Sukabumi (Antaranews Megapolitan) - Pondok Pesantren Al-Umanaa yang terletak di Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menjadi proyek percontohan Pondok Pesantren (Ponpes) modern.

"Sejak pertama kali ponpes ini dibuka pada 2014 lalu sudah banyak tokoh nasional yang datang salah satunya Yuddy Chrisnandi mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia yang menyebutkan pola kegiatan belajar mengajar di Ponpes Al-Umanaa ini harus menjadi percontohan," kata Ketua Pembina Yayasan Ponpes Al-Umanaa Sukabumi ustad KH Mindjali di Sukabumi, Selasa.

Menurutnya, banyak perbedaan dasar dari ponpes ini dibandingkan dengan yang lain sehingga menjadi keunggulannya seperti setiap harinya santri dan santriwati harus menggunakan bahasa asing yakni Jepang, Arab dan Inggris.

Selain itu, santri pun tidak hanya belajar teori tetapi langsung melakukan praktek lapangan agar dalam kegiatan belajar dan mengajar tidak jenuh dan setelah lulus nantinya mereka siap ditempatkan di mana pun khususnya berwirausaha.

Bahkan sesuai dengan moto ponpes ini yakni "sekolah adalah belajar hidup, tamat sekolah harus bisa hidup, bukan baru belajar hidup".

Sehingga lulusan ponpes ini mampu bersaing dengan lulusan manapun.

Lanjut dia, setiap angkatan, baik SMA maupun SMP, pihaknya hanya menerima santri 50 orang yakni 25 santri dan 25 santriwati.

Untuk seleksinya tidak hanya melihat nilai akademik, tetapi lebih ke arah akhlak dan siap mau berubah menjadi yang terbaik.

Untuk ustad/ustadzah atau pengajarnya pun berasal dari lulusan universitas dan ponpes terkemuka di Indonesia seperti ITB, UGM, IPB, UNJ, UIN, Gontor, Assalam dan lain-lain.

"Santri dan lulusan kami sudah berhasil menyabet ratusan penghargaan dan memenangkan berbagai kejuaraan baik di bidang akademik, olah raga dan lain-lain," tambahnya.

Mindjali mengatakan prestasi merupakan suatu kebutuhan setiap pelajar, maka dari itu pihaknya mempunyai metode khusus yang disebut lima konsep ideal Al-Umanaa yakni pendidikan akidah, pembinaan akhlak, pengembangan ilmu wawasan, keterampilan dan pola hidup sehat.

Ia mengatakan ada perbedaan lain dari santrinya tersebut yakni makan yang disediakan tidak mengandung zat kimia berbahaya seperti pengawet dan penyedap rasa serta setiap anak didiknya dilarang minum-minuman yang bersoda serta mengandung gula tinggi.

Pewarta: Aditya Rohman

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018