Bogor (Antara Megapolitan) - Wali Kota Bogor, Jawa Barat, Bima Arya Sugiarto mengatakan, untuk mengamalkan Pancasila sehingga menjadi seorang Pancasilais harus dimulai dari sucinya pemikiran, karena akan menentukan perkataan, perbuatan dan perilaku.

"Karena Pancasilais, semestinya adalah suci mulai dari pemikiran," kata Bima dalam acara Riung Mungpulung yaitu ramah tamah dalam rangka Hari Kemerdekaan RI ke-72 di Balai Kota Bogor, Rabu.

Bima mengatakan, seseorang yang Pancasilais sudah pasti akhlaknya bagus, akidahnya kokoh, karena sila nomor satu adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, seperti yang dikatakan tokoh pejuang kemerdekaan RI Mohammad Natsir.

Pancasila bukan sekedar jargon, atau slogan saja. Seperti ketika ramai yang memposting gambar Saya Indonesia, Saya Pancasila, tetapi tidak diikuti dengan suci pemikiran, perkataan, dan perbuatan untuk merawat kebersamaan dalam keberagaman sama dengan omong kosong.

"Kritik Natsir, Pancasila itu sangat bisa dimanipulasi, bahwa Pancasila itu sangat bisa dibawa, ditafsirkan sesuai kepentingan sendiri," kata Bima.

Bima melanjutkan, kalau semua menjalankan Pancasila sesuai dengan apa yang diinginkan para pendiri bangsa, maka urusan Pancasila selesai, karena semuanya akan Pancasilais.

"Tapi, kalau Pancasila hanya sebatas jargon, sebagas retorika, bahkan sebatas untuk kepentingan politik saja. Bahwa saya Pancasila, tapi terus menindas, bahwa saya Pancasila tapi masih terus korupsi, bahwa saya Pancasila, tapi masih terus memfitnah, bahwa saya Pancasila, tapi masih terus memecah belah, bahwa saya Pancasila, tapi suka kekerasan. `Nonsense`!!! (omong kosong), itu kata Natsir," kata Bima.

Bima menjelaskan, bukan Pancasila yang dikritisi Natsir, tapi tafsiran tentang Pancasila dan manipulasi terhadap Pancasila yang tidak disukainya.

"Dengan bahasa sangat gamblang Natsir mengatakan, Pancasila itu hati-hati bisa jadi cek kosong, atas nama Pancasila, kemudian dia bisa berprilaku Pancasila," kata Politisi PAN ini.

Bima mengingatkan, pentingnya mengenal sejarah. Seperti yang dikatakan Bung Karno "Jangan sekali-kali melupakan sejarah" tujuannya agar generasi berikutnya belajar dari sejarah. Karena, sejarah adalah pengulangan-pengulangan, setiap persoalan sama.

"Hari ini mana yang Pancasilais, mana yang bukan, tidak mudah berteriak Pancasila ketika kita belum paham apa makna Pancasila," kata lulusan Monas University, Australia ini.

Bima mengajak seluruh pejabat, aparatur sipil negara, masyarakat dari semua lapisan dan para generasi muda, untuk mengobarkan semangat suci pemikiran, merawat kebersamaan dalam keberagaman.

Mengutip pepatah asing, hati-hati dengan pikiran, karena nanti akan jadi perkataan.

Hati-hati dengan kata-kata, karena nanti akan menjadi aksi. Hati-hati dengan aksi karena akan menjadi kebiasaan. Hati-hati dengan kebiasaan, karena akan menjadi karakter. Hati-hati dengan karakter, karena itulah menjadi tujuan hidup.

"Jadi semua berawal dari pemikiran, pikiran akan menjadi perkataan, perbuatan, dan karakter, serta takdir. Karena itu, kalau kita berteriak tentang empat pilar, dengan gagap gempita, tetapi masih mikir jorok tentang hal-hal yang bisa mengoyak persamaan, maka belum Pancasilais," kata Bima.

Sehari menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-72, Pemerintah Kota Bogor mengelar serangkaian acara, di antaranya Sidang Paripurna DPRD mendengar pidato Presiden RI, dilanjutkan dengan Riung Mungpulung antara Muspida, pejabat Pemerintah Kota, dengan Veteran, organisasi masyarakat, organisasi kepemudaan, pelajar dan anggota Paskibraka.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017