Bogor (Antara Megapolitan) - Siapa yang tidak kenal lebah, serangga penyengat penghasil madu yang kaya manfaat dan nikmat rasanya. Tapi banyak yang belum mengenal berbagai jenis lebah penghasil madu. Salah satunya adalah Tetragonula, yaitu serangga sosial tingkat tinggi yang hidup dalam suatu koloni dan termasuk golongan stingless bee, yaitu kelompok lebah yang tidak bersengat.  
 
Tetragonula merupakan anggota lebah tak bersengat penghasil madu dan propolis yang produktivitasnya dipengaruhi aktivitas terbang lebah pekerja. Karakter utama serangga sosial tingkat tinggi antara lain terdapat pembagian tugas yang jelas pada masing-masing kasta dan adanya komunikasi diantara anggota koloni mengenai letak pakan. Kasta tersebut terdiri atas lebah pekerja, lebah ratu, dan lebah jantan (drone).  
 
Karakteristik morfologi dari "teuweul omas" kasta pekerja dominan berwarna kehitaman, memiliki panjang tubuh sekitar 5 mm, panjang sayap sekitar 4 mm dan memiliki tiga pasang tungkai yang beruas-ruas. Sepasang tungkai belakang memiliki rambut yang membentuk struktur keranjang polen (pollen basket) untuk menampung polen (serbuk sari) yang didapat dari tumbuhan. 
 
Informasi mengenai tanaman pakan Tetragonula sangat diperlukan. Ketersediaan pakan berpengaruh terhadap aktivitas terbang, karena sebagian besar aktivitas yang dilakukan adalah mencari pakan yang berdampak terhadap produktivitas. 

Hal tersebut mendasari tim peneliti dari Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB), Selly Sahara Hasibuan, Tri Atmowidi dan Taruni Sri melakukan penelitian terkait aktivitas keluar-masuk sarang pada "teuweul omas" (Tetragonula sp.). 
 
Penelitian tersebut dilaksanakan pada bulan Januari-Juli 2016. Pengambilan sampel dan pengamatan aktivitas keluar-masuk sarang pada "teuweul omas" dilakukan di lahan apiari milik Gregori Garnadi Hambali, Baranangsiang Indah, Kota Bogor. 
 
Pengamatan aktivitas keluar-masuk sarang dilakukan pada dua koloni ”teuweul omas” selama 30 hari mulai pukul 06.00-18.00 WIB. Aktivitas keluar-masuk sarang direkam dengan handycam selama satu menit dengan interval waktu satu jam.  
 
Data aktivitas keluar-masuk sarang didapatkan dengan menghitung jumlah individu "teuweul omas" masuk sarang membawa polen, masuk sarang membawa resin (getah), keluar sarang tanpa membawa sampah, dan keluar sarang membawa sampah. 

Individu "teuweul omas" yang tidak membawa polen atau resin diasumsikan membawa air atau nektar. Sebelum dilakukan pengamatan aktivitas keluar-masuk sarang, faktor lingkungan (suhu, kelembaban dan intensitas cahaya) diukur. 
 
Dari percobaan tersebut diketahui aktivitas keluar-masuk sarang pada "teuweul omas" saat pagi hari yaitu pukul 06.00-07.00 WIB, sebanyak 8 individu/menit; pada pukul 12.00-13.00 WIB sebanyak 10 individu/menit masuk dan 9 individu/ menit keluar sarang; dan pada pukul 17.00-18.00 WIB sebanyak 2 individu/menit. Aktivitas keluar-masuk sarang ini memiliki keterkaitan dengan suhu dan intensitas cahaya dan tidak terlalu terpengaruh dengan kelembaban. 
 
Keterkaitan yang sangat nyata terjadi antara faktor lingkungan (suhu, kelembaban dan intensitas cahaya) dengan aktivitas masuk sarang membawa air atau nektar dan keluar sarang membawa sampah. Polen sebagai sumber pakan "teuweul omas" yang berhasil diidentifikasi, yaitu diantaranya adalah polen C. pulcherrima, Portulacaceae, C. papaya, Pinaceae, Solanaceae dan Leguminosae. 

Rata-rata pollen load pada "teuweul omas" sebanyak 19.475,7 butir polen. Hal ini memiliki arti bahwa "Teuweul omas" menjadi salah satu serangga penyerbuk potensial dalam kemampuannya membawa polen. (ir/nm) 

Pewarta: Tim Humas IPB

Editor : M.Ali Khumaini


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017