Bogor, 7/11 (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), berdasarkan data indeks rawan bencana 2011, menetapkan wilayah Kabupaten Bogor sebagai peringkat ke lima dengan skor 129 atau tingkat kerentanan tinggi daerah rawah bencana di Indonesia.
"Kabupaten Bogor berada di peringkat ke lima setelah Bandung sebagai daerah rawab bencana di Indonesia," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Yos Sudrajat, di Bogor, Rabu.
Yos mengatakan, indeks kerawanan bercana berdasarkan data BNPB 2011 paling tinggi terdapat di Jawa Barat.
Daerah yang menempati peringkat pertama tingginya kerentanan terjadinya bencana dipegang oleh Garut dengan skor 139, di tempat ke dua dengan skor 133 di Tasikmalaya, disusul di tempat ketiga Cilacap dengan skor 132 dan Bandung dengan skor 131.
Menurut Yos, tingginya tingkat kerentanan bencana diukur dari berbagai faktor, diantaranya jumlah kasus yang terjadi, hingga potensi wilayahnya. Seperti di Garut yang rutin terjadi bencana alam seperti gempa.
"Wilayah Kabupaten Bogor ini cukup luas, selain itu, letak geografi dan topigrafi lahannya yang labil sehingga rawan terjadi bencana seperti longsor, angin kencang atau ribu (puting beliung), banjir dan bencana lainnya," katanya.
Yos mengatakan, berdasarkan data rekapitulasi peristiwa bencana alam yang terjadi di wilayah Kabupaten Bogor selama tahun 2012 mulai dari Januari hingga September tercatat sebanyak 331 kejadian.
Adapun rincian kejadian bencana yang terjadi selama 2012 yakni, tanah longsor sebanyak 48 kejadian, banjir sembilan kejadian, kebakaran 122 kejadian, angin kencang atau ribut atau puting beliung 100 kejadian dan 52 kejadian lainnya.
"Kejadian bencana yang paling banyak terjadi tahun ini adalah fenomena angin kencang. Fenomena ini pun sering terjadi dan telah menjangkau wilayah yang sebelumnya tidak pernah mengalami angin kencang," katanya.
Sementara itu, untuk peristiwa kebakaran, lanjut Yos, termasuk dalam bencana sosial yang disebabkan oleh "human error" seperti konsleting listrik.
Untuk bencana longsor, ungkap Yos, memang rutin terjadi, karena wilayah Kabupaten Bogor merupakan daerah labil. Bila intensitas hujan meningkat, menyebabkan tanah mengalami erosi sehingga memicu terjadinya longsor.
"Untuk longsor, BPBD telah memetakan ada daerah rawan longsor terdapat di 22 kecamatan dan 115 desa. Seperti di Leuwiliang, Dramaga, Cigudeg, Sukaraja dan masih banyak lagi," katanya.
Yos mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana karena saat ini telah memasuki musim penghujan. Khususnya masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana.
Laily R
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012
"Kabupaten Bogor berada di peringkat ke lima setelah Bandung sebagai daerah rawab bencana di Indonesia," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Yos Sudrajat, di Bogor, Rabu.
Yos mengatakan, indeks kerawanan bercana berdasarkan data BNPB 2011 paling tinggi terdapat di Jawa Barat.
Daerah yang menempati peringkat pertama tingginya kerentanan terjadinya bencana dipegang oleh Garut dengan skor 139, di tempat ke dua dengan skor 133 di Tasikmalaya, disusul di tempat ketiga Cilacap dengan skor 132 dan Bandung dengan skor 131.
Menurut Yos, tingginya tingkat kerentanan bencana diukur dari berbagai faktor, diantaranya jumlah kasus yang terjadi, hingga potensi wilayahnya. Seperti di Garut yang rutin terjadi bencana alam seperti gempa.
"Wilayah Kabupaten Bogor ini cukup luas, selain itu, letak geografi dan topigrafi lahannya yang labil sehingga rawan terjadi bencana seperti longsor, angin kencang atau ribu (puting beliung), banjir dan bencana lainnya," katanya.
Yos mengatakan, berdasarkan data rekapitulasi peristiwa bencana alam yang terjadi di wilayah Kabupaten Bogor selama tahun 2012 mulai dari Januari hingga September tercatat sebanyak 331 kejadian.
Adapun rincian kejadian bencana yang terjadi selama 2012 yakni, tanah longsor sebanyak 48 kejadian, banjir sembilan kejadian, kebakaran 122 kejadian, angin kencang atau ribut atau puting beliung 100 kejadian dan 52 kejadian lainnya.
"Kejadian bencana yang paling banyak terjadi tahun ini adalah fenomena angin kencang. Fenomena ini pun sering terjadi dan telah menjangkau wilayah yang sebelumnya tidak pernah mengalami angin kencang," katanya.
Sementara itu, untuk peristiwa kebakaran, lanjut Yos, termasuk dalam bencana sosial yang disebabkan oleh "human error" seperti konsleting listrik.
Untuk bencana longsor, ungkap Yos, memang rutin terjadi, karena wilayah Kabupaten Bogor merupakan daerah labil. Bila intensitas hujan meningkat, menyebabkan tanah mengalami erosi sehingga memicu terjadinya longsor.
"Untuk longsor, BPBD telah memetakan ada daerah rawan longsor terdapat di 22 kecamatan dan 115 desa. Seperti di Leuwiliang, Dramaga, Cigudeg, Sukaraja dan masih banyak lagi," katanya.
Yos mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana karena saat ini telah memasuki musim penghujan. Khususnya masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana.
Laily R
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012