Bogor (Antara Megapolitan) - Setiap tanggal 15 Oktober diperingati sebagai Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPSS). Tepat pada tanggal tersebut, seluruh warga dunia diharapkan mengikuti imbauan PBB, UNICEF dan WHO, yaitu melakukan gerakan cuci tangan pakai sabun atau Global Handwashing Day.

Kegiatan ini diharapkan mampu memobilisasi jutaan orang di lima benua untuk mencuci tangan mereka dengan sabun. Peringatan ini penting dilakukan karena berdasarkan kajian WHO, cuci tangan menggunakan sabun dapat mengurangi angka diare hingga 47%.

Jika disimak lebih teliti, pada dasarnya semua penyakit itu berawal dari tangan yang kotor.

Pernyataan itu tidak berlebihan bila melihat dampak yang timbul akibat tidak higienisnya kedua telapak tangan kita yang sering bersentuhan dengan mulut.

Tangan adalah organ tubuh yang paling sering bersentuhan dengan segala sesuatu di tempat- tempat umum. Bayangkan, setiap hari bahkan setiap menit tangan bisa tercemar kuman, kapan pun dan di manapun.

Mulai hendak berangkat ke kantor, tangan mengunci pintu, dan di pegangan pintu ada kuman. Kemudian naik bus kota, di pegangan bus kota pun ada kuman, lalu bayar ongkos sambil memegang uang yang juga ada kumannya.

Atau masuk kantor memencet tombol lift yang berkuman, pergi ke toilet dan menekan tuas kloset pun tetap ada kumannya. Jika tidak rajin mencuci tangan dengan benar memakai sabun, risiko tertular penyakit infeksi pun meninggi.

Semakin luas budaya mencuci tangan dengan sabun akan mengurangi tingkat kesakitan dan kematian anak-anak di bawah usia lima tahun pada 2016 hingga sekitar 80%.

Bagi Indonesia, penyelenggaraan HCTPSS menjadi sangat penting mengingat kondisi kesehatan masyarakat beberapa masih sangat memprihatinkan.

Tingginya tingkat kematian dan kesakitan akibat berbagai penyakit yang berkaitan dengan air, sanitasi, perilaku hidup bersih dan sehat, serta rendahnya kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada waktu-waktu yang penting.

Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui akan pentingnya cuci tangan pakai sabun (CTPS), mereka meyakini bahwa tangan yang terlihat secara kasat mata bersih pasti terbebas dari kuman tetapi ternyata bisa kemungkinan mengandung banyak kuman/virus apabila jarang melakukan cuci tangan pakai sabun.

HCTPSS bertujuan untuk menggalakkan perilaku mencuci tangan pakai sabun oleh masyarakat sebagai upaya untuk menurunkan tingkat kematian balita dan pencegahan terhadap penyakit yang berdampak pada penurunan kualitas hidup manusia.

Kegiatan yang biasa dilaksanakan adalah kampanye CTPS yang dilaksanakan secara global baik pemerintah maupun swasta. Kampanye CTPS sedunia adalah upaya untuk memobilisasi masyarakat untuk melakukan cuci tangan pakai sabun.

Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi untuk membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan sabun dan air bersih.

Tangan yang kotor banyak yang menganggap sepele, padahal tangan yang kotor dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti diare,  infeksi saluran pernafasan, pneumonia, infeksi mata,infeksi cacing dan penyakit kulit.

Di Indonesia, diperkenalkan beberapa waktu penting cuci tangan yaitu setelah Buang air besar,setelah buang air kecil, sebelum dan sesudah makan, sebelum dan setelah mengolah makanan, setelah bermain, sebelum memegang bayi, setelah kontak dgn orang yang batuk/ bersin, setelah membuang/menangani sampah, setelah memberi makan/memegang hewan. Berikut adalah langkah-langkah cuci tangan pakai sabun :

               

Sebenarnya masih ada yang beranggapan tidak perlu mencuci tangan pakai sabun, bisa dikatakan hal ini memang sudah menjadi suatu kebiasaan di masyarakat kita seperti ketika makan di rumah makan sunda/padang atau warung makan lainnya sudah terbiasa makan menggunakan tangan dan hanya di sediakan mangkuk kecil berisi air dan irisan jeruk nipis atau handuk basah untuk mencuci tangan dan menghilangkan bau amis padahal hal tersebut tidak dapat membunuh kuman yang menempel di tangan bahkan kuman tersebut tetap menempel di tangan ketika sudah diangkat dari wadah mencuci tangan.

Selain itu penggunaan hand sanitizer diperbolehkan walaupun mengandung alkohol ataupun non alkohol, namun apabila tangan kotor terkena tanah/ darah tidak dianjurkan menggunakan hand sanitizer sebaiknya cuci tangan pakai sabun dan air bersih karena alkohol memang dapat membunuh kuman tapi tidak membersihkan tangan.

Dan yang terakhir adalah penggunaan tisu basah, semakin berkembang zaman dan teknologi maka semakin berkembangnya alat untuk membersihkan tangan sebagai cara alternatif dan lebih praktis dalam mencuci tangan selain pakai sabun.

Tisu basah saat ini banyak yang mengandung alkohol namun tisu basah tidak membunuh kuman.  

Karena itu, Mengajarkan pentingnya cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih harus dilakukan sedini mungkin .

Anak-anak mulai diajarkan cara mencuci tangan, kapan harus mencuci tangan dan di informasikan tentang pentingnya cuci tangan yang benar.

Dengan mencuci tangan kita dapat cegah dan menjaga diri kita sendiri dari kuman yang dapat menyebabkan penyakit.

                
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto (tengah) didampingi istri (kiri) dan kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Rubaeah (kanan) saat kampanye 'cuci tangan pakai sabun' (CTPS) di Kota Bogor, Jawa Barat.

Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sangat penting karena secara efektif dapat menurunkan angka kematian akibat diare, kholera, disentri, dan penyakit infeksi pencernaan lainnya sebesar 43-45%.

Di Kota Bogor pada 2016 capaian perilaku CTPS dan air bersih sudah mencapai 89,8%, angka yang cukup tinggi tetapi harapannya perilaku tersebut dapat dicapai oleh seluruh masyarakat dengan capaian RT ber PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) sebesar 56,4% (2014) meningkat menjadi 57,2% (2015)  dan pada tahun 2016 mencapai 59%.

Perlu pemahaman yang benar dan komprehensif serta kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk mempraktekan perilaku cuci tangan pakai sabun ini dalam kehidupan sehari-hari.

Perilaku ini idealnya mulai diterapkan dari tingkat keluarga, di mana orangtua (ayah dan ibu) memberi contoh kepada anaknya bagaimana cara mencuci tangan pakai sabun secara baik dan benar.

Dengan pemodelan dari keluarga secara terus-menerus, diharapkan akan terbentuk satu pemahaman pada anak dan anggota keluarga lainnya bahwa ''mencuci tangan pakai sabun'' harus dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktifitas, yang kemudian dipraktekan sebagai perilaku yang sesungguhnya.

Selanjutnya di sekolah perilaku tersebut diteruskan dengan pemodelan guru/karyawan serta penyediaan sarana prasarana untuk mendukung pencapaian perilaku dimaksud.

Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya agar menjadi anak yang cerdas dan unggul dalam berbagai bidang.

Usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat), membentuk agen perubahan atau motor penggerak untuk mempromosikan PHBS baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.

Melalui Kampanye dan promosi PHBS dan CTPS pada bulan Oktober ini, marilah kita jadikan momentum untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) mulai dari rumah tangga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum dan di fasilitas kesehatan.

PHBS merupakan perilaku yang sangat murah dan mudah hanya diperlukan kesadaran dan niat untuk berubah.

Kampanye PHBS dan CTPS ini juga diharapkan dapat menginspirasi tumbuhnya dukungan dan komitmen dari berbagai pihak (Pemerintah, swasta/ dunia usaha,LSM,organisasi kemasyarakatan,dll) untuk terus peduli dan mensosialisasikan PHBS serta cuci tangan pakai sabun (CTPS) kepada masyarakat Kota Bogor.

Ayooo cuci tangan pakai sabun dan air bersih untuk cegah penyakit menular...
(Advertorial)

Oleh : An Nur Fatimah SKM, Seksi Infokes dan Humas Dinas Kesehatan Kota Bogor

Pewarta: Dinkes Kota Bogor/An Nur Fatimah SKM

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017