Bogor (Antara Megapolitan) - Didi Kurniasandi mahasiswa semester tiga Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) Bogor, Jawa Barat, memanfaatkan limbah rumah tangga menjadi alat irigasi tetes sederhana yang efisien digunakan di wilayah urban dengan lahan terbatas.

Ditemui di kampusnya, Selasa, Didi menjelaskan alat karyanya tersebut berhasil membawanya menjadi juara pertama Lomba Karya Inovasi Mahasiswa STPP Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian pada Agustus 2017.

Alat irigasi tetes sederhana buatan pemuda asal Kuningan, Jawa Barat tersebut berhasil menyisihkan mahasiswa lainnya dari enam STPP dari seluruh Indonesia.

"Selain sederhana alat irigasi yang saya buat ini menggunakan bahan-bahan daur ulang yang berasal dari limbah rumah tangga," kata Didi.

Alat yang dibuat oleh Didi terbilang unik, terbuat dari jerigen bekas minyak goreng ukuran 500 gram. Lalu botol shampo, kawat aluminium bekas, batang bekas pena dan kabel bekas listrik.

Jerigen berfungsi sebagai wadah penyimpanan air yang berfungsi untuk penyiraman, pada bagian bawah jerigen dibuat saluran air menggunakan selang bekas kabel listrik.

Air yang keluar dari selang tersebut dapat diatur sesuai tekanan air yang ada di dalam jerigen, karena ada botol shampo yang menjadi pelampung.

"Jadi cara kerjanya kayak infus, bisa kita atur mau berapa tetes per jam airnya dengan mengatur posisi selang air tadi," katanya.

Selang air agar mengeluarkan tetes demi tetes air, dikaitkan ke kawat aluminium yang tersambung dengan pelampung. Agar selang dapat menempel dikaitkan pada busa bekas yang juga terkait di kawat, seperti fungsi semat.

"Kalau mau airnya lebih deras bisa diturunkan posisi selangnya, atau dinaikkan," katanya.

Tidak hanya itu, alat irigasi tetes sederhana "zero waste" karya Didi tersebut memiliki fungsi ganda yakni, sebagai perangkap hama. Perangkap hama dipasang di botol jerigen.

Jerigen yang sejatinya berwarna putih, dicat menjadi warna kuning terang, lalu dilumuri lem perekat hama sehingga hama-hama yang menyerang tanaman dapat terperangkap.

"Karena sifat hama suka dengan warna-warna terang. Jadi saya menggunakan warna kuning untuk menjebak hama," katanya.

Selain itu, alat irigasi sederhana tersebut juga mudah untuk perawatannya terutama membersihkan hama yang terperangkap di badan jerigen. Cukup dengan menyikat dan mencucinya dengan sabun, lem hama akan hilang dan jerigen kembali bersih.

"Sangat cocok buat rumah yang memiliki pekarangan kecil atau pertanian perkotaan," katanya.

Keunggulan alat irigasi tetes sederhana tersebut juga bisa dijadikan untuk alat pemupukan yaitu dengan mencampurkan pupuk ke dalam wadah jerigen yang berisi air. Setiap tetes air yang keluar melalui selang sudah langsung bercampur dengan pupuk.

Alat irigasi tetes sederhana tersebut dibuat dengan modal hanya Rp48.000, pemanfaatan limbah rumah tangga yang dilakukan Didi untuk membuat alat tersebut menjadi salah satu alternatif solusi mengelola limbah plastik rumah tangga.

"Yang perlu dicatat dari penggunaan alat ini adalah kita harus tau kebutuhan air per tanaman. Karena masing-masing tanaman berbeda," katanya.

Ide awal membuat alat tersebut sudah ada sejak di bangku SMA. Didi dan teman-temannya di jurusan Agribinsis Tanaman Pangan dan Hortikultura, SMK Kuningan sudah membuat alat tersebut.

"Ketika di STPP saya kembangkan lagi alatnya, dan saya tertarik mengikuti lomba inovasi ini," katanya.

Menurut Didi, alat irigasi yang ia hasilkan tersebut akan terus ia kembangkan hingga bisa dimanfaatkan secara luas oleh petani, termasuk ayahnya yang seorang buruh tani di Kabupaten Kuningan.

"Niat saya hanya untuk membantu petani, berinovasi, menciptakan alat yang dapat membantu petani mengembangkan pertaniannya," kata Didi.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017