Bogor (Antara Megapolitan) - Dunia pertanian adalah dunia yang unik, penuh ketidakpastian, penuh risiko dan memiliki rantai pasok yang panjang. Penikmat risiko dan nilai tambah di dunia pertanian masih timpang. Selama ini nilai tambah lebih banyak dinikmati di sektor hilir.

Petani atau bagian hulunya hanya menerima sedikit. Sebaliknya, yang paling banyak menghadapi risiko adalah petani atau bagian hulu dan risiko hilir lebih sedikit. Lalu bagaimana usaha yang bisa dilakukan untuk mencapai keadilan itu.

Guru Besar Tetap di Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN) Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Marimin, dalam jumpa pers Pra Orasi Ilmiah di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor (24/8), menyampaikan temuannya tentang model penyeimbang nilai tambah pertanian menggunakan algoritma buatan dan Sistem Pengambilan Keputusan Cerdas (SPKC).

Menurutnya, informasi yang asimetris dan kurang transparan sering dimanfaatkan oleh middleman sehingga harga bahan lebih rendah di tingkat petani dan harga produk menjadi sangat tinggi pada tingkat konsumen. Oleh karena itu, pembagian keuntungan, nilai tambah dan risiko perlu diupayakan lebih berkeadilan dengan informasi yang tepat dan transparan.

''Petani kelapa sawit hanya mendapatkan nilai tambah 4,27 persen, sedangkan pabrik minyak goreng sawit memperoleh nilai tambah hingga 40,02 persen. Melalui model dan simulasi dengan teknik agent-based yang disempurnakan dengan algoritma cerdas dapat dilakukan untuk penyeimbang nilai tambah. Distribusi nilai tambah akan adil jika nilai tambah yang didapat petani meningkat hingga 13 persen, sedangkan nilai tambah yang diperoleh industri adalah 14 persen,'' ujarnya.

Selain itu, keputusan kritis harus sering diambil pada penentuan jumlah produksi dan penjadwalan, pergudangan, distribusi, dan transportasi serta perencanaan sumberdaya lain terkait. Untuk mendukung keandalan sistem pengambilan keputusan tersebut, Prof. Marimin mengembangkan SPKC.

SPKC komoditas pertanian dan produk agroindustri ini dikembangkan dengan pendekatan hard system dan soft system. SPKC mampu mengintegrasikan basis data, basis pengetahuan, basis model cerdas dan interface ramah pengguna yang mampu membantu pengguna pada berbagai tingkat pengambilan keputusan.

''SPKC informasi yang simetris antar pelaku rantai pasok, sehingga pelaku dapat menyesuaikan diri sebagai perubahan informasi yang sering terjadi. SPKC dengan Online Analytic Processing (OLAP) dan sistem informasi spasial bermanfaat untuk memberikan informasi yang real time,'' ujarnya.(zul)

Pewarta: Humas IPB/Prof. Dr. Ir. Marimin

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017