Jaya Iskandar, mahasiswa Prodi Teknologi Informasi (IT) President University tahun 2022 kembali berhasil mencatatkan prestasi gemilang dalam tiga bulan terakhir.
Setelah sebelumnya menjuarai kompetisi Hackarlton di Columbia University, AS pada Agustus lalu, Jaya, mahasiswa peraih program pertukaran pelajar IISMA 2024, dari President University ke Boston University ini kembali berhasil menyabet juara 3 Stacks Harvard Hackathon di Harvard University, Amerika Serikat (AS).
"Saya bersyukur bisa berkolaborasi dan memenangkan dua kali juara di Liga Ivy Hackalton di Columbia University dan Harvard University dalam tiga bulan terakhir. Dan sebagai mahasiswa yang sedang menjalani pertukaran pelajar IISMA (dari President University ke Boston University) selama dua semester sampai akhir Desember 2024 ini, tentu capaian ini merupakan pengalaman yang berharga," ungkap Jaya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.
Adapun kompetisi Ivy Leagues kali ini mengusung tema EasyA x Stacks Bitcoin Blockchain Hackathon. Kompetisi ini diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai kampus ternama dunia seperti MIT University, Harvard University, Northeastern University, Boston University, Columbia University dan lain sebagainya.
Kegiatan ini berlokasi di Harvard University dan digelar selama dua hari, pada 9-10 November 2024.
Hackathon sendiri adalah kompetisi membangun aplikasi dengan tema tertentu dalam waktu terbatas, dan kali ini temanya adalah Blockchain.
"Di sini saya dan tim mengambil track Pitchathon dan finish di posisi 3rd rank (Juara 3). Dimana terdapat tiga pilihan track, yaitu, Bitcoin Integration; Security; Pitchathon. Dan untuk Aplikasi kami namanya Pay2Flix. Ide ini terinspirasi dari Netflix, bedanya adalah sistem pembayarannya tidak ditagihkan biaya langganan bulanan, melainkan sesuai dengan durasi yang ditonton “pay as you watch"," jelas Jaya.
Dijelaskannya lebih lanjut, tarif Pay2Flix setiap film bersifat terdesentralisasi, di mana pengguna memberikan umpan balik berupa sentimen (suka/tidak suka/komentar) yang dianalisis menggunakan Natural Language Processing (NLP).
Dimana sentimen positif akan menaikkan harga, sedangkan sentimen negatif akan menurunkannya, menciptakan "pasar kripto" yang dinamis untuk setiap film.
Terakhir, Jaya mahasiswa penerima beasiswa President Univeristy asal Riau ini mengaku sangat senang bisa mendapat kesempatan dan pengalaman bekerja sama dengan para mahasiswa internasional dari berbagai negara.
"Kolaborasi lintas budaya ini memberikan perspektif yang berharga dan menjadi pelajaran penting bagi saya. Saya sangat senang dapat bekerjasama dengan kedua rekan se tim yang merupakan mahasiswa S2 dari Northeastern University," ujar Jaya.
"Dan Kemenangan Hackathon di Harvard University ini menandai kemenangan Hackathon kedua saya di Ivy Leagues," pungkasnya.
Sebagai informasi, pemenang hackathon EasyA x Stacks tidak hanya berhenti menjadi "pemenang hackathon" saja.
Proyek-proyek inovatif dari kompetisi ini telah menarik perhatian universitas-universitas ternama dan para pemimpin industri dunia. Para pemenang sebelumnya telah berevolusi menjadi pendiri dan berkarir di industri teknologi kelas dunia.
Selain itu, pemenang juga mendapatkan dana hibah lanjutan untuk dapat terus mengembangkan proyek mereka menjadi produk yang lengkap dengan pengguna nyata.
Dimana dari peserta hackathon EasyA sebelumnya bahkan telah didanai oleh a16z, Founders Fund, YC, Polygon Labs, dan banyak lagi investor serta VC terkemuka dunia.
Sementara itu, Wakil Rektor Akademik, Riset, dan Inovasi President University, Adhi Setyo Santoso, mengapresiasi mahasiswa Prodi IT yang berhasil menorehkan prestasi dalam kompetisi di Harvard Univeristy.
Capaian tersebut, menurut Adhi, menjadi bukti bahwa metode pembelajaran dan kurikulum yang dikembangkan President University berhasil meningkatkan kemampuan serta daya saing mahasiswa ditingkat global.
President University sebagai global University memang menjadikan mahasiswanya memiliki Winning Mentality. Hal ini ditunjang oleh metode ajar berbasis inovasi dengan penerapan bahasa inggris secara penuh sebagai pengantar dan isi mata perkuliahan.
"Dengan itu semua mereka mampu presentasi bahkan berkolaborasi dengan cukup baik dengan orang yang baru mereka kenal dari berbagai latar belakang budaya dan negara," jelas Adhi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Setelah sebelumnya menjuarai kompetisi Hackarlton di Columbia University, AS pada Agustus lalu, Jaya, mahasiswa peraih program pertukaran pelajar IISMA 2024, dari President University ke Boston University ini kembali berhasil menyabet juara 3 Stacks Harvard Hackathon di Harvard University, Amerika Serikat (AS).
"Saya bersyukur bisa berkolaborasi dan memenangkan dua kali juara di Liga Ivy Hackalton di Columbia University dan Harvard University dalam tiga bulan terakhir. Dan sebagai mahasiswa yang sedang menjalani pertukaran pelajar IISMA (dari President University ke Boston University) selama dua semester sampai akhir Desember 2024 ini, tentu capaian ini merupakan pengalaman yang berharga," ungkap Jaya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.
Adapun kompetisi Ivy Leagues kali ini mengusung tema EasyA x Stacks Bitcoin Blockchain Hackathon. Kompetisi ini diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai kampus ternama dunia seperti MIT University, Harvard University, Northeastern University, Boston University, Columbia University dan lain sebagainya.
Kegiatan ini berlokasi di Harvard University dan digelar selama dua hari, pada 9-10 November 2024.
Hackathon sendiri adalah kompetisi membangun aplikasi dengan tema tertentu dalam waktu terbatas, dan kali ini temanya adalah Blockchain.
"Di sini saya dan tim mengambil track Pitchathon dan finish di posisi 3rd rank (Juara 3). Dimana terdapat tiga pilihan track, yaitu, Bitcoin Integration; Security; Pitchathon. Dan untuk Aplikasi kami namanya Pay2Flix. Ide ini terinspirasi dari Netflix, bedanya adalah sistem pembayarannya tidak ditagihkan biaya langganan bulanan, melainkan sesuai dengan durasi yang ditonton “pay as you watch"," jelas Jaya.
Dijelaskannya lebih lanjut, tarif Pay2Flix setiap film bersifat terdesentralisasi, di mana pengguna memberikan umpan balik berupa sentimen (suka/tidak suka/komentar) yang dianalisis menggunakan Natural Language Processing (NLP).
Dimana sentimen positif akan menaikkan harga, sedangkan sentimen negatif akan menurunkannya, menciptakan "pasar kripto" yang dinamis untuk setiap film.
Terakhir, Jaya mahasiswa penerima beasiswa President Univeristy asal Riau ini mengaku sangat senang bisa mendapat kesempatan dan pengalaman bekerja sama dengan para mahasiswa internasional dari berbagai negara.
"Kolaborasi lintas budaya ini memberikan perspektif yang berharga dan menjadi pelajaran penting bagi saya. Saya sangat senang dapat bekerjasama dengan kedua rekan se tim yang merupakan mahasiswa S2 dari Northeastern University," ujar Jaya.
"Dan Kemenangan Hackathon di Harvard University ini menandai kemenangan Hackathon kedua saya di Ivy Leagues," pungkasnya.
Sebagai informasi, pemenang hackathon EasyA x Stacks tidak hanya berhenti menjadi "pemenang hackathon" saja.
Proyek-proyek inovatif dari kompetisi ini telah menarik perhatian universitas-universitas ternama dan para pemimpin industri dunia. Para pemenang sebelumnya telah berevolusi menjadi pendiri dan berkarir di industri teknologi kelas dunia.
Selain itu, pemenang juga mendapatkan dana hibah lanjutan untuk dapat terus mengembangkan proyek mereka menjadi produk yang lengkap dengan pengguna nyata.
Dimana dari peserta hackathon EasyA sebelumnya bahkan telah didanai oleh a16z, Founders Fund, YC, Polygon Labs, dan banyak lagi investor serta VC terkemuka dunia.
Sementara itu, Wakil Rektor Akademik, Riset, dan Inovasi President University, Adhi Setyo Santoso, mengapresiasi mahasiswa Prodi IT yang berhasil menorehkan prestasi dalam kompetisi di Harvard Univeristy.
Capaian tersebut, menurut Adhi, menjadi bukti bahwa metode pembelajaran dan kurikulum yang dikembangkan President University berhasil meningkatkan kemampuan serta daya saing mahasiswa ditingkat global.
President University sebagai global University memang menjadikan mahasiswanya memiliki Winning Mentality. Hal ini ditunjang oleh metode ajar berbasis inovasi dengan penerapan bahasa inggris secara penuh sebagai pengantar dan isi mata perkuliahan.
"Dengan itu semua mereka mampu presentasi bahkan berkolaborasi dengan cukup baik dengan orang yang baru mereka kenal dari berbagai latar belakang budaya dan negara," jelas Adhi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024