Bogor, (Antaranews Megapolitan) - Upaya untuk memproduksi ikan komet masih dilakukan dengan cara tradisional dengan tingkat keberhasilan pemijahan yang rendah. 

Kegagalan pemijahan diduga disebabkan dua faktor, pertama adalah kegagalan dalam mempersiapkan induk yang benar-benar matang gonad dan siap pijah (kawin), dan faktor yang kedua adalah kegagalan dalam merangsang induk sehingga terjadinya ovulasi.

Tiga orang orang peneliti dari Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Kukuh Nirmala, Ahmad Habibie dan Harton Harfah melakukan sebuah penelitian tentang pengaruh medan listrik terhadap perkembangan gonad ikan komet Carassius auratus auratus.

“Kematangan gonad adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad, dan gonad ikan akan mencapai maksimun saat ikan akan memijah, kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai,” tutur Nirmala.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh lama waktu pemaparan medan listrik dengan voltase 10 volt terhadap perkembangan gonad ikan komet yang dipelihara pada media bersalinitas 3 ppt selama 21 hari.

Tim ini memberikan empat macam perlakuan dalam percobaannya, yaitu: perlakuan kontrol, dua menit, empat menit, dan enam menit. Ikan uji yang digunakan adalah ikan komet betina dengan jumlah ikan yang digunakan adalah 4 ekor per akuarium dengan panjang total rata-rata 12,27 cm dan bobot tubuh rata-rata 22,29 g.

Dari hasil percobaannya tim peneliti ini menemukan bahwa perlakuan pemberian medan listrik sebesar 10 volt dengan lama waktu pemaparan medan listrik pada semua perlakuan durasi di media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter indeks gonadosomatik (GSI) dan perkembangan gonad ikan komet.

“Pengaruh lama waktu paparan listrik sebesar 10 volt pada media bersalinitas 3 ppt pada ikan komet terhadap parameter rasio panjang usus terhadap panjang tubuh, indeks gonadosomatik, indeks hepatosomatik, laju pertumbuhan harian dan kelangsungan hidup tidak terdapat perbedaan yang nyata antar semua perlakuan. 

Akan tetapi, terhadap parameter jumlah konsumsi pakan ada perbedaan yang nyata antar perlakuan. Perlakuan dua menit menunjukkan hasil yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol, empat, dan enam menit,” ungkapnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dua menit memiliki nilai GSI tertinggi sebesar 7,06 persen pada hari ke-21 dibandingkan dengan kontrol, sedangkan perlakuan enam menit menunjukkan nilai terendah sebesar 5,52 persen pada hari ke-21. 

Selama proses reproduksi, sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Hal ini menyebabkan terdapat perubahan dalam gonad itu sendiri, pada saat pematangan gonad, ikan betina akan mengalami pertambahan bobot tubuh akibat pertambahan bobot ovari.(IR/NM)

Pewarta: Oleh: Humas IPB

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017