Bogor (Antara Megapolitan) - Pusat Studi Pangan, Sains dan Teknologi Pertanian Asia Tenggara (SEAFAST) Institut Pertanian Bogor menggelar seminar internasional membahas isu mutakhir keamanan pangan serta tantangan inovasinya, yang berlangsung di Kota Bogor, Jawa Barat Senin.

Kepala SEAFAST Center IPB Prof Nuri Andarwula menjelaskan perlunya mempebaharui informasi teknologi yang dihasilkan para peneliti dalam pengolahan pangan baik yang berasal dari kalangan akademisi maupun lembaga penelitian serta menyebarluaskan isu mutakhir tentang keamanan pangan kepada industri maupun pemangku kepentingan.

"Hal ini menjadi latar belakang diselenggarakannya seminar internasional, para peneliti menyampaikan inovasi dan teknologi yang dihasilkannya kepada pemangku kepentingan, serta menyebarluaskan informasi tentang isu mutakhir keamanan pangan," kata Nuri.

Seminar internasional ini mengangkat tema "Current and Emerging Issues of Food Safety : Innovation Challenges" atau isu mutakhir keamanan pangan yang berkembang saat ini dan tantangan inovasinya ini menjadi sarana untuk menyebarluaskan informasi terkini tentang isu keamanan pangan serta teknologi pangan yang dihasilkan.

Terkait keamanan pangan, menurut FAO keamanan pangan sebagai suatu kondisi dan penerapan pengolahan pangan yang dapat mencegah kontaminasi pangan, dan penyakit yang disebabkan oleh konsumsi pangan (foodborne illnesses).

"Kontaminasi pangan ini dapat bersifat biologis, fisik maupun kimiawi," kata Nuri.

Pangan dapat tercemar dengan berbagai cara. Bahan mentah yang akan diolah mungkin telah tercemar oleh mikroorganisme atau bahan kimia berbahaya. Jika proses pengolahan tidak memenuhi syarat maka kontaminasi tersebut dapat mencemari produk pangan. Selain itu, melalui berbagai mekanisme reaksi, komponen atau zat berbahaya dapat secara tidak sengaja dihasilkan selama proses pengolahan pangan.

"Produk pangan yang tidak dikemas dengan baik dapat juga tercemar oleh kontaminasi yang berasal dari lingkungan penyimpanan (rekontaminasi atau kontaminasi silang)," katanya.

Penyakit yang disebabkan oleh konsumsi pangan merupakan permasalahan yang tidak dapat dikesampingkan. Berdasarkan laporan WHO (2015) terdapat 31 jenis bahan berbahaya yang mengakibatkan 600 juta penduduk dunia sakit dan sebesar 420 ribu meninggal dunia pada tahun 2010.

Menurutnya di era globalisasi saat ini, arus pangan menjadi sangat kompleks. Pemenuhan kebutuhan pangan khususnya di Indonesia bukan hanya lewat produksi dalam negeri tetapi juga berasal dari luar negeri.

"Seiring berkembangnya teknologi, proses produksi panganpun menjadi sangat bervariasi," katanya.

Dengan komplesitas ini lanjutnya, terdapat kemungkinan bahan pangan dapat tercemar baik oleh bahan berbahaya yang sebelumnya telah teridentifikasi maupun oleh bahan yang sebelumnya tidak atau belum dilaporkan.

BPOM selama kurun waktu 2013-2015 telah melaporkan sekitar 30-60 kasus keracunan makanan yang serius dari seluruh provinsi di Indonesia. Tahun 2016 terjadi penurunan angka kasus tetapi dibandingkan tahun sebelumnya, insiden keracunan pangan masih tinggi, yakni sebesar 26 persen dari 130 an kejadian luar biasa penyakit dan keracunan pangan.

"Pangan yang bergizi tinggi bebas dari cemaran adalah aspek penting bagi kemajuan generasi bangsa. Maka pentingnya keamanan pangan bagi produk pangan di Indonesia," kata Nuri.

Seminar internasional SEAFAST menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri. Tercatat ada 10 negara yang berpartisipasi seperti Amerika Serikat, Belanda, Jepang, Malaysia, Singapura, Belgia, negara-negara di ASEAN dan tentunya Indonesia.

"Seminar ini diharapkan memberikan gambaran bagi pemangku kepentingan pangan tentang pentingnya keamanan pangan yang menjadi tanggungjawab bersama yakni pemerintah, akademisi, industri pangan dan masyarakat," kata Nuri.

Seminar ini juga mengangkat pentingnya standarisasi dalam hal pengolahan pangan, hadir sebagai pembicara Kepala Badan Standarisasi Nasional Prof Bambang Prasetyo, serta fungsi pengawasan pemerintah dalam keamanan pangan menghadirkan pembicara dari BPOM.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017