Bogor (Antara Megapolitan) - Deteksi kebuntingan merupakan komponen penting dari manajemen reproduksi, khususnya pada industri sapi perah. Tujuannya untuk mengevaluasi keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) yang diakibatkan oleh kematian embrio dini.

Pada umumnya petugas mendeteksi kebuntingan dengan cara eksplorasi rektal pada 60 hari setelah IB dan memperhatikankan perubahan perilaku estrus ternak tersebut. Apabila ternak telah dikawinkan tidak memperlihatkan gejala estrus, maka peternak menyimpulkan bahwa ternak bunting dan sebaliknya.
 
Peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dilla Frastantie, Ligaya I.T.A Tumbelaka dan Muhammad Agil dari Fakultas Kedokteran Hewan mendeteksi kebuntingan dini pada sapi perah dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan analisis hormon steroid.
 
Ligaya mengatakan, sering terjadi kesalahan dalam mendeteksi kebuntingan. Hal ini akan memakan waktu yang lama dan mengakibatkan keterlambatan dan perpanjangan waktu hingga kembali bunting kembali. Apabila ada gangguan reproduksi menjadi terlambat diketahuinya.
 
Ia menambahkan, eksplorasi rektal merupakan salah satu metode diagnosa kebuntingan yang dapat dilakukan pada ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi.

Prosedurnya adalah palpasi uterus melalui dinding rektum untuk meraba pembesarannya yang terjadi selama kebuntingan, keberadaan fetus atau membran fetus. Dalam pelaksanaan eksplorasi rektal sangat dibutuhkan kepekaan dan kebiasaan untuk mengenali organ-organ tersebut.
 
''Teknik ini dikenal cukup akurat, cepat, dan juga relatif murah. Namun demikian, dibutuhkan pengalaman dan training bagi petugas yang melakukannya, sehingga dapat tepat dalam mendiagnosa. Teknik ini baru dapat dilakukan pada usia kebuntingan di atas 40 hari,'' katanya.
 
Diagnosa kebuntingan yang cepat dan akurat akan menentukan keberhasilan program reproduksi serta keuntungan yang diperoleh dari suatu peternakan. Waktu produksi yang hilang karena infertilitas dapat ditekan dengan  penanganan yang cepat dan tepat pada sapi betina tersebut.

''Hal ini bertujuan untuk menekan biaya pada breeding program dan membantu manajemen ternak secara ekonomis,'' ujarnya.
 
Pemeriksaan kebuntingan pada penelitian ini dilakukan dengan dua metoda yaitu ultrasonografi (USG) dan metoda pemeriksaan hormon steroid (progesteron dan estrogen) dari plasma darah dengan ELISA.

Sebanyak sepuluh ekor sapi diperiksa di peternakan sapi perah Kawasan Usaha Peternakan Cibungbulang, Bogor. Sapi yang didetksi bunting dini ada lima ekor dan lima ekor tidak bunting
 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan USG dapat mendeteksi kebuntingan lebih dini dibandingkan dengan pemeriksaan hormonal.(AT/Zul)







Pewarta: Humas IPB/Ligaya dan Tim

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017