbaiki DAS, kembalikan prinsip-prinsip sumber daya air dan tanha. Menyimpan air supaya tidak cepat masuk ke sungai, tidak dalam bentuk permukaan," kata Anggi.


Imbas dan penanganan Longsor Puncak

Imbas longsor Puncak meluas, dibutuhkan waktu minimal 10 hari untuk melakukan perbaikan segera terutama di titik-titik yang terjadi longsor. Terhitung mulai tanggal 7 Februari Ditjen Perhubungan Darat menutup sebagian kawasan Puncak dimulai dari Gunung Mas sampai Ciloto, Cianjur.

Penutupan sebagian jalan Puncak ini untuk mempermudah upaya perbaikan lokasi-lokasi longsor yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat. Diperlukan Peraturan Menteri sebagai payung hukum terhadap kebijakan penutupan sebagian jalur Puncak yang berimplikasi terhadap masyarakat luas.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat menijau lokasi longsor, Selasa (6/2) mengatakan perbaikan jalur Puncak memerlukan upaya-upaya yang sesegara mungkin dilakukan agar jalan bisa dibuka kembali. Upaya dilakukan pada bidang yang mengalami gelincir (longsor), tercatat ada enam lokasi longsor yang perlu dikupas, agar tidak terjadi lagi longsor.

"Bidang gelincir ini kita kupas, lalu jalannya kita geser, agar lebih kuat lagi," katanya.

Pengupasan dan penggeseran jalan ini tidak akan memerlukan waktu lama karena juga didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten yang sudah merelokasi warung-warung yang ada di pinggir jalan.

"Sudah ada rencana untuk pemindahan pedagang ini di satu lokasi yang sudah dipilih tanah milik negara juga, sehingga perbaikan longsor bisa diakomodiasi, jalan kita geser dan lebarkan," kata Budi.

Bupati Bogor, Nurhayanti mengatakan pembangunan di kawasan Puncak menjadi tanggung jawab pihaknya untuk mengikuti pedoman RTRW dan KDB yang sudah ada. Sementara itu, terkait keberadaan PKL yang berjualan di badan jalan jalur Puncak secara bertahap sudah dilakukan upaya-upaya untuk relokasi.

Pemkab Bogor telah bekerja sama dengan Gunung Mas untuk menggunakan lahannya sebagai tempat untuk merelokasi PKL kawasan Puncak, sehingga pada saat pelebaran dilakukan, PKL sudah direlokasi.

Saat ini relokasi telah dilaksanakan, tinggal menunggu lelang untuk membangun kios-kios relokasi yang direncanakan tahun ini dilaksanakannya.

"Saya tidak ingin menggusur, tapi menggeser. Pusat mempunyai program untuk mengoptimalkan jalan ini (Puncak-red). Saya ingin memberikan keamanan dan kenyamanan bagi PKL," kata Nurhayanti.

Dari 40 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bogor, sebanyak 24 kecamatan termasuk daerah rawan longsor atau pergerakan tanah. Salah satunya Cisarua, Megamendung, dan lainnya.

"Kewaspadaan masyarakat terhadap siaga bencana perlu terus disiagakan," kata Nurhayanti.


Pascalongsor

Kawasan Puncak pascakejadian longsor kini terlihat lebih elok, jalanan yang biasanya macet kini lebih lancar, banyak pengendara yang melintas menyukai suasana Puncak saat ini. Namun, kondisi penutupan sebagian jalan Puncak mulai dari Riung Gunung hingga Ciloto berimbas bagi sektor jasa yakni perhotelan dan restoran.

PHRI Kabupaten Bogor mencatat terjadi penurunan omset sekitar 50 persen yang dirasakan pengusahan hotel dan restoran sebagai imbas dari penutupan jalur Puncak. Sebagian warga mengira penutupan jalur Puncak terjadi seluruhnya, banyak juga yang menghindari karena khawatir terjadi longsor susulan.

"Mohon untuk diinformasikan bahwa sebenarnya wisata Puncak aman, tidak semua akses ke tempat wisata ditutup dan rawan," kata Ketua PHRI Kabupaten Bogor Budi Sulistyo.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018