Cisarua, Bogor (Antara Megapolitan) - Lembaga konservasi satwa Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua bersama Institut Pertanian Bogor mengumumkan keberhasilan pertama di dunia untuk inseminasi buatan (IB) pada banteng jawa (Bos javanicus).
"Keberhasilan ini menjadi istimewa karena bertepatan dengan HUT ke-72 Republik Indonesia," kata Direktur Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua Jansen Manansang, M.Sc didampingi guru besar IPB Prof drh Dondin Sajuthi di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Banteng, satwa endemik Indonesia yang memiliki kedekatan kerabat dengan sapi bali (Bos Javanicus f. domestica) itu, kata dia, saat ini populasinya di alam terus mengalami kecenderungan menurun, terutama disebabkan oleh perburuan liar.
Karena kondisi itu, satwa tersebut kemudian ditetapkan sebagai "Endangered species" atau status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar dalam daftar merah Lembaga Internasional untuk Konservasi Alam ((International Union for Conservation of Nature/IUCN).
Menurut Jansen, keberhasilan IB atau kawin suntik pada banteng itu menunjukkan TSI telah menunjukkan peranannya di dalam memajukan bangsa Indonesia dari sisi konservasi satwa liar asli Indonesia.
Sementara itu, Dondin Sajuthi -- yang pada 1991 memimpin kerja sama penelitian kedua pihak melalui Pusat Studi Primata IPB -- menjelaskan bahwa keberhasilan itu dilalui dengan waktu yang panjang.
"Bagi kedua pihak jelas punya manfaat dalam kerja sama ini sehingga akan berlangsung untuk selanjutnya," katanya.
.
Ia mengatakan tim kedua pihak sedang menanti kelahiran bayi pertama banteng jawa dari induk betina bernama Uci (7 tahun) dengan program IB itu pada Oktober 2017.
"Mudah-mudahan berjalan lancar sehingga keberhasilan ini akan menjadi awal bagi perbaikan kembali genetik dan kualitas satwa itu," katanya.
Sedangkan indukan lainnya, yakni Andini (10 tahun) diperkirakan akan melahirkan bayinya pada Januari 2018.
Menurut Jansen Manansang, dari kurun waktu sejak kerja sama dijalin resmi pada 1991 -- dan bahkan sebelumnya-- TSI terus mengembangkan berbagai inovasi teknologi terkait pengelolaan satwa guna meningkatkan kemampuan dalam mengembangbiakkan satwa langka terdepan Indonesia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kerja sama dijalin dengan sejumlah pihak, di antaranya kebun binatang, lembaga pendidikan, LSM dan universitas.
Khusus IPB, katanya, adalah salah satu mitra strategis bagi TSI dalam pengembangan "breeding" satwa liar.
Selain banteng jawa, saat ini TSI juga melakukan kegiatan konservasi satwa endemik Indonesia lainnya seperti komodo (Varanus komodoensis), elang jawa (Nisaetus bartelsi), cendrawasih minor (Paradisaea minor), tapir (Tapirus malayanus), kakatua gofin (Cacatua goffini), ekek geling (Cissa thalassina) dan lainnya.
Sementara itu, Humas TSI Yulius H Suprihardo menambahkan, terkait HUT ke-72 RI pada Sabtu (19/8) hingga Minggu (20/8) akan dilaksanakan "Parade Satwa", yakni semacam upacara bersama dengan sejumlah satwa, yang merupakan agenda tahunan setiap Agustus.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Keberhasilan ini menjadi istimewa karena bertepatan dengan HUT ke-72 Republik Indonesia," kata Direktur Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua Jansen Manansang, M.Sc didampingi guru besar IPB Prof drh Dondin Sajuthi di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Banteng, satwa endemik Indonesia yang memiliki kedekatan kerabat dengan sapi bali (Bos Javanicus f. domestica) itu, kata dia, saat ini populasinya di alam terus mengalami kecenderungan menurun, terutama disebabkan oleh perburuan liar.
Karena kondisi itu, satwa tersebut kemudian ditetapkan sebagai "Endangered species" atau status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar dalam daftar merah Lembaga Internasional untuk Konservasi Alam ((International Union for Conservation of Nature/IUCN).
Menurut Jansen, keberhasilan IB atau kawin suntik pada banteng itu menunjukkan TSI telah menunjukkan peranannya di dalam memajukan bangsa Indonesia dari sisi konservasi satwa liar asli Indonesia.
Sementara itu, Dondin Sajuthi -- yang pada 1991 memimpin kerja sama penelitian kedua pihak melalui Pusat Studi Primata IPB -- menjelaskan bahwa keberhasilan itu dilalui dengan waktu yang panjang.
"Bagi kedua pihak jelas punya manfaat dalam kerja sama ini sehingga akan berlangsung untuk selanjutnya," katanya.
.
Ia mengatakan tim kedua pihak sedang menanti kelahiran bayi pertama banteng jawa dari induk betina bernama Uci (7 tahun) dengan program IB itu pada Oktober 2017.
"Mudah-mudahan berjalan lancar sehingga keberhasilan ini akan menjadi awal bagi perbaikan kembali genetik dan kualitas satwa itu," katanya.
Sedangkan indukan lainnya, yakni Andini (10 tahun) diperkirakan akan melahirkan bayinya pada Januari 2018.
Menurut Jansen Manansang, dari kurun waktu sejak kerja sama dijalin resmi pada 1991 -- dan bahkan sebelumnya-- TSI terus mengembangkan berbagai inovasi teknologi terkait pengelolaan satwa guna meningkatkan kemampuan dalam mengembangbiakkan satwa langka terdepan Indonesia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kerja sama dijalin dengan sejumlah pihak, di antaranya kebun binatang, lembaga pendidikan, LSM dan universitas.
Khusus IPB, katanya, adalah salah satu mitra strategis bagi TSI dalam pengembangan "breeding" satwa liar.
Selain banteng jawa, saat ini TSI juga melakukan kegiatan konservasi satwa endemik Indonesia lainnya seperti komodo (Varanus komodoensis), elang jawa (Nisaetus bartelsi), cendrawasih minor (Paradisaea minor), tapir (Tapirus malayanus), kakatua gofin (Cacatua goffini), ekek geling (Cissa thalassina) dan lainnya.
Sementara itu, Humas TSI Yulius H Suprihardo menambahkan, terkait HUT ke-72 RI pada Sabtu (19/8) hingga Minggu (20/8) akan dilaksanakan "Parade Satwa", yakni semacam upacara bersama dengan sejumlah satwa, yang merupakan agenda tahunan setiap Agustus.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017