Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Dari sekian banyak pembeda antara Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo dengan enam presiden sebelumnya, ada satu hal menarik dari Kepala Negara ini dengan para pendahulunya.

Ya, Jokowi menjadi presiden pertama yang bisa mengkhatamkan atau menamatkan kehadirannya di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, sejak memimpin negeri ini pada 20 Oktober 2014.

itu terjadi pada Selasa (9/1) ini saat berada di Pulau Rote di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, yang menjadi wilayah paling selatan di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Presiden-presiden sebelumnya juga memiliki "rekor" tersendiri seperti Soekarno, selain benar-benar menjadi Presiden pertama Republik Indonesia juga merupakan pendiri bangsa dan Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia. Soekarno dikenang sebagai Bapak Pendiri Bangsa.

Presiden ke-2 RI Soeharto menjadi presiden terlama, sekitar 30-an tahun, memimpin Orde Baru dengan pemerintahan yang sentralistik, dan dikenal sebagai Bapak Pembangunan.

Sementara Presiden ke-3 RI, BJ Habibie yang juga Bapak Teknologi menjadi presiden pertama era reformasi yang memastikan seluruh agenda reformasi berjalan dengan menjunjung masyarakat madani dan supremasi sipil.

Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid dikenang sebagai Bapak Demokrasi, Perdamaian, Toleransi, dan Pluralisme, yang memelopori penghormatan pada hak-hak asasi manusia.

Bahkan untuk mengenang jasa-jasanya, Gus Dur, panggilan akrab Abdurrahman Wahid, disematkan gelar sebagai Bapak Tionghoa Indonesia oleh komunitas Tionghoa Semarang, Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong (Rasa Dharma) pada 24 Agustus 2014 lantaran dinilai berjasa menjadikan semua warga negara, termasuk dari keturunan Tionghoa, menjadi setara dan memiliki hak yang sama dengan pribumi, termasuk dalam politik.

Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputeri, selain merupakan anak dari Soekarno, juga dikenang sebagai presiden perempuan pertama dan memastikan Indonesia sebagai negara demokratis terbesar ketiga setelah AS dan India. Bahkan mengalahkan AS dalam kesetaraan gender karena negeri adidaya itu belum pernah memiliki presiden perempuan.

Tak berlebihan bila Megawati juga menjadi Ibu Kesetaraan Gender yang menjadi inspirasi bagi banyak perempuan Indonesia untuk berkarya dan berkarir dalam segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden pertama yang berhasil terpilih secara langsung oleh rakyat dalam pemilu, bahkan hingga mencapai dua periode dari 2004 hingga 2014. SBY antara lain juga dikenang sebagai Bapak Umat Beragama oleh masyarakat Papua dan Bapak Permuseuman oleh Asosiasi Museum Indonesia.

Sementara Jokowi sangat layak diberi penghormatan sebagai Bapak Revolusi Mental, Bapak Nawacita, dan Bapak NKRI karena sejak kepemimpinannya memberikan teladan yang baik dalam giat bekerja dan melakukan percepatan pembangunan, terutama infrastruktur, sehingga membuat negeri ini lebih bergeliat dalam pembangunan dan kemajuan di seluruh daerah dengan basis pembangunan Indonesia Sentris, bukan lagi Jawa Sentris.

Dalam konteks Indonesia Sentris itu pula yang membuat Jokowi bisa menjejakkan kaki ke seluruh wilayah NKRI dalam kurun tiga tahun lebih sejak awal kepemimpinannya.

Jokowi sudah menjejakkan kaki di seluruh wilayah bahkan dari wilayah paling barat di Sabang hingga paling timur di Merauke serta di utara di Miangas dan di selatan di Rote.

Kepala Negara mengatakan bahwa dirinya merasa sudah lengkap melihat Indonesia karena telah menginjakkan kakinya selama berkeliling di seluruh wilayah NKRI, di bagian paling barat Indonesia, Utara, Timur dan terakhir pada Selasa (9/1) ini di selatannya Indonesia.

Hal itu menjadikan Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia pertama yang bisa mengkhatamkan dengan jejakkan kaki di seluruh wilayah NKRI.

                                                       Tidak anaktirikan

Menarik pula pernyataan dari Jokowi bahwa dia berjanji tidak akan menganaktirikan daerah dan terus berkomitmen mewujudkan pembangunan yang merata di seluruh pelosok Tanah Air melalui konsep Indonesia Sentris.

Selama lebih dari tiga tahun terakhir kepemimpinannya memang tampak terlihat pembangunan gencar dilakukan mulai dari daerah-daerah perbatasan hingga daerah-daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) di Indonesia.

Hal itu sesuai dengan amanah nawa cita untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju melalui pembangunan Indonesia Sentris. Bukan hanya membangun Jawa, membangun Sumatra tetapi membangun seluruh pelosok Tanah Air dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.

Tak hanya dalam pembangunan, Kepala Negara juga tak tebang pilih dalam melakukan kunjungan kerja. Daerah-daerah 3T pun tak luput dari tujuan kunjungan kerjanya.

Tidak ada daerah yang dilupakan, tidak ada daerah yang dikesampingkan. Tidak ada daerah yang dianaktirikan. Semuanya anak kandung Ibu Pertiwi.

Seperti kunjungan di Rote telah menjadikan Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia pertama yang menginjakkan kaki di wilayah terselatan dari NKRI itu. Dengan menginjakkan kaki di Pulau Rote, Presiden sudah lengkap melihat Indonesia dari ujung ke ujung.

Hal yang juga menonjol dalam kepemimpinannya, Presiden juga menunjukkan kepada publik mengenai kedaulatan yang telah dijalankan pemerintah, mulai Mulai dari program bahan bakar minyak (BBM) satu harga di seluruh Indonesia, pemberantasan "illegal fishing", pengembalian blok Mahakam, hingga perundingan dengan PT Freeport yang masih berjalan.

Memang diyakini bahwa dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki, Indonesia akan menjadi negara maju, adil, dan sejahtera.

Sejak percepatan pembangunan yang dimulai pada 2016, pemerintah fokus pada tiga langkah terobosan untuk pengentasan kemiskinan, pengangguran, ketimpangan dan kesenjangan sosial. Ketiga langkah itu adalah: Pertama, percepatan pembangunan infrastruktur. Kedua, penyiapan kapasitas produktif dan sumber daya manusia. Ketiga, deregulasi dan debirokratisasi.

Melalui percepatan pembangunan infrastruktur, pemerintah membangun sarana infrastruktur secara lebih merata di seluruh Tanah Air guna memperkuat konektivitas antarwilayah dan memperkecil ketimpangan dan kesenjangan sosial. Akselerasi pembangunan infrastruktur logistik meliputi jalan, pelabuhan, bandara, dan rel kereta api. Sedangkan akselerasi pembangunan infrastruktur strategis mencakup pembangkit listrik, telekomunikasi, irigasi, dan perumahan rakyat.

Pemerintah telah mempercepat pembangunan jalan nasional sepanjang 2.225 km, jalan tol sepanjang 132 km, dan jembatan sepanjang 16.246 m, atau sebanyak 160 jembatan. Pada tahun 2016 target pembangunan jalan nasional sepanjang 703 km dan jembatan sepanjang lebih dari 8.452 m.

Pembangunan kereta api tidak hanya dilakukan di Pulau Jawa, tetapi juga di Pulau Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Sampai sekarang jalur kereta api yang beroperasi telah mencapai sepanjang 5.200 Kilometer Spoor (Km `sp). Di tahun 2015, 179,33 Km`sp telah selesai dibangun dan 271,5 Km`sp sedang dalam proses pembangunan. Selain itu juga sedang dibangun kereta api transportasi perkotaan seperti Mass Rapid Transportation (MRT), Light Rail Train (LRT), serta commuter line.

Untuk program tol laut, Pemerintah telah menetapkan 24 pelabuhan sebagai simpul jalur Tol Laut. Sebagai pendukung turut dibangun 47 pelabuhan nonkomersial dan 41 pelabuhan sedang dalam proses pembangunan. Target pemerintah adalah sudah terbangun 100 pelabuhan pada tahun 2019. Pemerintah juga menyiapkan kapal- kapalnya, yaitu sebanyak tiga kapal pada tahun 2015 dan 30 kapal ditargetkan pada tahun 2016. Ini untuk mewujudkan gagasan kita menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

Pembangunan dan pengembangan bandar udara juga kita percepat sebagai wujud pembangunan Jembatan Udara. Di tahun 2016, sembilan bandar udara telah dikembangkan sehingga memiliki standar yang lebih tinggi, dan enam banda udara telah resmi dibuka pada tahun 2016. Dalam hal jalur penerbangan, Pemerintah telah menemukan solusi untuk mengatasi kepadatan jalur penerbangan utara Pulau Jawa. Dapat saya sampaikan bahwa perencanaan untuk membuka jalur penerbangan. Selatan Pulau Jawa sekarang ini sudah dimulai.

Perihal penyediaan listrik, program 35.000 MW terus dipacu. Program 35.000 MW dipantau secara ketat dan cermat. Pemerintah ingin memastikan program ini terlaksana dengan lancar dan dapat mencapai target rasio elektrifikasi 100 persen di tahun 2019. Ketika itu terjadi, Indonesia akan bebas dari byar-pet. Usaha kecil dan industri rumah tangga dapat berjalan lancar dan anak-anak dapat belajar di malam hari dengan penerangan lampu listrik yang memadai.

Percepatan pembangunan infrastruktur tersebut, bagi infrastruktur logistik maupun infrastruktur strategis, tentu saja tidak melupakan kelestarian alam. Pemenuhan target rasio kelistrikan juga mengutamakan penggunaan energi baru dan terbarukan. Selain itu juga dilakukan percepatan pembangunan waduk dan embung untuk memperkuat program ketahanan air. Pada tahun 2016 ini dilakukan percepatan penyelesaian 22 waduk yang sedang dibangun, 8 waduk baru, 387 embung/situ baru, dan rehabilitasi 71 embung/situ.

Pembangunan wilayah selama masa kepemimpinan Jokowi memang terasa geliatnya, wajar berbagai lembaga survei menempatkan kinerja Jokowi memuaskan bagi rakyat. (ANT/BPJ).

Pewarta: Oleh Budi Setiawanto

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018