Bogor (Antara Megapolitan) - Sebanyak 50 guru Unit kesehatan sekolah (UKS) mengikuti pelatihan sanitasi kantin sehat yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa.

"Pelatihan ini merupakan program rutin, tahun ini menyasar guru SMP dan SMA," kata Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Bogor, Farida.

Selama dua hari para guru diberi pelatihan terkait kantin sehat dari narasumber yang ada di Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan. Pelatihan Hygiene dan sanitasi tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan tentang persyaratan hygiene dan sanitasi di sekolah.

"Pelatihan ini ditujukan untuk melatih kepedulian guru UKS, perhatian kantin sekolah yang memenuhi standar kesehatan," katanya.

Menurutnya, dari hasil pemeriksaan yang dilakukan Dinkes di sejumlah sekolah yang ada di kecamatan tahun 2016 lalu, ditemukan bakteri ecoli di jajanan sekolah baik di luar perkarangan maupun di dalam, sebesar 19,3 persen, dan salmonela 29 persen.

Temuan ini menjadi alarm peringatan bagi Dinas Kesehatan terkait kualitas jajanan sekolah yang selama ini dikonsumsi oleh siswa. Penyebabnya, karena belum diterapkannya hygiene dan sanitasi dalam menyajikan jajanan yang sehat.

"Bakteri itu, perkembangannya pada makanan sangat cepat. Setiap sembilan menit bertambah terus, dalam waktu lima jam, jumlah bakteri bisa mencapai 250 juta," kata Farida.

Untuk mencegah hal itu, dan memastikan pelajar mendapatkan jajajan yang sehat. Dinas Kesehatan melakukan pembinaan kepada guru UKS untuk terlibat mengawasi hygiene dan sanitasi kantin sekolah.

"Diharapkan selain kantin sekolah, guru juga ikut mengawasi jajanan yang ada di luar sekolah," katanya.

Ia menyebutkan, menyediakan jajanan sehat penting bagi siswa agar tumbuh dan mampu mengikuti pendidikan dengan baik. Jajanan sehat mempengaruhi kualitas kesehatan dan pertumbuhan anak-anak di sekolah.

Kantin yang sehat harus menyediakan makanan yang bergizi dan sehat, karena anak-anak sekolah adalah aset bangsa. Jika anak-anak sakit, tidak dapat mengikuti pelajaran, jika dibiarkan akan berdampak pada masa depannya.

"Maka itu kami memilih pelatihan ini untuk guru SMP dan SMA, karena kelompok ini pertumbuhannya tinggi, membutuhkan pergatian," katanya.

Ada lima kunci pengamanan pangan di sekolah, yakni proses orang yang menyajikan jajanan, harus hygiene, harus sehat, menggunakan pakaian kerja yang memenuhi syarat, seperti penutup kepala, dan sarung tangan.

Kunci kedua, pemilihan bahan pangan harus memenuhi syarat misalnya daging haruslah yang segar. Kunci ketiga, proses memak harus benar ada suhu rawan untuk memasak yakni di atas 63 derajat celcius.

"Dengan suhu ini kuman akan mati, apalagi proses pemasanan, penyimpanan, peralatan harus memenuhi standar nasional Indonesia," katanya.

Kunci keempat yakni peralatan harus memenuhi syarat, tidak boleh menggunakan mengandung bahan berbahaya, seperti pengawet, dan bahan kimia lainnya. Kunci kelima yakni, penyajian harus memakai alat tertutup, tidak dibolehkan menggunakan stereofoam.

"Penyajian juga tidak boleh mencampur makanan, satu wadah harus satu jenis makanan," kata Farida.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017