Universitas Pancasila (UP) membuka Program Studi Magister Media & Komunikasi dengan Konsentrasi Komunikasi krisis untuk menjawab kebutuhan profesional yang memiliki kompetensi khusus dalam mengelola komunikasi krisis di tengah situasi dan dinamika di era digital saat ini.
Program studi ini didirikan setelah melalui kajian dan refleksi panjang terhadap tantangan komunikasi yang dihadapi oleh organisasi, pemerintah, dan masyarakat dalam berbagai situasi krisis.
Pembukaan Prodi S2 Magister Media dan Komunikasi dilakukan oleh Rektor Universitas Pancasila, Prof Dr Marsudi Kisworo di Jakarta, Selasa.
Rektor mengatakan komunikasi krisis sangat penting dan relevan saat ini di tengah situasi post-truth saat ini.
Baca juga: Universitas Pancasila sinergi Internasional dengan Oxford University dan Pyongtek University
Baca juga: Universitas Pancasila targetkan punya 72 guru besar
Krisis memerlukan penanganan komunikasi, baik sebelum, sesaat dan sesudah krisis. Komunikasi tidak hanya meliputi sender, receiver, media, message, namun ada satu aspek yang sering dilupakan orang, yaitu presence atau kehadiran, sehingga sering mengakibatkan salah paham.
Di era saat ini selain quote (kata-kata yang diucapkan), voice (suara), kehadiran tatap muka, atau tatap mata sebagai bentuk visual harus menjadi satu kesatuan.
Prof Marsudi menambahkan bahwa pembelajaran online tidak akan efektif seperti pembelajaran tatap muka.
Sementara itu, Dekan Fikom UP Anna Agustina mengatakan bahwa krisis saat ini tidak hanya bencana, namun bisa terjadi melalui penggunaan platform digital.
Baca juga: Universitas Pancasila kukuhkan dua guru besar
Oleh karenanya, lulusan Prodi Magister ini ke depannya diharapkan tidak hanya memiliki pengetahuan teoritis yang kuat, tetapi juga keterampilan praktis yang dibutuhkan dalam menghadapi krisis di dunia nyata.
Kepala Prodi Magister Media & Komunikasi, Fikom UP, Dr Sudarto mengatakan bahwa program studi media dan komunikasi ini dirancang agar ke depannya lulusan yang dihasilkan dapat mengelola komunikasi krisis dengan tiga tahapan krisis, yaitu pra-krisis (mitigasi dan perencanaan krisis), krisis (komunikasi krisis di tengah situasi darurat), dan pasca-krisis (evaluasi dan perbaikan sistem komunikasi di masa depan).
Dengan pemahaman yang komprehensif di ketiga tahapan tersebut, diharapkan tidak hanya mampu mengelola komunikasi selama krisis terjadi,tetapi juga mampu membantu organisasi untuk memitigasi risiko dan mengurangi potensi kerusakan di masa depan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024