Bogor (Antara Megapolitan) - Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil meraih juara kedua dalam ajang Geo-Environment Student Challenge (GEOS) 2017, National Debat Competition Universitas Gadjah Mada (UGM).
Mereka adalah Ilham Maulidin, mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) bersama Fitri Rosadella dan Latiful Akbar dari Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Kompetisi tersebut merupakan kompetisi debat mahasiswa nasional yang diselenggarakan oleh Geography Study Club (GSC) Fakultas Geografi UGM yang di tahun 2017 ini telah memasuki tahun yang ke-10.
GEOS merupakan sebuah ajang bagi pemuda Indonesia untuk menunjukkan kepeduliannya terhadap pembangunan berkelanjutan yang belandaskan pengembangan wilayah melalui lintas sektor atau multidisiplin.
GEOS 2017 mengusung tema “Science Integration on the Paradigm of Sustainable Multisector Developmentâ€. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 3-5 November 2017.
“Topik yang diperdebatkan adalah terkait isu-isu pembangunan berkelanjutan yang ditinjau dari perspektif pembangunan wilayah melalui aktivitas sektor informal sebagai basis pembangunan perkotaan. Mulai dari alih fungsi lahan, perencanaan tata ruang, isu pembangunan meikarta, dan kondisi sektor informal lainnya,†tutur Ilham.
Lomba yang diikuti mahasiswa nasional ini terdiri dari delapan finalis terbaik yang telah berhasil lolos seleksi esai ilmiah tingkat nasional.
Delapan finalis tersebut terdiri dari IPB 2 tim, Universitas Muslim Indonesia 1 tim, Universitas Gadjah Mada 3 tim, Universitas Sebelas Maret 1 tim, dan Universitas Mulawarman 1 tim.
“Pada babak penyisihan kami mendapatkan mosi dengan topik “Pemberhentian Ojek Onlineâ€. Kami menyatakan sikap tegas untuk tidak memberhentikan operasi ojek online di Jawa Barat, dikarenakan banyaknya keuntungan yang didapatkan dengan adanya ojek online,†ujar Ilham.
Ilham dan tim memahami bahwa tantangan terbesar dalam kompetisi tersebut adalah bagaimana untuk bisa memahami konteks permasalahan materi debat yang diberikan oleh panitia.
“Hampir seluruh anggota tim kami tidak ada yang ahli atau berasal dari tata ruang wilayah, landscape, atau bahkan penginderaan jarak jauh dan geografi. Namun, justru hal tersebut memacu kami untuk mau belajar,†pungkas Ilham.(IR/NM)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Mereka adalah Ilham Maulidin, mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) bersama Fitri Rosadella dan Latiful Akbar dari Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Kompetisi tersebut merupakan kompetisi debat mahasiswa nasional yang diselenggarakan oleh Geography Study Club (GSC) Fakultas Geografi UGM yang di tahun 2017 ini telah memasuki tahun yang ke-10.
GEOS merupakan sebuah ajang bagi pemuda Indonesia untuk menunjukkan kepeduliannya terhadap pembangunan berkelanjutan yang belandaskan pengembangan wilayah melalui lintas sektor atau multidisiplin.
GEOS 2017 mengusung tema “Science Integration on the Paradigm of Sustainable Multisector Developmentâ€. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 3-5 November 2017.
“Topik yang diperdebatkan adalah terkait isu-isu pembangunan berkelanjutan yang ditinjau dari perspektif pembangunan wilayah melalui aktivitas sektor informal sebagai basis pembangunan perkotaan. Mulai dari alih fungsi lahan, perencanaan tata ruang, isu pembangunan meikarta, dan kondisi sektor informal lainnya,†tutur Ilham.
Lomba yang diikuti mahasiswa nasional ini terdiri dari delapan finalis terbaik yang telah berhasil lolos seleksi esai ilmiah tingkat nasional.
Delapan finalis tersebut terdiri dari IPB 2 tim, Universitas Muslim Indonesia 1 tim, Universitas Gadjah Mada 3 tim, Universitas Sebelas Maret 1 tim, dan Universitas Mulawarman 1 tim.
“Pada babak penyisihan kami mendapatkan mosi dengan topik “Pemberhentian Ojek Onlineâ€. Kami menyatakan sikap tegas untuk tidak memberhentikan operasi ojek online di Jawa Barat, dikarenakan banyaknya keuntungan yang didapatkan dengan adanya ojek online,†ujar Ilham.
Ilham dan tim memahami bahwa tantangan terbesar dalam kompetisi tersebut adalah bagaimana untuk bisa memahami konteks permasalahan materi debat yang diberikan oleh panitia.
“Hampir seluruh anggota tim kami tidak ada yang ahli atau berasal dari tata ruang wilayah, landscape, atau bahkan penginderaan jarak jauh dan geografi. Namun, justru hal tersebut memacu kami untuk mau belajar,†pungkas Ilham.(IR/NM)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017