Madura (Antara Megapolitan) - "Penanaman pohon trembesi, dan juga lainnya tentu kita harapkan akan memperbaiki lingkungan dan membuat udara di Bangkalan dan Madura ini menjadi segar," demikian cetusan Wakil Bupati (Wabup) Bangkalan KH Mondir A Rofii.

Pohon trembesi dengan nama latin "Albizia saman" atau dikenal juga dengan nama "Samanea saman" menjadi warna baru di lingkar Pulau Madura karena adanya ikhtiar penanaman tumbuhan berukuran besar itu.

Pada Rabu (22/11) adalah puncak penuntasan penanaman trembesi sepanjang 296 kilometer di seluruh lingkar Pulau Madura yang dipusatkan di Alun Alun Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur.

Penggagasnya adalah Djarum Foundation "Bakti Pada Negeri" melalui program "Djarum Trees for Life" (DFTL) atau Pohon Djarum untuk Kehidupan yang menanam trembesi ratusan kilometer mengelilingi pulau penghasil garam itu.

Aksi yang digagas sejak 2016 dengan titik awal di Kabupaten Bangkalan, kemudian merambah Kabupaten Sampang, Pamekasan, Sumenep, dan Kabupaten Ketapang, hingga akhirnya berakhir di Bangkalan lagi.

Sekitar 15.466 pohon trembesi kini telah melingkari Pulau Madura dengan program itu.

Jumlah itu melampau target awal sebanyak 15 ribu pohon.

Menurut Wabup, program apapun tidak akan berhasil tanpa pelibatan dan peran serta masyarakat sehinggga dia tetap mengimbau penggagas dan pemangku kepentingan terkait lainnya untuk tidak berhenti melanjutkan kegiatan selanjutnya.

Terlebih, program tersebut adalah kegiatan positif yang bisa dikampanyekan kepada anak-anak muda sebagai generasi penerus.

Atas harapan itu, Vice President Director Djarum Foundation FX Supanji menegaskan program tidak akan berhenti sampai di situ. "Kami berkomitmen untuk melakukan perawatan menyeluruh hingga 2019 terhadap seluruh pohon yang sudah ditanam," katanya.

Sesuai harapan Wabup tentang udara segar yang menjadi konsekuensi adanya penanaman pohon,

"Pak Panji", panggilan karib FX Supanji, menyatakan selain memperbaiki lingkungan dan menjadikan udara lebih sejuk, tujuan mendasar dari program DFTL di lingkar Madura itu adalah mengajak masyarakat untuk berperan serta langsung melakukan upaya penghijauan.

Hal itu dibarengi dengan komitmen untuk tidak berhenti dengan menanam saja, melainkan terus melakukan perawatan pohon trembesi hingga tumbuh besar.

Dengan tumbuhnya pohon trembesi sepanjang lingkar Madura itu diharapkan dapat menyerap sebanyak 440.211 ton CO2 atau karbon dioksida setiap tahunnya.

Secara umum fungsi dan manfaat CO2 sangat mendasar dalam kehidupan sehari hari. Contohnya, dalam proses fotosintesis tumbuhan di mana CO2 sangat berperan pada proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan dan sangat diperlukan oleh seluruh makhluk hidup.

Jadi, menanam satu pohon itu menyumbang bagi kehidupan semua makhluk hidup, kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur Dr Ayu Dewi Utari.



Perbaiki lingkungan

Pada kegiatan penuntasan penanaman trembesi di lingkar Madura itu, Ayu Dwi Utari yang tampil bersama musisi sekaligus pegiat lingkungan Agustinus Gusti Nugroho atau biasa dikenal dengan nama Nugie tampil dalam temu wicara pendidikan lingkungan dan konservasi di Alun Alun Bangkalan.

Keduanya mengusung agenda perlunya memperbaiki lingkungan, di semua tingkatan, khususnya di kalangan anak muda sebagai generasi penerus.

Saat memaparkan kondisi lingkungan global dan Indonesia saat ini, serta pengaruhnya terhadap kerusakan lingkungan dan upaya untuk mengurangi dampak yang terjadi, Ayu Dwi Utari mengakui kerja-kerja perbaikan dan penyelamatan lingkungan tidak bisa dilakukan pemerintah saja, meski pemerintah telah banyak melaksanakan program untuk itu.

Apa yang dilakukan melalui program DFTL itu menjadi bagian penting dalam sinergi antarpihak untuk perbaikan lingkungan.

Ia menegaskan dilibatkannya figur publik, seperti dalam kalangan artis dinilai punya daya dukung dan daya efektif yang lebih ketimbang jika disampaikan pemerintah.

"Mas Nugie dan kawan-kawan artis lainnya lebih mudah diterima pesan-pesannya oleh masyarakat," katanya.

Selain Nugie, kegiatan itu juga menghadirkan grup musik The Changcuters dengan vokalis Mohammad Tria Ramadhani serta dua pedangdut asal Bangkalan, Ana Mardian dan Tya Asmara.

Mereka juga ikut menanam pohon trembesi di Alun Alun Kota Bangkalan.

Sedangkan Nugie menimpali bahwa sejak secara sadar untuk turun berkecimpung dengan isu lingkungan, ia banyak masuk dalam komunitas pegiat lingkungan, baik yang digagas pemerintah, perusahaan yang peduli lingkungan maupun kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

"Semakin saya masuk dalam berbagai kalangan dan komunitas, maka membangun sinergi untuk kerja perbaikan lingkungan itu semakin baik buat diri saya," kata musisi yang mengusung konsep trilogi dalam karyanya, yakni Bumi (1995), Air (1996), dan Udara (1998).

Karya itu diilhami oleh interaksi dirinya, dan sempat melihat langsung kondisi lingkungan hidup di berbagai daerah.

"Indikator paling mudah dilihat dan dirasakan sekarang bahwa ada degradasi lingkungan, coba kita gali air tanah, apakah berani kita meminumnya langsung? tambahnya.



Manfaat

Pohon trembesi yang dikenal dengan ukurannnya yang besar dan ketinggiannya bisa mencapai hingga 20 meter itu juga dikenal punya manfaat beragam.

Nugie ketika memberikan panduan kepada pelajar dan mahasiswa di Bangkalan menyatakan baru mendapatkan informasi baru bahwa biji dari trembesi bisa dibuat menjadi bahan tempe, seperti halnya kedelai.

Menurut Pratiwi Setyaningrum (http://baltyra.com/2013/07/10/mengenal-pohon-trembesi-ki-hujan/#ixzz4yxAoY5KF) bijinya yang

biasa disebut "mindhik" (siter atau godril) selain dapat dibuat makanan ringan (semacam kwaci) juga berkhasiat sebagai obat pencuci perut dengan cara diseduh dengan air panas.

Sedangkan daunnya ternyata mempunyai khasiat untuk mengobati penyakit kulit.

Trembesi punya aneka nama di Indonesia. Dalam literatur disebutkan bahwa tumbuhan yang diperkirakan berasal dari kawasan Amerika Latin, seperti Meksiko, Peru dan Brazil, kini sudah tersebar ke seluruh daerah beriklim tropis termasuk ke Indonesia.

Di kawasan Melayu, tumbuhan ini disebut kayu ambon, munggur, punggur, meh (Jawa), ki hujan (Sunda).

Sedangkan di mancanegara pohon ini dinamai

pukul lima (Malaysia), jamjuree (Thailand), cay mura (Vietnam), vilaiti siris (India), bhagaya nara (Kanada), algarrobo (Kuba), campano (Kolombia), regenbaum (Jerman), chorona (Portugis).

Pakar kehutanan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Endes N Dahlan menyatakan pohon trembesi merupakan suatu terobosan mengatasi pemanasan global karena memiliki daya serap gas CO2 yang sangat tinggi.

Menurut dia, dengan diameter tajuk sepanjang 15 meter, satu batang pohon trembesi mampu menyerap 28,5 ton

gas CO2 setiap tahunnya.

Endes N Dahlan telah meriset 43 pohon yang sering dimanfaatkan sebagai tanaman penghijauan, dan hasilnya menunjukkan trembesi terbukti paling banyak menyerap karbondioksida dan memiliki kemampuan menyerap air tanah yang kuat.

Dalam laman http://www.jurnalasia.com/ragam/trembesi-penyerap-co2-terbaik/ disebutkan bahwa manfaat lainnya, pohon trembesi

juga mampu menurunkan konsentrasi gas secara efektif, sebagai tanaman penghijauan dan memiliki kemampuan menyerap air tanah yang kuat.

Melalui kerja sinergi di lingkar Madura itu menjadi harapan akan munculnya keyakinan bahwa perbaikan lingkungan bisa dilakukan bersama-sama.

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017