Bogor (Antara Megapolitan) - Tradisi mengkonsumsi tumbuhan obat atau rempah-rempah dalam bentuk ramuan jamu tradisional telah dikenal dan dilakukan secara luas oleh masyarakat.
Tujuannya untuk pemeliharaan kesehatan dan kebugaran jasmani, pencegahan penyakit, pengobatan, maupun pemulihan kesehatan.
Namun sayangnya tidak semua masyarakat menyukai ramuan jamu tradisional karena cita rasanya diidentikkan dengan aroma tajam dan rasa pahit, sehingga menurunkan nilai palatabilitas minuman tersebut.
Salah satu penyakit yang dialami masyarakat Indonesia yaitu penyakit diabetes melitus (DM).
Di Indonesia, jumlah penderita DM menempati posisi keempat terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun.
Diperlukan upaya untuk menjaga kesehatan masyarakat, mencegah terjadinya penyakit DM dan berkontribusi dalam penanggulangan penyakit tersebut.
Ramuan tradisional memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ramuan yang tidak saja berdampak positif bagi kebugaran tubuh sekaligus mempunyai cita-rasa yang dapat disukai konsumen.
Salah satu tanaman obat yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku ramuan fungsional dalam bentuk minuman adalah kumis kucing.
Tanaman kumis kucing dikenal mempunyai potensi beragam kemampuan fisiologis aktif dan cita rasa yang mudah berpadu dengan bahan lain.
Hal tersebut yang mendasari Peneliti Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, (Fateta IPB), Prof. Dr. C. Hanny Wijaya, M.Agr. melakukan pengembangan produk ramuan fungsional berbasis kumis kucing.
Prof. Hanny Wijaya mengatakan, tanaman kumis kucing merupakan herbal yang telah dikenal lama berkhasiat bagi kesehatan sebagai diuretik.
Khasiat antioksidan yang tinggi juga diperoleh dari tanaman ini. Namun, permasalahan rasa masih menjadi kendala pada hampir semua minuman ''jamu''.
Penggunaan beberapa tanaman herbal dan rempah ternyata mampu memberikan manfaat kesehatan yang lebih baik daripada penggunaan kumis kucing secara tunggal.
Rasa, warna, dan aroma minuman ''jamu'' yang dihasilkan pun lebih baik.
''Minuman ini terbuat dari campuran beberapa tanaman rempah dan herbal yaitu daun kumis kucing (60 persen), kayu secang, jahe, temulawak, jeruk nipis, jeruk purut, dan jeruk lemon. Minuman ini memiliki keunggulan seperti kandungan antioksidan yang tinggi, bersifat antidiabetes dan peluruh batu ginjal,'' kata Prof. Hanny.
Produk yang dikembangkan sejak 2007 ini telah memperoleh beberapa penghargaan diantaranya: 101 inovasi dalam BIC Kemenristek 2009 dan Roosseno Award yang bekerja sama dengan Dewan Rempah Indonesia pada Program Pemberian Penghargaan Kepada Peneliti Rempah Indonesia 2013.(AT/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Tujuannya untuk pemeliharaan kesehatan dan kebugaran jasmani, pencegahan penyakit, pengobatan, maupun pemulihan kesehatan.
Namun sayangnya tidak semua masyarakat menyukai ramuan jamu tradisional karena cita rasanya diidentikkan dengan aroma tajam dan rasa pahit, sehingga menurunkan nilai palatabilitas minuman tersebut.
Salah satu penyakit yang dialami masyarakat Indonesia yaitu penyakit diabetes melitus (DM).
Di Indonesia, jumlah penderita DM menempati posisi keempat terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun.
Diperlukan upaya untuk menjaga kesehatan masyarakat, mencegah terjadinya penyakit DM dan berkontribusi dalam penanggulangan penyakit tersebut.
Ramuan tradisional memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ramuan yang tidak saja berdampak positif bagi kebugaran tubuh sekaligus mempunyai cita-rasa yang dapat disukai konsumen.
Salah satu tanaman obat yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku ramuan fungsional dalam bentuk minuman adalah kumis kucing.
Tanaman kumis kucing dikenal mempunyai potensi beragam kemampuan fisiologis aktif dan cita rasa yang mudah berpadu dengan bahan lain.
Hal tersebut yang mendasari Peneliti Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, (Fateta IPB), Prof. Dr. C. Hanny Wijaya, M.Agr. melakukan pengembangan produk ramuan fungsional berbasis kumis kucing.
Prof. Hanny Wijaya mengatakan, tanaman kumis kucing merupakan herbal yang telah dikenal lama berkhasiat bagi kesehatan sebagai diuretik.
Khasiat antioksidan yang tinggi juga diperoleh dari tanaman ini. Namun, permasalahan rasa masih menjadi kendala pada hampir semua minuman ''jamu''.
Penggunaan beberapa tanaman herbal dan rempah ternyata mampu memberikan manfaat kesehatan yang lebih baik daripada penggunaan kumis kucing secara tunggal.
Rasa, warna, dan aroma minuman ''jamu'' yang dihasilkan pun lebih baik.
''Minuman ini terbuat dari campuran beberapa tanaman rempah dan herbal yaitu daun kumis kucing (60 persen), kayu secang, jahe, temulawak, jeruk nipis, jeruk purut, dan jeruk lemon. Minuman ini memiliki keunggulan seperti kandungan antioksidan yang tinggi, bersifat antidiabetes dan peluruh batu ginjal,'' kata Prof. Hanny.
Produk yang dikembangkan sejak 2007 ini telah memperoleh beberapa penghargaan diantaranya: 101 inovasi dalam BIC Kemenristek 2009 dan Roosseno Award yang bekerja sama dengan Dewan Rempah Indonesia pada Program Pemberian Penghargaan Kepada Peneliti Rempah Indonesia 2013.(AT/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017