Perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas lepas pantai di Blok ONWJ, Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) memberdayakan masyarakat untuk mengolah limbah cangkang rajungan.
Head of Communication, Relations & CID PHE ONWJ R Ery Ridwan, di Kabupaten Karawang, Jabar, Kamis, mengatakan bahwa setiap hari, ratusan kilogram cangkang rajungan dari belasan sentra pengupas rajungan di Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang dibuang begitu saja sebagai limbah.
Disebutkan bahwa Desa Sukajaya dikenal sebagai kampung rajungan. Setiap hari, berton-ton rajungan segar dibawa nelayan dari laut ke darat. Begitu mendarat, rajungan-rajungan ini langsung dibawa ke sentra-sentra pengupas rajungan. Dagingnya dikeluarkan dan diproses, tapi cangkangnya dibuang hingga menggunung.
Baca juga: Pertamina PHE ONWJ perbarui jaringan pipa bawah laut jaga produksi nasional
Masyarakat memanfaatkan sebagian limbah cangkang rajungan untuk mendatangkan larva maggot. Caranya, cangkang rajungan disimpan di wadah yang membentang di atas empang.
Seiring waktu, cangkang membusuk dan menarik lalat jenis black soldier fly (BSF) untuk bertelur. Larva yang dihasilkan dari lalat ini berjatuhan ke dalam empang, menjadi sumber makanan bagi lele budi daya.
Namun pembusukan cangkang rajungan ini mendatangkan masalah. Bau amis busuk menyebar dan tercium sampai ke kawasan perkampungan. Aroma tak sedap ini tidak kunjung hilang, lantaran setiap hari datang ratusan kilogram limbah baru.
Sisa limbah cangkang yang tidak termanfaatkan menambah problem. Sebab, tidak ada tempat pembuangan sampah yang dapat mengolah limbah. Setiap hari, rata-rata setengah sampai satu ton limbah dibiarkan membusuk, yang tentunya mencemari udara, air dan tanah.
Baca juga: PHE ONWJ tingkatkan produksi migas domestik dari lepas pantai Karawang
Ery Ridwan menyampaikan, untuk mengatasi permasalahan tersebut, PHE ONWJ bekerja sama dengan lembaga Inkubasi, Hilirisasi, dan Komersialisasi (IHK) dari Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP) Universitas Padjadjaran (Unpad) untuk meneliti pemanfaatan limbah cangkang rajungan.
Sesuai dengan hasil penelitian, ternyata cangkang rajungan di Sukajaya memiliki kandungan substansi yang cukup untuk diolah menjadi kitosan, yang kemudian dapat dioleh menjadi pupuk cair.
Dengan pemanfaatan limbah cangkang rajungan menjadi kitosan, tidak saja masalah pencemaran lingkungan dapat diatasi, warga pun mendapat manfaat ekonomi.
Berkat melimpahnya bahan baku yang dapat diperoleh secara gratis, produk akhir berupa pupuk cair ini diharapkan dapat dikemas dan dipasarkan dengan harga yang kompetitif.
Targetnya, satu ton cangkang rajungan dapat menghasilkan sekitar 10 ribu liter pupuk cair, dengan potensi pendapatan Rp10 ribu per liter.
Baca juga: PHE ONWJ bangun galangan kapal di Karawang untuk perbaiki perahu nelayan
Ery mengatakan, dengan adanya hasil penelitian itu, kemudian masyarakat diberdayakan untuk melakukan hal tersebut. Artinya, masyarakat diberi pelatihan mengenai cara mengubah limbah cangkang rajungan menjadi kitosan. Sedangkan PHE ONWJ mendampingi melakukan pendampingan, hingga terampil memproduksi secara mandiri.
"Kami menginginkan agar masyarakat dapat membuat pupuk cair dari kitosan, dan memasarkan produk itu," katanya.
Disebutkan bahwa program tersebut merupakan bagian dari komitmen PHE ONWJ dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.
Pihaknya berharap program ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Sukajaya dan menjadi inspirasi bagi daerah lain.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Head of Communication, Relations & CID PHE ONWJ R Ery Ridwan, di Kabupaten Karawang, Jabar, Kamis, mengatakan bahwa setiap hari, ratusan kilogram cangkang rajungan dari belasan sentra pengupas rajungan di Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang dibuang begitu saja sebagai limbah.
Disebutkan bahwa Desa Sukajaya dikenal sebagai kampung rajungan. Setiap hari, berton-ton rajungan segar dibawa nelayan dari laut ke darat. Begitu mendarat, rajungan-rajungan ini langsung dibawa ke sentra-sentra pengupas rajungan. Dagingnya dikeluarkan dan diproses, tapi cangkangnya dibuang hingga menggunung.
Baca juga: Pertamina PHE ONWJ perbarui jaringan pipa bawah laut jaga produksi nasional
Masyarakat memanfaatkan sebagian limbah cangkang rajungan untuk mendatangkan larva maggot. Caranya, cangkang rajungan disimpan di wadah yang membentang di atas empang.
Seiring waktu, cangkang membusuk dan menarik lalat jenis black soldier fly (BSF) untuk bertelur. Larva yang dihasilkan dari lalat ini berjatuhan ke dalam empang, menjadi sumber makanan bagi lele budi daya.
Namun pembusukan cangkang rajungan ini mendatangkan masalah. Bau amis busuk menyebar dan tercium sampai ke kawasan perkampungan. Aroma tak sedap ini tidak kunjung hilang, lantaran setiap hari datang ratusan kilogram limbah baru.
Sisa limbah cangkang yang tidak termanfaatkan menambah problem. Sebab, tidak ada tempat pembuangan sampah yang dapat mengolah limbah. Setiap hari, rata-rata setengah sampai satu ton limbah dibiarkan membusuk, yang tentunya mencemari udara, air dan tanah.
Baca juga: PHE ONWJ tingkatkan produksi migas domestik dari lepas pantai Karawang
Ery Ridwan menyampaikan, untuk mengatasi permasalahan tersebut, PHE ONWJ bekerja sama dengan lembaga Inkubasi, Hilirisasi, dan Komersialisasi (IHK) dari Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP) Universitas Padjadjaran (Unpad) untuk meneliti pemanfaatan limbah cangkang rajungan.
Sesuai dengan hasil penelitian, ternyata cangkang rajungan di Sukajaya memiliki kandungan substansi yang cukup untuk diolah menjadi kitosan, yang kemudian dapat dioleh menjadi pupuk cair.
Dengan pemanfaatan limbah cangkang rajungan menjadi kitosan, tidak saja masalah pencemaran lingkungan dapat diatasi, warga pun mendapat manfaat ekonomi.
Berkat melimpahnya bahan baku yang dapat diperoleh secara gratis, produk akhir berupa pupuk cair ini diharapkan dapat dikemas dan dipasarkan dengan harga yang kompetitif.
Targetnya, satu ton cangkang rajungan dapat menghasilkan sekitar 10 ribu liter pupuk cair, dengan potensi pendapatan Rp10 ribu per liter.
Baca juga: PHE ONWJ bangun galangan kapal di Karawang untuk perbaiki perahu nelayan
Ery mengatakan, dengan adanya hasil penelitian itu, kemudian masyarakat diberdayakan untuk melakukan hal tersebut. Artinya, masyarakat diberi pelatihan mengenai cara mengubah limbah cangkang rajungan menjadi kitosan. Sedangkan PHE ONWJ mendampingi melakukan pendampingan, hingga terampil memproduksi secara mandiri.
"Kami menginginkan agar masyarakat dapat membuat pupuk cair dari kitosan, dan memasarkan produk itu," katanya.
Disebutkan bahwa program tersebut merupakan bagian dari komitmen PHE ONWJ dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.
Pihaknya berharap program ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Sukajaya dan menjadi inspirasi bagi daerah lain.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024