Bogor (Antara Megapolitan) - Bulu babi (Diadema setosum) merupakan salah satu biota laut yang tersebar di seluruh dunia. Bulu babi merupakan salah satu hewan yang berada di lautan, kususnya perairan dangkal.
Bulu babi merupakan indikator rusaknya ekosistem terumbu karang. Jika ada bulu-babi maka biasanya daerah tersbut tidak memiliki ekosistem karang yang bagus.
Terdapat 950 jenis bulu babi yang tersebar di dunia dan 84 diantaranya ada di Indonesia.
Pada umumnya bulu babi mempertahankan hidupnya dengan memakan alga dan partikel organik serta menggunakan duri di sekujur tubuhnya untuk bergerak, melindungi diri dan mencapit makanan.
Keistimewaan bulu babi pun menjadi daya tarik beberapa peneliti yang berasal dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Febrina Olivia Akerina, Tati Nurhayati dan Ruddy Suwany dengan penelitian mereka yang berjudul ''Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Antibakteri Bulu babi''.
Penelitian ini menggunakan bulu babi yang dipasok dari Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu dan menggunakan bahan pelarut metil, etil asetat dan n-heksan untuk mengambil senyawa antibakteri terdapat di dalamnya.
Dari 30 ekor bulu babi yang diekstrak, bagian gonadnya merupakan bagian yang menghasilkan ekstrak tertinggi (7,1%) dari pada bagian lainnya. Serta bagian gonad bulu babi tersebut diduga memiliki kandungan antibakteri tertinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri gonad memiliki nilai tertinggi daripada bagian lainnya ketika diujikan terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
''Senyawa yang diperoleh menunjukkan bahwa, ekstrak bulu babi mengandung senyawa bioaktif golongan steroid, triterpenoid, saponin. Ketiga golongan senyawa tersebut berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri'' terang Febrina.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Bulu babi merupakan indikator rusaknya ekosistem terumbu karang. Jika ada bulu-babi maka biasanya daerah tersbut tidak memiliki ekosistem karang yang bagus.
Terdapat 950 jenis bulu babi yang tersebar di dunia dan 84 diantaranya ada di Indonesia.
Pada umumnya bulu babi mempertahankan hidupnya dengan memakan alga dan partikel organik serta menggunakan duri di sekujur tubuhnya untuk bergerak, melindungi diri dan mencapit makanan.
Keistimewaan bulu babi pun menjadi daya tarik beberapa peneliti yang berasal dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Febrina Olivia Akerina, Tati Nurhayati dan Ruddy Suwany dengan penelitian mereka yang berjudul ''Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Antibakteri Bulu babi''.
Penelitian ini menggunakan bulu babi yang dipasok dari Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu dan menggunakan bahan pelarut metil, etil asetat dan n-heksan untuk mengambil senyawa antibakteri terdapat di dalamnya.
Dari 30 ekor bulu babi yang diekstrak, bagian gonadnya merupakan bagian yang menghasilkan ekstrak tertinggi (7,1%) dari pada bagian lainnya. Serta bagian gonad bulu babi tersebut diduga memiliki kandungan antibakteri tertinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri gonad memiliki nilai tertinggi daripada bagian lainnya ketika diujikan terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
''Senyawa yang diperoleh menunjukkan bahwa, ekstrak bulu babi mengandung senyawa bioaktif golongan steroid, triterpenoid, saponin. Ketiga golongan senyawa tersebut berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri'' terang Febrina.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017