Pemerintah Kabupaten Lebak menargetkan 114 desa di daerah setempat untuk stop buang air besar (BAB) sembarangan guna mencegah penyakit menular.
"Kita berharap masyarakat memiliki sanitasi dan jamban sehingga tidak ada lagi BAB sembarangan," kata Subkoordinator Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja Serta Olah Raga Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak Windarti di Lebak , Senin.
Pemerintah Kabupaten Lebak setiap tahun mengalokasikan anggaran pembangunan sanitasi dan air bersih agar masyarakat memiliki jamban sehat sehingga dapat mencegah berbagai penyakit menular.
Potensi penyakit menular akibat BAB sembarangan itu di antaranya diare, tifus dan stunting pada anak-anak.
Karena itu, masyarakat agar stop BAB sembarangan dan terwujud lingkungan sehat, bersih dan nyaman.
"Kita mengoptimalkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar stop BAB sembarangan," katanya menjelaskan.
Menurut dia, pihaknya tidak henti-hentinya menyampaikan kepada berbagai kelompok masyarakat agar stop BAB sembarangan, seperti pada aliran sungai, selokan, drainase, kolam dan kebun, terlebih saat ini memasuki musim penghujan.
Baca juga: Pemkot Bogor kejar penuntasan bebas BAB sembarangan di seluruh kelurahan
Baca juga: Pemkot Bogor kejar penuntasan bebas BAB sembarangan di seluruh kelurahan
Saat ini, kata dia, masyarakat Kabupaten Lebak yang tersebar di 340 desa dan 5 kelurahan tercatat yang masih "open defecation free" atau buang air besar di sebanyak 114 desa.
Dengan demikian, pihaknya minta masyarakat di daerah itu agar stop BAB sembarangan, karena berpotensi menimbulkan berbagai penyakit menular.
"Kami minta warga BAB di jamban yang layak dan menyehatkan dan bukan di kebun atau di aliran sungai maupun kolam," katanya menjelaskan.
Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Lebak Suhendro mengatakan pihaknya telah membangun sarana sanitasi dengan sistem pengelolaan air limbah domestik setempat (spaldes) dengan anggaran dana alokasi khusus (DAK) dan APBD 2024 sebesar Rp9 miliar.
Pembangunan sanitasi itu sebanyak 801 rumah di sembilan desa dan pekerjaannya melibatkan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), sedangkan 2023 sebanyak 1.000 rumah warga setempat yang tidak memiliki sanitasi layak agar mereka stop BAB sembarangan.
Sarana sanitasi itu dibangun terdiri dari kloset, septik, paralon dan tangki air senilai Rp12 juta per rumah.
"Kami setiap tahun merealisasikan pembangunan sanitasi agar semua rumah memiliki jamban yang sehat dan stop BAB sembarangan," kata Suhendro.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024