Bandarlampung (Antara Megapolitan-Bogor) - Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo mendukung program pemerintah pusat yangmenargetkan swasembada komoditas kedelai di tahun 2020.

"Sebagian besar kedelai masih impor. Provinsi Lampung mendapat amanat untuk meningkatkan produksi kedelai, apalagi konsumsi kedelai Lampung juga tinggi untuk dijadikan tempe, tahu, kecambah, dan susu," kata Gubernur Ridho, di Bandarlampung, Senin (28/8/2017).

Dukungan itu diberikan dengan meningkatkan sumber daya manusia dan perluasan lahan budidaya kedelai.

Menurut Gubernur Ridho lebih lanjut, sejak 2015 pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung terus menambah luas lahan budidaya kedelai.

Melatih 18 Tenaga Teknis

Menurut data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Lampung, pada tahun 2015 luas panen kedelai mencapai 8.407 hektare (Ha) dengan produksi 9.815 ton.

Kemudian di 2016, produksi meningkat menjadi 9.960 ton. Untuk meningkatkan produksi tersebut, Dinas TPH menambah luasan tanam 50 hektare.

Jumlah produksi itu, menurut Gubernur, masih kurang karena kebutuhan kedelai Lampung mencapai 100 ribu ton per tahun. Sedangkan produksi Lampung masih berkisar 7.500-10 ribu ton. "Kita menargetkan kedelai juga bisa swasembada seperti jagung dan padi. Ini memang tidak mudah, tapi harus kita mulai," kata Gubernur Ridho.

Langkah menuju swasembada itu, kata Gubernur, tidak hanya dengan menambah luasan areal budidaya. Tidak kalah penting adalah menyiapkan tenaga teknis yang paham cara budidaya yang baik dan benar, serta memilih benih unggul.

Karena itu, Pemprov Lampung pada 22-25 Agustus 2017, mengirim sejumlah tenaga teknis UPTD BBI Tanaman Pangan dan Alsintan Provinsi Lampung ke Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) dan UPT Pengembangan Benih palawija di Malang, Jawa Timur. "Kami melatih 18 tenaga teknis sebagai salah satu upaya mendukung program Pemerintah Swasembada Kedelai 2020," kata Kepala Dinas TPH Lampung Edi Yanto.

Selama di Malang, peserta memperlajari cara budidaya kedelai yang baik dan benar sejak pengolahan sampai panen. Kemudian, jenis varietas kedelai yang cocok untuk Lampung, teknik prosesing dan penyimpanan benih, cara penanggulangan hama dan penyakit tanaman kedelai, dan pengenalan modifikasi alsintan dalam pemeliharaan tanaman kedelai.

Belum Ideal

Menurut Edi Yanto, saat ini produktivitas kedelai di Lampung kurang dari satu ton per hektare. "Idealnya produksi kedelai paling rendah 1,2 ton per hektare. Kelemahan utama swasembada kedelai adalah produksi dan perbanyakan benih. Kemudian, keterampilan dan keterbatasan jumlah SDM. Untuk sarana dan prasarana sudah memadai, namun perlu dioptimalkan lagi,"  kata Edi Yanto.

Pemilihan varietas kurang tepat dengan kondisi lahan di Lampung, kata Edi Yanto, juga berpengaruh dalam produksi. Oleh karena itu, para tenaga teknis tersebut ditargetkan mampu memilih varietas yang adaptif sesuai kondisi lahan di Lampung.

"Contohnya, pernah ditanam benih grobokan, ternyata varietas itu tidak cocok di Lampung. Setelah diteliti ternyata varietas yang cenderung cocok untuk kondisi Lampung yaitu Anjasmoro, Detam, dan Gema," kata Edi Yanto. (RLs/Humas Prov/ANT/BPJ/MTh).

Pewarta: Humas Pemprov Lampung

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017