Bekasi (Antara Megapolitan) - Kepolisian Resor Metro Bekasi Kota, Jawa Barat, mengakui adanya kelemahan tim keamanan dalam mengindetifikasi penyelendupan suar ke dalam Stadion Patriot Chandrabaga hingga berujung pada tewasnya suporter Tim Nasional Indonesia Catur Juliantono (33), Sabtu (2/9) petang.

"Bisa saja suar tersebut diselundupkan lewat teman pelaku dari luar. Secara diam-diam pelaku dan rekannya menyelinapkan suar lewat celah pagar stadion. Sementara teman lain yang lolos dari pemeriksaan petugas di pintu masuk, langsung mengambilnya," kata Kapolrestro Bekasi Kota Kombes Hero Bachtiar di Bekasi, Minggu.

Hal itu diungkapkan Hero menyikapi insiden letusan suar nyasar dari tribun Timur ke tribun Selatan yang menghantam bagian kepala kiri Catur Juliantono (32) hingga tewas saat berakhirnya laga persahabatan Timnas Indonesia melawan Fiji.

Hero mengakui bahwa pihaknya telah kecolongan dengan insiden tersebut, meskipun kekuatan personel saat pengamanan jalannya pertandingan berjumlah 1.400 orang yang tergabung dari kepolisian setempat dan Polda Metro Jaya.

"Padahal saat itu juga jumlah suporter yang menonton tidak terlalu banyak, hanya 15.000 orang," ujar dia.

Menurut Hero, jumlah suporter saat itu sebetulnya jauh lebih sedikit dari suporter klub Persija Jakarta yang rutin bertanding hampir setiap pekan jalannya pertandingan Liga 1 Musim 2017.

Stadion Patriot Chandrabaga di Jalan Ahmad Yani, Bekasi Selatan, Kota Bekasi merupakan kandang Persija yang kerap dipenuhi suporter The Jak Mania untuk menyaksikan pertandingan pada tribun berkapasitas 38.000 orang itu.

"Bahkan di luar stadion juga banyak pendukung Persija yang menunggu selesainya pertandingan karena kehabisan tiket. Saat laga pertandingan Persija saja kami mampu mengamankan pertandingan sampai selesai," katanya.

Saat laga Persija, polisi mampu menjaga situasi berkat bantuan koordinator wilayah (korwil) pendukung klub sepak bola tersebut.

Beberapa hari sebelum pertandingan, kata dia, Korwil rutin melarang berbuat anarkis dan tidak membawa senjata yang mengancam keselamatan suporter lain.

Situasi itu berbeda dengan suporter Timnas Indonesia yang tidak memiliki korwil untuk mengatur pendukung klub sepak bola andalannya.

"Kehadiran korwil tetap membantu kelancaran pertandingan sepak bola. Berbeda dengan Timnas Indonesia yang tidak ada korwil-nya," katanya.

Hero mengaku telah menjadikan bahan evaluasi terhadap aparatnya di lapangan untuk mengubah sistem keamanan yang lebih ketat lagi.

"Penyelidikan dilakukan untuk mengungkap pelaku dan mencari tahu cara dia meloloskan suar ke dalam stadion," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017