Bogor (Antara Megapolitan) - Siput air tawar yang berasal dari Amerika Selatan yang biasa dikenal dengan keong mas dikategorikan sebagai hama tanaman padi serius dan sulit diberantas. Hal tersebut disebabkan kemampuan adaptasi nya yang tinggi, sehingga dapat hidup di berbagai tipe habitat serta daya reproduksinya tinggi.

Salah satu Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Nurjanah dan Dr. Asadatun Abdullah beserta mahasiswa bimbingannya mengembangkan penelitian tentang keong mas. Prof. Dr. Nurjanah menerangkan bahwa keong mas merupakan hama yang ditakuti para petani, "Dulu, keong mas awal kehadirannya jadi musuh bagi petani. Keong mas bisa menghabiskan padi dengan waktu yang singkat dalam luas hektaran," terangnya.

Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi populasi hama keong mas, maka dilakukan penelitian untuk memanfaatkan telur keong mas yang memiliki warna menarik sebagai sumber pigmen alami. Untuk menghasilkan pigmen keong mas Dr. Asadatun Abdullah mengekstraksi telur keong mas menggunakan pelarut yang sifatnya polar dan semi polar dengan pra perlakuan tertentu. Ekstrak pigmen yang dihasilkan memiliki warna yang sangat menarik dan cerah.

''Harapannya adalah pigmen yang dihasilkan ini memiliki potensi untuk diaplikasikan sebagai pewarna alami kaya antioksidan, terutama dalam bidang kosmetik yang akan diteliti lebih lanjut,'' terangnya.

Kandungan telur keong mas ini berpotensi sebagai bahan baku obat farmaseutika dan nutraseutika. Antioksidan yang terkandung dalam keong mas berkhasiat untuk mencegah radikal bebas.

Rekan penelitian Dr. Asadatun Abdullah, Prof. Nurjanah juga menambahkan bahwa secara empiris dengan diberikannya keong mas untuk ikan dan  lebih baik baik dari sisi perkembangan serta pertumbuhan. Hal yang demikian pun terjadi pada ayam dan bebek.

Kedepannya, Dr. Asadatun Abdullah bersama Prof. Nurjanah akan terus melakukan pengembangan pigmen dari keong mas yang merupakan hama bagi petani, namun ternyata memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. "Masih perlu pengembangan lebih lanjut yang tentu saja akan menghasilkan inovasi-inovasi kembali," kata Dr. Asadatun. (SM/ris)

Pewarta: Humas IPB/Tjahja Muhandri

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017